Baksos Ke-90: Mewujudkan Kepedulian Sosial

Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta Wulandari
 
 

foto
Ibu Salikah (80) berharap dapat melihat dengan jelas kembali dan dapat melakukan aktivitasnya sehari-hari sebagai tukang urut setelah mengikuti operasi katarak pada Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-90.

Ibu Salikah, ibu yang tahun ini berusia 80 tahun ini terlihat berjalan tertatih-tatih ditemani salah seorang anaknya. Langkahnya pelan karena usianya yang lanjut membuatnya sulit untuk berjalan lebih cepat, ditambah lagi kondisi punggungnya yang bongkok akibat jatuh terpeleset beberapa tahun lalu. Sesaat setelah turun dari angkutan umum yang dinaikinya, Salikah selalu memegang erat tangan Sainah, anak ke-8 nya, sesekali ia mengeluarkan kain slayer berwarna hijau yang ia selipkan dibajunya untuk menyeka matanya yang berair.

Sejak tujuh bulan lalu penglihatan Ibu Salikah sudah mulai kabur dan meremang. Mata kanan dan kirinya seakan susah untuk diajak bekerjasama dengan pekerjaan yang sehari-hari dijalaninya. “Hari-hari, mak mijit, tapi kalau pijit udah nggak keliatan. Mesti nunggu beberapa menit buat matanya menyesuaikan, baru bisa sedikit-sedikit mijit,” ujarnya. “Cuma sekarang mah susahnya kalau ada pijit panggilan mak nggak bisa dateng neng, udah nggak bisa liat matanya. Dulu mah kemana-mana mak dateng, ada yang di Cengkareng, Serang, di mana-mana lah neng,” tambahnya. Sehari-hari, Ibu Salikah memang bekerja sebagai tukang urut atau tukang pijit, pekerjaan yang menurutnya merupakan turunan dari orang tuanya yang telah ia tekuni selama lebih dari 50 tahun hidupnya. “Untuk ngidupin anak-cucu,” begitulah alasan yang ia ungkapkan saat saya bertanya mengenai pekerjaannya itu.

Walaupun telah menjanda selama hampir 13 tahun, Ibu Salikah tidaklah sendiri menjalani kehidupannya. Ia hidup bersama 10 anak, 27 cucu, dan 12 cicitnya di rumah yang saling berdekatan dan hidup dalam kesederhanaan. Suasana keluarga besar inilah yang selalu membuatnya tidak ingin berhenti melakukan pekerjaannya. Penghasilan hariannya sendiri tidak pernah pasti karena Salikah tidak pernah mematok harga jasa pijitnya, “Seikhlasnya saja,” katanya. “Kalau Ikhlas kan jadi nambah saudara di mana-mana,” jelasnya lagi sambil tersenyum.

foto  foto

Keterangan :

  • Sebanyak 150 relawan yang terdiri dari relawan, guru sekolah Tzu Chi Indonesia dan barisan Kopassus ikut ambil andil melayani para pasien yang hadir (kiri).
  • Dokter Ruth memberikan sedikit penjelasan mengenai operasi yang akan dijalankan oleh pasien, sehingga mereka mengerti tentang konsekuensi yang akan terjadi (kanan) .

Hari ini (13/4/13) Ibu Salikah merupakan satu dari 83 pasien penderita Katarak yang akan dioperasi dalam Baksos Kesehatan Tzu Chi yang ke-90 yang bekerjasama dengan Grup I Kopassus. Baksos ini telah ia tunggu-tunggu sekian lama karena untuk melakukan pengobatan mata bisa mengeluarkan biaya yang tidak sedikit apalagi bagi masyarakat yang kebanyakan mempunyai tingkat perekonomian rendah dan kesadaran untuk hidup sehat yang rendah. “Banten merupakan provinsi baru dengan data kesehatan yang rendah apabila dibandingkan dengan provinsi-provinsi lain. Di satu sisi dari budaya-budaya kesadaran masyarakat untuk hidup sehat juga kurang, kemudian sarana prasarana dan fasilitas rumah sakit pendukung juga masih terbatas,” ungkap Kolonel Infantri M. Saleh Mustafa, Dangrup I Kopassus Baladika, menjelaskan mengenai kondisi dari warga binaan di kota Serang.

Dalam sambutannya, Dangrup Saleh mengatakan, “Wujud kegiatan ini adalah apa yang dinamakan kepedulian sosial yang merupakan niat baik yang diwujudkan dalam perbuatan yang pada intinya untuk membantu sesama. Jadi keberadaan Buddha Tzu Chi disini adalah berangkat dari ketulusan hati atas dasar kepedulian sosial. Kami juga berterima kasih karena momennya dihadapkan dengan hari ulang tahun, mudah-mudah niat kebaikan ini dijadikan satu menjadi amal perbuatan yang berkah untuk kita semuanya dan tentunya kepada para bapak dan ibu yang telah hadir berobat disini karena apabila tidak ada bapak dan ibu, kita tidak akan bisa berbuat baik. Interaksi ini merupakan suatu perpaduan apa yang disebut keperdulian sosial tersebut.”

“Kepedulian sosial ini luar biasa tanpa ada batasan wilayah, tidak melihat batasan, tidak diskriminatif, tidak melihat perbedaan suku, agama dan juga tidak melihat perbedaan negara. Ini sudah terbukti karena Tzu Chi sendiri merupakan NGO yang berasal dari Taiwan dan sekarang bisa sampai di sini, semua berangkat dari hati dan nurani. Ini sangat luar biasa kepedulian sosial ini. Saya rasa setiap orang pasti punya rasa kepedulian sosial itu sehingga sebaiknya kita perkuat rasa kepedulian itu dalam rangka membangun wilayah, lingkungan dan pada akhirnya membangun kebersamaan dan persatuan serta kesatuan kita semua. Harapan saya khususnya pada kita semua kiranya dengan jiwa dan semangat keperdulian sosial, kita dalam rangka pengobatan sosial selalu tertanam dalam hidup kita dan kita wujudkan dalam kehidupan kita sehari-hari sehingga kita menjadi satu keluarga besar,” pungkas pak Komandan.

foto  foto

Keterangan :

  • Dokter-dokter dari Kopassus ini dengan teliti memeriksa tensi darah setiap pasien yang datang (kiri) .
  • Anak-anak SD Taman Baru I, Serang, diajarkan bagaimana tatacara merawat gigi dengan benar, mulai dari cara menyikat gigi hingga waktu kapan saja harus menyikat dan membersihkan gigi mereka (kanan) .

Selain pengobatan mata, di kegiatan baksos kali ini disediakan juga pengobatan gigi yang ditujukan bagi 100 anak SD Taman Baru 1 serta bagi masyarakat dan para pendamping pasien yang hadir. Terhitung sebanyak 178 pasien gigi berhasil ditangani oleh dokter. Tertina Aratri, salah satu pasien yang masih duduk di kelas V SD ini mengaku tidak takut untuk menghadapi pemeriksaan gigi karena selama ini giginya jarang sekali mengalami rasa sakit karena ia rajin merawat gigi. Dan terbukti, setelah melakukan pemeriksaan dia berhasil lolos karena giginya masih dalam kondisi yang baik.

Saling Belajar
Baksos yang kali ini dilaksanakan di Markas Grup I Kopassus, Serang ini ternyata tidak hanya diikuti oleh relawan dari KP Tangerang namun juga diikuti oleh relawan He Qi Pusat dan He Qi Timur. “Di baksos ada juga relawan dari He Qi Pusat dan He Qi Timur, itu karena ralawan dari sana sudah berpengalaman untuk melakukan baksos mata dan gigi sedangkan Tangerang belum. Kita harapkan, kita dapat belajar dari mereka istilahnya alih teknologi sehingga nantinya kita dapat menyerap dan mempraktikkannya lain kali. Kita harapkan dari bantuan mereka (He Qi Pusat dan He Qi Timur) kekuatan kita semakin besar sehingga kita dapat membantu lebih banyak orang, seperti harapan Master apabila kita dapat membantu lebih banyak orang, berkah yang kita dapat juga akan semakin besar,” terang Lu Lian Chu Shijie, PIC baksos ke-90 ini.

Di baksos yang telah diadakan ke-90 kalinya ini, harapan yang terbersit masih tetap sama yaitu semoga semakin banyak jiwa yang terobati, semakin banyak mata yang kembali terang, dan semakin tersebar luas pula cinta kasih di dunia ini. Semoga baksos ini tidak hanya mendatangkan manfaat dan kebahagiaan bagi pasien penerima bantuan tetapi juga mendatangkan kebahagiaan bagi semua.

  
 

Artikel Terkait

Sepasang Tangan untuk Alam

Sepasang Tangan untuk Alam

15 Agustus 2016
Peresmian Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi pertama di Ehipassiko School BSD Tangerang sebagai wujud kepedulian terhadap lingkungan sekitar ditanamkan sejak dini kepada anak-anak sekolah. Harapannya agar generasi penerus bangsa ini bisa menghargai lingkungandan mencintai bumi yang semakin sakit.
Suara Kasih: Menjernihkan Hati Demi Bumi

Suara Kasih: Menjernihkan Hati Demi Bumi

30 September 2011 Sungguh penderitaan tak terkira. Kondisi di Libya sungguh memprihatinkan. Ini telah berlangsung 6 bulan lebih. Warga setempat hidup penuh penderitaan. Setiap hari mereka hidup dalam kekhawatiran dan ketakutan. Penderitaan ini jauh lebih besar daripada derita akibat bencana alam.
Ini Cara Relawan Tzu Chi Genjot Pertanian Ramah Lingkungan

Ini Cara Relawan Tzu Chi Genjot Pertanian Ramah Lingkungan

02 September 2021

Relawan Tzu Chi Tangerang menghadiri undangan panen raya padi bersama para kelompok Tani Suka Maju di Kampung Simpak Jagabaya karena beberapa petani di sana menggunakan eco enzyme sebagai pupuknya.

Jika selalu mempunyai keinginan untuk belajar, maka setiap waktu dan tempat adalah kesempatan untuk mendapatkan pendidikan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -