Baksos ke-87: Menjalin Jodoh, Merajut Asa

Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Anand Yahya
 
 

foto
Para Tentara TNI AD membersihkan sisa-sisa air hujan yang membasahi pelataran RS. Reksodiwiryo agar tidak menggenangi bagian pelataran saat acara pembukaan baksos dimulai.

Pagi-pagi sekali hujan telah mengguyur kota Minang, Padang. Musim memang telah berganti, malam sebelumnya saat kami bersama rombongan tim dokter dan perawat pulang dari rumah sakit juga bertemankan dengan rintikan air yang membawa sejuknya udara. Secara tidak sadar, cuaca yang terbilang telah memasuki musimnya hujan membuat kecemasan tersendiri bagi para relawan. Pasalnya, hari ini merupakan hari pembukaan baksos kesehatan Tzu Chi yang ke 87.

Ceremonial: Hujan Membawa Berkah
Jam 7 kami dan rombongan sudah meninggalkan penginapan dengan diiringi hujan yang kata orang akan tahan lama. Dalam perjalanan sempat-sempatnya saya berdoa agar hujan cepat berhenti karena acara akan menjadi berantakan apabila hujan masih saja mengguyur saat kegiatan telah dimulai nanti. 15 menit perjalanan, sampailah kami di rumah sakit dengan hujan yang tentu saja masih awet mengguyur tanah padang. Pemandangan pertama yang terlihat adalah beberapa TNI-AD yang masing-masing memegang sapu dengan gaya seorang tentara membersihkan halaman rumah sakit dari genangan hujan. Kursi pendaftaran juga terlihat telah banyak diduduki oleh pasien beserta keluarga yang mengantar. Panggung untuk acara pembukaan beserta kursi-kursi tamu sudah terjajar rapi.

Kurang lebih pukul setengah sembilan, saat hujan sudah mulai reda pembawa acara mulai mengetuk-ketuk mikrofon, menjajal sejenak kemudian memulai acara. Walaupun baksos telah dilakukan pada tanggal 30 November, namun kegiatan ini baru resmi dibuka pada tanggal 1 Desember 2012, hal ini berkaitan dengan pengerjaan operasi yang baru dilakukan secara serentak pada hari itu, baik katarak, sumbing, hernia, dan mayor.

Dalam sambutannya, Widya Kusuma Lewinsky Shixiong, sebagai perwakilan dari Tzu Chi kembali mengingatkan pada seluruh hadirin bahwa kesehatan merupakan hal yang terpenting yang menunjang kehidupan yang baik. Ia menyatakan, “Harta yang paling berharga bagi seseorang adalah kesehatan, namun tidak sedikit orang yang masih belum sadar akan pentingnya kesehatan dan tidak mampu memperjuangkan kesehatannya.”

foto  foto

Keterangan :

  • Walikota Padang, Dr. H. Fauzi Bahar M.Si, ikut serta mengunjungi pasien yang akan dioperasi dan turut memberikan perhatian pada mereka (kiri).
  • Pemakaikan baju operasi kepada perwakilan dokter menandai resminya pembukaan baksos ke-87 di Padang (kanan).

Waliota Padang Dr. H. Fauzi Bahar M.Si yang juga hadir dalam pembukaan baksos Tzu Chi menyatakan ucapan terimakasih pada Tzu Chi dan juga membagikan pengalamannya saat bertemu langsung dengan Master Cheng Yen di Taiwan pada 2009 lalu. “Saya selaku wakil warga kota Padang, wakil dari para cucu, anak-anak, para keluarga, dan para pasien yang mendapatkan pengobatan gratis pada hari ini mengucapkan terimakasi yang sebesar-besarnya pada Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia yang untuk kesekian kalinya mengadakan baksos pengobatan,” ujarnya membuka sambutan. “Pengobatan di sini sangat bersar sekali artinya bagi kami. Mereka karena saking miskinnya, sakit itu ditelan saja. Saya tadi melihat sekilas ke atas (ruang tunggu operasi) melihat cucu menggendong kakeknya dengan penuh kasih sayang, dan itulah tujuan utama dari Buddha Tzu Chi bahwa cinta kasih ini harus kita hidupkan.”

