Baksos Kesehatan dan Sosialisasi Budaya Humanis
Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Hadi PranotoAgus Rijanto, relawan Komite Tzu Chi yang juga koordinator Sosialisasi Budaya Humanis Bagi Seniman Bangunan memberikan saran dan motivasi kepada para seniman bangunan. Salah satunya adalah saran untuk berhenti dari kebiasaan merokok demi kesehatan mereka.
Pagi itu, Sabtu 21 Juli 2018, Dedi dan rekan-rekannya seperti biasa berkumpul di lokasi pembangunan Tzu Chi Hospital, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Seragam kerja berikut Alat Pelindung Diri (APD) seperti helm, rompi berwarna terang, dan sepatu proyek pun sudah lengkap dikenakannya. Yang membedakan, pemuda berusia 19 tahun asal Padalarang , Bandung, Jawa Barat ini tak langsung bekerja, tetapi bersama rekan-rekannya menuju Basement Aula Jing Si, PIK, Jakarta Utara untuk mengikuti Baksos Kesehatan dan Sosialisasi Budaya Humanis yang diadakan Tzu Chi setiap bulan sekali.
“Kebetulan sedang agak kurang sehat,” ujarnya sembari menunggu antrian berobat. Selain batuk dan pilek, Dedi juga mengeluhkan jika ada gatal-gatal di tangannya. Setelah menjalani pemeriksaan dan mendapatkan obat, Dedi yang sehari-hari merakit besi-besi konstruksi ini tersenyum. “Kalau kerja di tempat lain, nggak ada pengobatan seperti ini. Kalo sakit ya berobat sendiri,” tukasnya. Sudah tiga bulan Dedi bekerja dan sudah tiga kali pula baksos kesehatan dan sosialisasi budaya humanis diikutinya. Dedi bersyukur mendapatkan perhatian dari relawan Tzu Chi.
Dedi (19), tengah memeriksakan kesehatannya. Pemuda asal
Bandung ini mengeluhkan kondisinya yang tengah kurang sehat. Adanya baksos
kesehatan membuatnya sangat terbantu untuk berobat.
Hal yang sama juga dirasakan Eka Jakarsih. Pemuda berusia 29 tahun asal Cianjur, Jawa Barat ini mengaku kegiatan baksos kesehatan ini sangat membantu dirinya. “Kalau pas sakit bisa berobat dan dapat obat gratis,” ungkapnya. Hal seperti ini belum pernah ia dapatkan di tempat kerja (proyek pembangunan) lain. Dedi sendiri sudah hampir setahun (11 bulan) bekerja sebagai “seniman bangunan” (istilah untuk pekerja proyek) pembangunan Tzu Chi Hospital ini.
Dalam baksos kesehatan kali ini, sebanyak 118 orang seniman bangunan mendapatkan layanan pemeriksaan dan pengobatan. Para seniman bangunan ini dilayani oleh 4 orang dokter, 6 apoteker, dan 34 relawan.
Eka
Jakarsih (29) merasa jika kegiatan baksos kesehatan ini sangat membantu
dirinya. “Kalau pas sakit bisa berobat dan dapat obat gratis,” ungkapnya. Hal
seperti ini belum pernah ia dapatkan di tempat kerja (proyek pembangunan) lain.
Manfaat Daur Ulang
Dalam kegiatan yang rutin diadakan sebulan sekali ini, selain baksos kesehatan, para seniman bangunan juga mendapatkan “pencerahan” dari relawan melalui sosialisasi yang berbeda-beda setiap bulan materinya. Mulai dari materi tentang budaya kerja yang baik, sehat, dan aman, pola hidup yang sehat, hingga materi tentang pelestarian lingkungan. Para seniman bangunan yang berjumlah sekitar 150 orang setiap bulannya, secara bergantian mengikuti baksos kesehatan dan sosialisasi budaya humanis (dua sesi). Dengan demikian selain mendapatkan pengobatan, para seniman bangunan ini juga mendapatkan pemahaman dan wawasan baru yang bisa diterapkan dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Sujono, relawan yang juga fungsionaris Daur Ulang dari komunitas relawan He Qi Utara 1 memberikan materi tentang program daur ulang Tzu Chi.
Materi Sosialisasi Budaya Humanis kali ini adalah tentang program daur ulang yang dilakukan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Materi ini dibawakan oleh Sujono, relawan sekaligus fungsionaris Daur Ulang dari komunitas relawan He Qi Utara 1. Mengubah sampah menjadi emas, dan emas menjadi cinta kasih menjadi pesan inti yang disampaikan. “Kalau bapak-bapak di lapangan (lokasi proyek) menemukan atau ada botol-botol plastik minuman mohon dikumpulkan dan bisa diserahkan ke Depo Pelestarian Lingkungan kita ini sehingga bisa memberi manfaat bagi orang lain,” kata Sujono, “kebetulan deponya ada di dekat lokasi bapak-bapak bekerja.”
Sujono juga memberikan beberapa contoh barang-barang daur ulang yang membutuhkan waktu yang lama untuk bisa terurai secara alamiah. Mulai dari kertas koran yang bisa bertahan 1 hingga 3 tahun, kaleng minuman soft drink yang bisa bertahan hingga 10 – 20 tahun, sampai dengan botol-botol plastik yang membutuhkan waktu hingga 300 tahun untuk bisa terurai secara alamiah. “Jadi bisa dibayangkan jika barang-barang ini dibuang sembarangan maka bumi kita ini akan menjadi lautan sampah,” kata Sujono.
Proses pembangunan Tzu Chi Hospital tidak lepas dari
kerjasama para seniman bangunan. Oleh karena itu Yayasan Buddha Tzu Chi secara
berkala mengadakan baksos kesehatan untuk memastikan kondisi para seniman
bangunan dalam keadaan baik dan sehat. Eko
Rahardjo, salah seorang tim budaya humanis mengajak para seniman bangunan untuk
menerapkan kebersihan lingkungan di tempat kerja.
Materi dan penjelasan yang sederhana dari Sujono ini cukup mengena di hati para seniman bangunan, termasuk Dedi dan Eka Jakarsih. “Setuju sekali, apalagi kalau ini (daur ulang) ternyata bisa untuk membantu orang lain,” kata Dedi. Ia pun berjanji untuk selalu menjaga kebersihan di sekitar tempat kerjanya. “Minimal nggak buang sampah sembarangan, dan kalau ada barang-barang (daur ulang) bisa dikumpulkan dulu,” katanya.
Relawan Tzu Chi dan seniman bangunan Tzu Chi Hospital menyanyikan dan memeragakan isyarat tangan Satu Keluarga.
Artikel Terkait
Senyum Membawa Bahagia
26 Oktober 2018Serombongan pekerja bangunan mulai memenuhi lapangan Tzu Chi Center, Sabtu, 20 Oktober 2018. Dengan memakai rompi oranye, mereka dengan tertib melakukan pendaftaran dalam acara bakti sosial (baksos) kesehatan Seniman Bangunan. Hari itu ada 133 seniman bangunan yang hadir.