Baksos Kesehatan Bagi Anak-Anak SLB Wijaya Kusumah

Jurnalis : Marlina (He Qi Cikarang), Fotografer : Marlina, Liu Lie Li (He Qi Cikarang)

Relawan Tzu Chi dengan penuh kasih mendampingi seorang murid SLB Wijaya Kusumah agar tidak melepas alat ukur tensi.

Dalam satu pekan yang sibuk menyiapkan baksos pengobatan katarak, para relawan Tzu Chi di komunitas Cikarang tak kenal lelah untuk terus menjalin jodoh baik. Dalam rangka memperingati HUT Bhayangkara ke 78, komunitas relawan Cikarang bekerjasama dengan Polres Metro Bekasi mengadakan baksos kesehatan bagi anak-anak berkebutuhan khusus di Sekolah Luar Biasa Wijaya Kusumah. Relawan juga membagikan alat bantu bagi murid penyandang disabilitas di Sekolah Luar Biasa Negeri Kabupaten Bekasi.

Tidak tanggung-tanggung, sebanyak 35 relawan dengan semangat luar biasa mengadakan kegiatan di dua sekolah luar biasa sekaligus dalam satu hari.  Para relawan mulai berdatangan dan berkumpul di lapangan Sekolah Luar Biasa (SLB) Wijaya Kusumah pada Rabu 26 Juni 2024 pukul 06.00 WIB.  SLB Wijaya Kusumah berlokasi di Cibitung yang kemudian lanjut ke SLB Negeri Kab. Bekasi yang berlokasi di Serang Baru siang harinya.

Di SLB Wijaya Kusumah, relawan memulai dengan menampilkan Shou Yu lagu Satu Keluarga di dalam aula di mana anak-anak beserta guru dan orang tua berkumpul.  Polwan yang hadir ikut mengisi acara dengan berinteraksi melalui tanya jawab pada anak-anak.  Sudut mata penulis menangkap seorang sosok guru dari sekian banyak pahlawan tanpa jasa yang mengabdi di SLB Wijaya Kusumah, tampil di depan panggung menerjemahkan ucapan melalui isyarat tangan kepada anak muridnya. 

Mengabdi sebagai guru bagi anak-anak tuna rungu, Mayang (29), ibu dari dua anak ini telah enam tahun mengajar di SLB Wijaya Kusumah. “Bahasa isyarat itu ada dua macam, SIBI, yang baku seperti yang saya pelajari saat kuliah dan BISINDO. Nah, yang dibutuhkan anak-anak dan lebih mudah diaplikasikan adalah BISINDO,” ujar Mayang sambil memperagakan perbedaan kedua isyarat tangan tersebut.

“Menurut anak-anak, SIBI itu lebih kepada menerjemahkan, sedangkan BISINDO itu mengartikan”, tambah Mayang yang kemudian memberikan contoh seperti bangun tidur.  Pada sistem SIBI, bangun tidur diperagakan melalui 2 gerakan sesuai 2 kata yaitu dengan kedua jari tangan telunjuk dan jempol diletakkan pada ujung mata yang mengartikan bangun, lalu disusul dengan gerakan kedua telapak tangan direkapkan di samping kepala yang dimiringkan yang mengartikan tidur.

Sedangkan BISINDO cukup dengan 1 gerakan yaitu kedua lengan tangan yang dijulurkan ke atas melewati kepala meniru persis gerakan kita menarik badan saat bangun tidur.  “Jadi kata mereka (anak-anak), belajar bahasa isyarat itu harus sama anak-anak tuna rungu bukan sama anak yang normal,” imbuh Mayang lagi.


“Ternyata di lingkungan kita itu belum mendukung disabilitas, contohnya ketika kami membawa anak-anak beli GACOAN, kan ada suara panggilan ya, anak-anak enggak bisa dengar. Aduh, kalau mereka sendiri jadinya gimana ya, baru sadar banyak sekali hal-hal yang anak-anak belum dapatkan haknya,” kesan Mayang yang berasal dari keluarga yang juga mayoritas berprofesi sebagai guru.

Aisya menggunakan isyarat tangan saat berinteraksi dengan gurunya, Mayang.

Aisya adalah gadis 18 tahun, murid Mayang, yang baru menyelesaikan studi SMA.  Anak gadis yang ceria ini bercita-cita menjadi seorang make-up artist.  Sebuah hobi sekaligus talenta yang disadari saat menjalankan pelatihan di sekolahnya saat duduk dibangku SMP.  Dimulai dengan demam yang sering dideritanya saat bayi, Aisya akhirnya didiagnosa gangguan pendengaran pada umur 1.5 tahun. 

“Umur setahun itu bisa bicara ya, ngomong papa mama, lalu mulai enggak respon, ke sininya hilang hilang hilang gitu, pas dicek ini ya kirinya 90 desibel dan kanannya 80 desibel.  Kita yang normal itu di bawah 50 desibel”, jelas Marsini ibunda dari Aisya. Marsini berharap cerita Aisya dapat menginspirasi orang tua lain yang memiliki anak yang berkebutuhan khusus agar tidak cepat putus asa.

Pemeriksaan kesehatan umum seperti pengecekan HB, tensi dan pemeriksaan gigi pada anak-anak berkebutuhan khusus di SLB Wijaya Kusumah melibatkan 3 dokter umum, 2 dokter gigi, 2 orang analisis, 3 perawat dan 1 apoteker.  Proses pemeriksaan terbilang lancar. Walau didampingi oleh orangtua mereka, beberapa relawan ambil andil dan terlihat piawai saat memenangkan anak-anak. 

“Hanya sedikit kendala bahasa saat memberikan penjelasan terkait obat kepada anak yang tidak didampingi oleh orangtuanya, tetapi kami bersyukur ada guru yang memberikan penjelesannya,” komentar Syaofiyana relawan yang kesehariannya berprofesi sebagai seorang apoteker yang juga menjadi koordinator kegiatan.

Sebanyak 82 anak berhasil diperiksa. Pada akhir pemeriksaan, para relawan membagikan goody bag kepada anak-anak sebagai reward atas keberanian menjalankan semua pemeriksaan dengan baik.

Di SLB Negeri Kab. Bekasi
Beranjak dari Cibitung, relawan membutuhkan sekitar 35 menit untuk bergerak melanjutkan kegiatan ke Serang Baru, lokasi SLB Negeri Kab. Bekasi berada.  SLB yang menampung anak tingkat SD hingga SMA ini membuka acara dengan menampilkan sebuah tarian solo seorang murid tuna rungu dengan busana kuningnya yang memukau hadirin di ruang serba guna sekolah.  

Penampilan Rofiah, anak penyandang tuna rungu dengan gemulai menampilkan tarian solo.

Diantara riuh penonton dan musik yang mengiringi tarian, seseorang berdiri di tengah ruangan melakukan gerakan-gerakan tangan yang ternyata membimbing muridnya di atas panggung.

Tyas Narulita Sari (32) adalah seorang wali kelas SMA dari 5 anak tunagrahita, anak-anak dengan hambatan intelektual.  Karena hobinya menari, oleh pihak sekolah, Tyas kemudian dipercaya untuk melatih Nimatur Rofiah, anak tuna rungu yang saat ini duduk dikelas 3 SMP, untuk menari. 

Tyas Narulita Sari, di bawah panggung yang memberikan kode kepada Rofiah diatas panggung agar bisa menari sesuai iringan lagu.

“Jadi sebenarnya Rofi itu enggak dengar sama sekali.  Jadi makanya kenapa saya di tengah karena ngasi instruksi, jadi harus kode,” jelas Tyas. “Awalnya saya bikin video dulu, dia pelajari di rumah dan ketika Rofi sudah sedikit mengerti dan hafal, baru kita terjun langsung praktik dan dia mengulang di rumah,” tambahnya.

Tyas juga menceritakan prioritasnya dalam mengajar anak-anak SMA tunagrahita adalah memberikan bekal untuk menjaga diri mereka sendiri, seperti memasak dan aktifitas keseharian lainnya. Karena kebanyakan dari mereka tidak akan lagi melanjutkan pendidikan.

Penampilan angklung oleh anak-anak tuna rungu di SLB Negeri Kab. Bekasi.

Acara dilanjutkan dengan performa permainan angklung oleh sekelompok anak-anak SLB yang juga tidak kalah riuh mengundang tepuk tangan penonton.  Penampilan angklung ini juga dipandu oleh seorang guru dengan memberikan isyarat tangan di bawah panggung. Sungguh besar jasa para guru bagi anak-anak di sekolah.

Penyerahan alat bantu oleh Veriyanto The kepada Sofia Syamsuni, S.pd, Kepala SLB  Negeri Kab. Bekasi.

Kegiatan inti dengan penyerahan alat bantu kepada anak penyandang disabilitas berupa 3 unit kursi roda dan 3 buah walker oleh perwakilan Yayasan Buddha Tzu Chi dan Polres Metro Bekasi kepada Sofia Syamsuni, S.Pd, Kepala Sekolah dari SLB Negeri Kab. Bekasi. Acara pun ditutup dengan penampilan shou yu oleh relawan dengan diiringi lagu Satu Keluarga dan Dunia yang Bersih. Para relawan pun pulang dengan hati sukacita.

Editor: Khusnul Khotimah

Artikel Terkait

Alat Bantu Dengar dari Tzu Chi Bikin Ruby Makin Ceria dan Juga Pintar

Alat Bantu Dengar dari Tzu Chi Bikin Ruby Makin Ceria dan Juga Pintar

08 Mei 2024

Dibanding dua sesi terapi sebelumnya, hari itu Ruby (5) sangat kooperatif. Ia sudah tak lari-larian, sudah tak merebut mainan lagi. Ia duduk tenang mengikuti instruksi terapisnya, Kak Afifah dengan baik.

Baksos Kesehatan Bagi Anak-Anak SLB Wijaya Kusumah

Baksos Kesehatan Bagi Anak-Anak SLB Wijaya Kusumah

27 Juni 2024

Memperingati HUT Bhayangkara ke 78, He Qi Cikarang bekerjasama dengan Polres Bekasi mengadakan baksos kesehatan di SLB Wijaya Kusumah, Bekasi. Relawan juga membagikan alat bantu bagi para murid.

Menerima Alat Bantu Dengar, Kesunyian Nurzatifah Berakhir

Menerima Alat Bantu Dengar, Kesunyian Nurzatifah Berakhir

25 Maret 2022

Berkat jalinan jodoh yang baik antara Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, PT Kasoem Hearing Center dan Komunitas dokter THT. Kini Tifah sudah bisa mendengar dengan jelas kembali.

Keharmonisan organisasi tercermin dari tutur kata dan perilaku yang lembut dari setiap anggota.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -