Baksos Ke-90: Mewujudkan Kepedulian Sosial
Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta Wulandari
|
| ||
Sejak tujuh bulan lalu penglihatan Ibu Salikah sudah mulai kabur dan meremang. Mata kanan dan kirinya seakan susah untuk diajak bekerjasama dengan pekerjaan yang sehari-hari dijalaninya. “Hari-hari, mak mijit, tapi kalau pijit udah nggak keliatan. Mesti nunggu beberapa menit buat matanya menyesuaikan, baru bisa sedikit-sedikit mijit,” ujarnya. “Cuma sekarang mah susahnya kalau ada pijit panggilan mak nggak bisa dateng neng, udah nggak bisa liat matanya. Dulu mah kemana-mana mak dateng, ada yang di Cengkareng, Serang, di mana-mana lah neng,” tambahnya. Sehari-hari, Ibu Salikah memang bekerja sebagai tukang urut atau tukang pijit, pekerjaan yang menurutnya merupakan turunan dari orang tuanya yang telah ia tekuni selama lebih dari 50 tahun hidupnya. “Untuk ngidupin anak-cucu,” begitulah alasan yang ia ungkapkan saat saya bertanya mengenai pekerjaannya itu. Walaupun telah menjanda selama hampir 13 tahun, Ibu Salikah tidaklah sendiri menjalani kehidupannya. Ia hidup bersama 10 anak, 27 cucu, dan 12 cicitnya di rumah yang saling berdekatan dan hidup dalam kesederhanaan. Suasana keluarga besar inilah yang selalu membuatnya tidak ingin berhenti melakukan pekerjaannya. Penghasilan hariannya sendiri tidak pernah pasti karena Salikah tidak pernah mematok harga jasa pijitnya, “Seikhlasnya saja,” katanya. “Kalau Ikhlas kan jadi nambah saudara di mana-mana,” jelasnya lagi sambil tersenyum.
Keterangan :
Hari ini (13/4/13) Ibu Salikah merupakan satu dari 83 pasien penderita Katarak yang akan dioperasi dalam Baksos Kesehatan Tzu Chi yang ke-90 yang bekerjasama dengan Grup I Kopassus. Baksos ini telah ia tunggu-tunggu sekian lama karena untuk melakukan pengobatan mata bisa mengeluarkan biaya yang tidak sedikit apalagi bagi masyarakat yang kebanyakan mempunyai tingkat perekonomian rendah dan kesadaran untuk hidup sehat yang rendah. “Banten merupakan provinsi baru dengan data kesehatan yang rendah apabila dibandingkan dengan provinsi-provinsi lain. Di satu sisi dari budaya-budaya kesadaran masyarakat untuk hidup sehat juga kurang, kemudian sarana prasarana dan fasilitas rumah sakit pendukung juga masih terbatas,” ungkap Kolonel Infantri M. Saleh Mustafa, Dangrup I Kopassus Baladika, menjelaskan mengenai kondisi dari warga binaan di kota Serang. Dalam sambutannya, Dangrup Saleh mengatakan, “Wujud kegiatan ini adalah apa yang dinamakan kepedulian sosial yang merupakan niat baik yang diwujudkan dalam perbuatan yang pada intinya untuk membantu sesama. Jadi keberadaan Buddha Tzu Chi disini adalah berangkat dari ketulusan hati atas dasar kepedulian sosial. Kami juga berterima kasih karena momennya dihadapkan dengan hari ulang tahun, mudah-mudah niat kebaikan ini dijadikan satu menjadi amal perbuatan yang berkah untuk kita semuanya dan tentunya kepada para bapak dan ibu yang telah hadir berobat disini karena apabila tidak ada bapak dan ibu, kita tidak akan bisa berbuat baik. Interaksi ini merupakan suatu perpaduan apa yang disebut keperdulian sosial tersebut.” “Kepedulian sosial ini luar biasa tanpa ada batasan wilayah, tidak melihat batasan, tidak diskriminatif, tidak melihat perbedaan suku, agama dan juga tidak melihat perbedaan negara. Ini sudah terbukti karena Tzu Chi sendiri merupakan NGO yang berasal dari Taiwan dan sekarang bisa sampai di sini, semua berangkat dari hati dan nurani. Ini sangat luar biasa kepedulian sosial ini. Saya rasa setiap orang pasti punya rasa kepedulian sosial itu sehingga sebaiknya kita perkuat rasa kepedulian itu dalam rangka membangun wilayah, lingkungan dan pada akhirnya membangun kebersamaan dan persatuan serta kesatuan kita semua. Harapan saya khususnya pada kita semua kiranya dengan jiwa dan semangat keperdulian sosial, kita dalam rangka pengobatan sosial selalu tertanam dalam hidup kita dan kita wujudkan dalam kehidupan kita sehari-hari sehingga kita menjadi satu keluarga besar,” pungkas pak Komandan.
Keterangan :
Selain pengobatan mata, di kegiatan baksos kali ini disediakan juga pengobatan gigi yang ditujukan bagi 100 anak SD Taman Baru 1 serta bagi masyarakat dan para pendamping pasien yang hadir. Terhitung sebanyak 178 pasien gigi berhasil ditangani oleh dokter. Tertina Aratri, salah satu pasien yang masih duduk di kelas V SD ini mengaku tidak takut untuk menghadapi pemeriksaan gigi karena selama ini giginya jarang sekali mengalami rasa sakit karena ia rajin merawat gigi. Dan terbukti, setelah melakukan pemeriksaan dia berhasil lolos karena giginya masih dalam kondisi yang baik. Saling Belajar Di baksos yang telah diadakan ke-90 kalinya ini, harapan yang terbersit masih tetap sama yaitu semoga semakin banyak jiwa yang terobati, semakin banyak mata yang kembali terang, dan semakin tersebar luas pula cinta kasih di dunia ini. Semoga baksos ini tidak hanya mendatangkan manfaat dan kebahagiaan bagi pasien penerima bantuan tetapi juga mendatangkan kebahagiaan bagi semua. | |||
Artikel Terkait
Bantuan Sosial Peduli Covid-19 untuk Pesantren Luhur Altsaqofah
29 Maret 2021Silaturahmi para relawan Tzu Chi Indonesia ke pondok pesantren selalu berhasil membangkitkan rasa haru dan hangat di hati. Bukan saja menyaksikan keharmonisan antar pemeluk agama yang berbeda, namun juga persaudaraan anak bangsa untuk saling peduli, khususnya di masa pandemi ini. Seperti penyaluran 350 paket beras dan masker ke Pesantren Luhur Altsaqofah ini.
Tetap Semangat Berbuat Kebajikan
25 Februari 2014 Kegiatan pembagian bantuan paket bencana banjir kepada warga di dua kecamatan di wilayah Pati, Jawa Tengah melibatkan banyak pihak. Tentunya orang-orang yang bersedia membantu dengan menjadi relawan dibarengi rasa tulus hati.Waspada Silent Killer Hipertensi
07 Juni 2024Tzu Chi Batam mengundang para Gan En Hu (penerima bantuan Tzu Chi) untuk "pulang" ke Aula Jing Si, dan membawa pulang bekal ilmu dan wawasan yang bermanfaat dari materi yang dibawakan oleh dokter dari TIMA Batam.