“Saya sendiri sudah pernah datang ke Taiwan bertemu dengan Master Chen Yen, di Taiwan itu siapapun yang meninggal seperti ayahnya, ibunya atau anaknya, jenazahnya itu pun masih disumbangkan ke fakultas kedokteran untuk diautopsi untuk dipelajari oleh para mahasiswa di sana. Disana orang-orang selalu ingin membantu orang lain, inilah yang ingin diciptakan oleh Buddha Tzu Chi. Karena itu marilah kita bersama-sama jangan melihat Buddha Tzu Chi ini ketika dulu SMA N 1 didirikan dan kita cuma melihat tulisan-tulisan cina saja dan langsung negative thingking. Mulai dari dulu pembagian beras, baksos, bedah rumah di lubuk buaya, dan sampai sekarang ini intinya Cuma satu, yaitu cinta kasih. Semoga saja kita semua warga Padang mendapatkan manfaat yang baik dan dapat berobat dengan baik serta diberikan kesehatan yang baik,” cerita pak walikota disambut dengan tepuk tangan meriah dari para undangan.

Kolonel Infantri  Drs. Amrin (Komandan Korem 032/Wirapradja)mengungkapkan hal yang berbeda pada awal sambutannya, dengan membawa motto hidup menjadi bahagia apabila melihat orang lain berbahagia, dirinya mengajak warganya untuk mengembangkan cinta kasih pada sesama. “Kegiatan sosial kemanusiaan seperti ini harus selalu dikembangkan, mengingat kita adalah makhluk sosial dan juga sebagai pertanggungjawaban kepada tuhan yang maha esa. Masih banyak saudara-saudara kita yang dalam kehidupannya masih banyak kekurangan dan keterbelakangan baik sosial maupun kesehatannya. Dengan adanya baksos ini diharapkan mampu membantu program pemerintah dalam mewujudkan jaminan kesehatan bagi masyarakat,” ucap Danrem. “Mudah-mudahan niat baik dan apa yg kita lakukan bersama ini akan menjadi nilai amal dan kebaikan bagi dunia soidaritas dan moral sosial serta memperkokoh kebersamaan kita semua,” tutupnya.

Acara baksos akhirnya resmi dibuka dengan dipakaikannya jaslab bedah oleh Danrem kepada perwakilan dokter yang kemudian dilanjutkan dengan peragaan isyarat tangan lagu Dunia yang Indah oleh sembilan siswi SMA N 1 Padang. Para siswi yang hanya latihan satu hari sebelum pementasan ini terlihat penuh senyum memeragakan isyarat tangan dan terlihat tidak canggung ataupun kaku.

foto  foto

Keterangan :

  • Po San Shixiong memberikan penghiburan pada emak Samsiar di ruang pemulihan, jarak rumah yang jauh menyebabkan Samsiar harus menginap di ruang pemulihan baksos (kiri).
  • Para relawan tidak henti-hentinya memberikan perhatian pada pasien (kanan).

Hujan yang mengguyur padang tadi pagi ternyata menyisakan udara sejuk yang hadir setelah dua hari sebelumnya Padang dilanda panas terik yang menyengat. Udara sejuk ini membuat pasien dan juga keluarganya merasa nyaman untuk tinggal di rumah sakit.

Berjuang Sebatang Kara
Malam sebelumnya, telah banyak pasien yang menginap di ruang pemulihan, rata-rata mereka telah berusia lanjut dan mempunyai rumah yang jauh dari rumah sakit tempat baksos. Salah satunya adalah Emak Samsiar (69), pasien penderita katarak yang berhasil disembuhkan oleh Tzu Chi. Emak merupakan seorang janda tentara yang tinggal di desa Pasar Usam, Ujung Gunung, jauh dari daerah perkotaan Padang. Setelah ditinggal sang suami, emak yang mempunyai lima orang anak ini tinggal sebatang kara karena anak-anaknya memilih untuk merantau ke luar kota guna mencari nafkah, memenuhi ekonomi keluarga. Enam bulan sudah penglihatannya semakin memudar, selain katarak yang dideritanya, faktor usia tentu saja memengaruhi penglihatannya ini. “Sudah enam bulan mata emak gelap, sama anak emak nggap boleh operasi. Katanya nanti nggak ada yang nungguin emak, nggak ada yang nungguin rumah, nggak ada biaya,” ujar emak mulai bercerita.

 Sehari-hari emak hidup dengan uang pensiunan sang suami tanpa mengharapkan kiriman dari anaknya karena mempertimbangkan biaya yang harus ditanggung oleh anak-anaknya yang sekarang telah mempunyai keluarga. “Alhamdullilah, suami masih ninggalin uang pensiunan. Jadi nggak usah ngarepin kiriman dari anak-anak buat hidup sehari-hari,” tutur emak.

“Pertama tahu ada baksos dari teman emak yang juga sakit katarak. Pagi-pagi sekali tuh teman emak datang ke rumah sambil naik ojek trus cerita sama emak soal baksos ini. Kita pergi ikut priksa (screening) berdua. Tapi temen emak ternyata malah nggak boleh operasi, ada gula (diabetes) katanya,” kata emak Samsiar. Beruntung dirinya dapat menjalani operasi dengan lancar sehingga kini dirinya dapat kembali menjalani aktifitas dengan baik dengan penglihatan yang mulai cerah. “Sekarang emak sudah bisa baca Al’Quran lagi, sudah enam bulan emak nggak ngaji,” ucapnya gembira.

Di balik kegembiraan emak, sangat disayangkan, ternyata ke lima anak dari Samsiar mungkin melupakannya sebagai seorang ibu. Sudah lama sekali anak-anak emak tidak berkunjung atau memberikan biaya hidup untuk emak. Sebagai seorang ibu, rasa kerinduan ingin memeluk dan merengkuh buah hati tetaplah tumbuh, namun emak hanya bisa pasrah dengan anak-anaknya. Dalam doanya, emak selalu melafalkan rentetan ayat Al’Quran untuk anak-anaknya, semoga bahagia, semoga rejeki dan kesehatan selalu berlimpah bagi sang anak.

  
 

Artikel Terkait

Kasih bagi Semesta

Kasih bagi Semesta

19 Desember 2008 Meskipun kemampuan melihatnya tidak sempurna, tapi Aan Setia Herianto dengan terampil memainkan jari-jarinya memencet tuts keyboard. Tidak cukup sampai di situ, lirik-lirik lagu kemudian meluncur dari bibirnya. Judulnya Kasih bagi Semesta. Ternyata ia tidak hanya piawai memainkan keyboard, kemampuan olah vokalnya juga prima.
Banjir Jakarta: Relawan Berompi Tzu Chi

Banjir Jakarta: Relawan Berompi Tzu Chi

29 Januari 2013 Bekerja sama dengan TNI melakukan tanggap darurat banjir Jakarta, aktivitas di Tzu Chi Center yang menjadi pusat logistik ini beragam, mulai dari penerimaan bantuan, pengelompokan jenis bantuan yang diterima, pengolahan makanan, hingga distribusi makanan dan bantuan.
Gempa Jepang : Bantuan Tiba di Iwate

Gempa Jepang : Bantuan Tiba di Iwate

25 Maret 2011 Tanggal 23 Maret, jam 11 pagi (waktu Taiwan jam 10 pagi), relawan Tzu Chi Jepang mengirimkan 10 ton bahan bantuan ke Kabubaten Iwate, salah satu daerah yang dilanda bencana gempa dan tsunami terparah.
Memberikan sumbangsih tanpa mengenal lelah adalah "welas asih".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -