Baksos ke-87: Menjalin Jodoh, Merajut Asa
Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Anand Yahya
|
| ||
Ceremonial: Hujan Membawa Berkah Kurang lebih pukul setengah sembilan, saat hujan sudah mulai reda pembawa acara mulai mengetuk-ketuk mikrofon, menjajal sejenak kemudian memulai acara. Walaupun baksos telah dilakukan pada tanggal 30 November, namun kegiatan ini baru resmi dibuka pada tanggal 1 Desember 2012, hal ini berkaitan dengan pengerjaan operasi yang baru dilakukan secara serentak pada hari itu, baik katarak, sumbing, hernia, dan mayor. Dalam sambutannya, Widya Kusuma Lewinsky Shixiong, sebagai perwakilan dari Tzu Chi kembali mengingatkan pada seluruh hadirin bahwa kesehatan merupakan hal yang terpenting yang menunjang kehidupan yang baik. Ia menyatakan, “Harta yang paling berharga bagi seseorang adalah kesehatan, namun tidak sedikit orang yang masih belum sadar akan pentingnya kesehatan dan tidak mampu memperjuangkan kesehatannya.”
Keterangan :
Waliota Padang Dr. H. Fauzi Bahar M.Si yang juga hadir dalam pembukaan baksos Tzu Chi menyatakan ucapan terimakasih pada Tzu Chi dan juga membagikan pengalamannya saat bertemu langsung dengan Master Cheng Yen di Taiwan pada 2009 lalu. “Saya selaku wakil warga kota Padang, wakil dari para cucu, anak-anak, para keluarga, dan para pasien yang mendapatkan pengobatan gratis pada hari ini mengucapkan terimakasi yang sebesar-besarnya pada Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia yang untuk kesekian kalinya mengadakan baksos pengobatan,” ujarnya membuka sambutan. “Pengobatan di sini sangat bersar sekali artinya bagi kami. Mereka karena saking miskinnya, sakit itu ditelan saja. Saya tadi melihat sekilas ke atas (ruang tunggu operasi) melihat cucu menggendong kakeknya dengan penuh kasih sayang, dan itulah tujuan utama dari Buddha Tzu Chi bahwa cinta kasih ini harus kita hidupkan.” “Saya sendiri sudah pernah datang ke Taiwan bertemu dengan Master Chen Yen, di Taiwan itu siapapun yang meninggal seperti ayahnya, ibunya atau anaknya, jenazahnya itu pun masih disumbangkan ke fakultas kedokteran untuk diautopsi untuk dipelajari oleh para mahasiswa di sana. Disana orang-orang selalu ingin membantu orang lain, inilah yang ingin diciptakan oleh Buddha Tzu Chi. Karena itu marilah kita bersama-sama jangan melihat Buddha Tzu Chi ini ketika dulu SMA N 1 didirikan dan kita cuma melihat tulisan-tulisan cina saja dan langsung negative thingking. Mulai dari dulu pembagian beras, baksos, bedah rumah di lubuk buaya, dan sampai sekarang ini intinya Cuma satu, yaitu cinta kasih. Semoga saja kita semua warga Padang mendapatkan manfaat yang baik dan dapat berobat dengan baik serta diberikan kesehatan yang baik,” cerita pak walikota disambut dengan tepuk tangan meriah dari para undangan. Kolonel Infantri Drs. Amrin (Komandan Korem 032/Wirapradja)mengungkapkan hal yang berbeda pada awal sambutannya, dengan membawa motto hidup menjadi bahagia apabila melihat orang lain berbahagia, dirinya mengajak warganya untuk mengembangkan cinta kasih pada sesama. “Kegiatan sosial kemanusiaan seperti ini harus selalu dikembangkan, mengingat kita adalah makhluk sosial dan juga sebagai pertanggungjawaban kepada tuhan yang maha esa. Masih banyak saudara-saudara kita yang dalam kehidupannya masih banyak kekurangan dan keterbelakangan baik sosial maupun kesehatannya. Dengan adanya baksos ini diharapkan mampu membantu program pemerintah dalam mewujudkan jaminan kesehatan bagi masyarakat,” ucap Danrem. “Mudah-mudahan niat baik dan apa yg kita lakukan bersama ini akan menjadi nilai amal dan kebaikan bagi dunia soidaritas dan moral sosial serta memperkokoh kebersamaan kita semua,” tutupnya. Acara baksos akhirnya resmi dibuka dengan dipakaikannya jaslab bedah oleh Danrem kepada perwakilan dokter yang kemudian dilanjutkan dengan peragaan isyarat tangan lagu Dunia yang Indah oleh sembilan siswi SMA N 1 Padang. Para siswi yang hanya latihan satu hari sebelum pementasan ini terlihat penuh senyum memeragakan isyarat tangan dan terlihat tidak canggung ataupun kaku.
Keterangan :
Hujan yang mengguyur padang tadi pagi ternyata menyisakan udara sejuk yang hadir setelah dua hari sebelumnya Padang dilanda panas terik yang menyengat. Udara sejuk ini membuat pasien dan juga keluarganya merasa nyaman untuk tinggal di rumah sakit. Berjuang Sebatang Kara Sehari-hari emak hidup dengan uang pensiunan sang suami tanpa mengharapkan kiriman dari anaknya karena mempertimbangkan biaya yang harus ditanggung oleh anak-anaknya yang sekarang telah mempunyai keluarga. “Alhamdullilah, suami masih ninggalin uang pensiunan. Jadi nggak usah ngarepin kiriman dari anak-anak buat hidup sehari-hari,” tutur emak. “Pertama tahu ada baksos dari teman emak yang juga sakit katarak. Pagi-pagi sekali tuh teman emak datang ke rumah sambil naik ojek trus cerita sama emak soal baksos ini. Kita pergi ikut priksa (screening) berdua. Tapi temen emak ternyata malah nggak boleh operasi, ada gula (diabetes) katanya,” kata emak Samsiar. Beruntung dirinya dapat menjalani operasi dengan lancar sehingga kini dirinya dapat kembali menjalani aktifitas dengan baik dengan penglihatan yang mulai cerah. “Sekarang emak sudah bisa baca Al’Quran lagi, sudah enam bulan emak nggak ngaji,” ucapnya gembira. Di balik kegembiraan emak, sangat disayangkan, ternyata ke lima anak dari Samsiar mungkin melupakannya sebagai seorang ibu. Sudah lama sekali anak-anak emak tidak berkunjung atau memberikan biaya hidup untuk emak. Sebagai seorang ibu, rasa kerinduan ingin memeluk dan merengkuh buah hati tetaplah tumbuh, namun emak hanya bisa pasrah dengan anak-anaknya. Dalam doanya, emak selalu melafalkan rentetan ayat Al’Quran untuk anak-anaknya, semoga bahagia, semoga rejeki dan kesehatan selalu berlimpah bagi sang anak. | |||