Baksos Ke-90:Perwujudan Rasa Syukur

Jurnalis : Rianto Budiman (He Qi Pusat), Fotografer : Rianto Budiman (He Qi Pusat)
 
 

foto
Fifi Shijie sedang menjelaskan hal-hal yang harus diperhatikan pasien pasca operasi katarak kepada Samuti (72).

Lampu penerangan jalan masih menyala, jalan pun masih lengang ketika penulis meluncur dari rumah di Sunter, Jakarta Utara untuk menjemput beberapa relawan lainnya. Maklum jam baru menunjukkan pukul 5 pagi. Ketika menjemput 2 orang relawan di daerah jalan Latumenten, jam sudah menunjukkan pukul 5.45 pagi. Dari sana kami bergerak melalui jalan tol Jakarta – Merak untuk menuju kota Serang, Banten.

 

Setelah menempuh jarak lebih dari 70 km, tak jauh dari pintu keluar tol Serang Barat sampailah kami di Markas Grup 1 Kopassus (Komando Pasukan Khusus) pada jam 7 pagi. Di tempat inilah, mulai jam 8 pagi, hari Sabtu tanggal 13 April 2013 diadakan Baksos Kesehatan Operasi Katarak dan Gigi dalam rangka HUT ke-61 Korps Baret Merah di Grup 1 Kopassus bekerja sama dengan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia dan RSPAD Gatot Soebroto dan merupakan Bakti Sosial Pengobatan yang ke-90 dari Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.

Ketika menyusuri kompleks markas yang sangat luas ini (lebih dari 230 hektar- menurut keterangan dari Praka Deni), suasana terasa nyaman, damai dan sangat asri dengan banyaknya pepohonan. Gedung olahraga, kolam renang, kolam pemancingan, taman, sekolah dasar, serta bangunan masjid yang berdampingan dengan 2 gedung gereja ada di dalam kompleks, bahkan ada taman yang dihuni oleh banyak monyet yang berkeliaran dengan bebasnya. Sungguh tidak terasa bahwa ini adalah sebuah kompleks markas tentara. Tidak terihat adanya peralatan perang kecuali kendaraan pengangkut pasukan dan adanya beberapa lapangan untuk latihan para prajurit.

Kerjasama Banyak Pihak
Baksos kesehatan untuk mata (katarak dan pterygium) yang dilaksanakan pada tanggal 13 April 2013 ini sebenarnya sudah didahului dengan proses screening seminggu sebelumnya, yaitu pada tanggal 6 April 2013. Dari 399 orang yang mendaftar, yang lolos proses screening hanya 93 pasien katarak dan 28 orang pasien pterygium.

foto  foto

Keterangan :

  • Andrew Iskandar, seorang anggota Tzu Ching, sedang menghibur dan menenangkan seorang pasien yang akan segera memasuki ruang operasi (kiri).
  • Murid-murid Kelas Budi Pekerti Tzu Chi memeragakan bahasa isyarat tangan dalam acara pembukaan Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-90 di Serang (kanan) .

Menurut Lu Lien Chu Shijie yang menjadi koordinator kegiatan, sekitar 150 orang terlibat dalam kegiatan baksos ini. Bukan hanya relawan biru putih dan abu putih saja, tetapi juga hadir belasan guru dan staf dari Sekolah Tzu Chi Indonesia (Pantai Indah Kapuk), Tzu Ching, staf dan karyawan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, murid-murid dari Kelas Budi Pekerti Tzu Chi Tangerang, anggota Kopassus serta sukarelawan umum yang datang berpartisipasi membantu kegiatan baksos ini.

Baksos kesehatan ini berhasil merawat dan mengobati 178 orang di bagian poli gigi, sedangkan untuk mata berhasil dilaksanakan 83 operasi katarak dan 25 operasi pterygium. Tim medis yang terlibat terdiri atas 10 dokter mata, 14 dokter gigi, 13 perawat di poli mata, 7 perawat di poli gigi, 8 dokter umum, 3 apoteker dan 2 asisten apoteker. Sekitar pukul 1 siang, bagian poli gigi sudah menyelesaikan perawataan terhadap seluruh pasien, sedang bagian mata baru dapat menyelesaikannya sekitar pukul 5 sore.

Bersyukur dan Bersumbangsih
Katarak adalah sejenis kerusakan mata yang menyebabkan lensa mata berselaput dan rabun. Lensa mata menjadi keruh dan cahaya tidak dapat menembusnya, bervariasi sesuai tingkatannya dari sedikit sampai keburaman total dan menghalangi jalan cahaya (Wikipedia). Bayangkan jika kita sendiri atau ada anggota keluarga kita yang menderita katarak dan kesulitan dalam mendapatkan akses pengobatan, seperti yang dialami oleh Samuti (72), salah satu pasien baksos operasi katarak yang mulai terganggu penglihatannya sejak 2 tahun yang lalu.

foto  foto

Keterangan :

  • Para guru dan staf Sekolah Tzu Chi Indonesia (PIK) tutut bersumbangsih dengan menggunting bulu mata pasien yang akan menjalani operasi mata (kiri) .
  • Sebuah ruangan yang ada di Aula Asabha dalam kompleks markas grup 1 Kopassus disulap menjadi sebuah kamar operasai katarak dan pterygium (kanan) .

Samuti, sejak sekitar 2 tahun yang lalu merasakan ada bintik hitam yang menghalangi penglihatan mata kirinya. Bintik hitam tersebut kian lama kian membesar yang ia gambarkan seperti Pulau Kalimantan dalam peta dan akhirnya “pulau” itu kian membesar menutupi seluruh mata kirinya hingga mata kirinya tak dapat melihat lagi. Samuti sangat bersyukur dan berterima kasih serta berharap lewat baksos operasi katarak ini dapat mengembalikan “terang” di mata kirinya.

Fifi Shijie adalah salah seorang relawan Tzu Chi yang bertugas di bagian apotek yang melayani para pasien pasca operasi katarak dan pterygium. Dalam kesehariannya ia adalah seorang karyawan bagian administrasi pada sebuah perguruan tinggi yang ada di Kota Tangerang. Hari Sabtu sebenarnya adalah hari kerja baginya, tetapi agar tidak kehilangan kesempatan untuk bersumbangsih, Fifi meminta izin untuk tidak masuk kantor. Fifi Shijie terlihat begitu sabar dalam menjelaskan pemakaian obat dan hal-hal yang harus diperhatikan pasien pasca operasi. FifiShijie, yang bergabung sebagai relawan Tzu Chi sejak tahun 2008, mengatakan bahwa ia bersyukur saat ini masih sehat dan merasa berbahagia dapat bersumbangsih. Lewat bersumbangsih pula akan mengingatkannya untuk selalu bersyukur.

Andrew Iskandar, seorang anggota Tzu Ching (komunitas muda-mudi Tzu Chi), saat ini masih kuliah di Fakultas Teknik Mesin di sebuah universitas di Jakarta. Andrew pada baksos ini bertugas meneteskan obat mydriatil pada mata pasien yang akan dioperasi serta menghibur dan menenangkan pasien yang akan segera masuk ke ruang opererasi. Andrew menyadari dan sangat bersyukur dengan keadaannya saat ini, tidak kurang sesuatu serta memiliki orang tua yang sehat dan menyayanginya. “Sebagai perwujudan dari rasa syukur itu maka kita harus lebih banyak bersumbangsih,” ujar Andrew. Apa yang dirasakan oleh Andrew dan Fifi sangat sesuai dengan apa yang dikatakan Master Cheng Yen melalui kata perenungan, “Hidup manusia tidak kekal. Bersumbangsilah segera di kala masyarakat memerlukan Anda, lakukanlah selama Anda masih bisa melakukannya.”

 

 
 

Artikel Terkait

Menerima Perubahan dengan Bijaksana

Menerima Perubahan dengan Bijaksana

24 Agustus 2008 Masih ingat dengan Desi dan Intan? Mereka adalah pasien bakos kesehatan Tzu Chi di RS Harapan Bersama yang operasi pada tanggal 23 Agustus. Keesokan paginya, 24 Agustus 2008, mereka datang ke RS Harapan Bersama, Singkawang, Kalimantan Barat untuk mendapatkan pengobatan lanjutan.
Bantuan Tzu Chi untuk Shelter Karantina Covid-19 di UGM

Bantuan Tzu Chi untuk Shelter Karantina Covid-19 di UGM

13 September 2021

Tzu Chi Indonesia memberikan bantuan ranjang (269 set), tv, kulkas, dan lainnya untuk Shelter Isolasi Mandiri di Islamic Center UGM Yogyakarta. Bantuan ini bentuk dukungan Tzu Chi terhadap penanganan Covid-19 di tanah air.

Veronica, Anak Asuh Teratai Tzu Chi: “Saya mulai memahami apa yang harus saya lakukan setelah lulus sekolah”.

Veronica, Anak Asuh Teratai Tzu Chi: “Saya mulai memahami apa yang harus saya lakukan setelah lulus sekolah”.

13 Oktober 2022

Kelompok Teratai Tzu Chi kembali mengadakan pertemuan pada 02 Oktober 2022 di gedung ITC Mangga Dua. Pertemuan rutin ini diharapkan dapat membangun character building anak. 

Meski sebutir tetesan air nampak tidak berarti, lambat laun akan memenuhi tempat penampungan besar.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -