Salah satu anggota Tzu Ching (muda-mudi Tzu Chi), Senlee Winarta membantu warga peserta baksos mengumpulkan kartu dan resep yang sudah diterima para peserta baksos untuk diteruskan ke bagian apotek untuk diproses obatnya.
Relawan Tzu Chi Indonesia (komunitas He Qi Pusat) kembali menggelar Bakti Sosial Kesehatan Degeneratif di SMA Pelita, Duri Utara, Jakarta Barat. Kegiatan yang diadakan pada Minggu, 19 Mei 2024 ini menargetkan warga lanjut usia di kelurahan tersebut yang berusia 45 tahun ke atas.
Antusiasme warga Duri Utara terlihat jelas dengan hadirnya 414 orang dari 650 kupon (baksos kesehatan) yang disebar pada 9 Mei 2024. Para pasien mengikuti alur pemeriksaan dengan tertib, mulai dari pendaftaran, pengukuran tinggi dan berat badan, pengecekan suhu tubuh, hingga sosialisasi kesehatan.
Tim Medis Tzu Chi (TIMA) Indonesia melayani para warga peserta baksos kesehatan degeneratif.
Kolaborasi antara 123 relawan Tzu Chi dengan Tim Medis Tzu Chi (TIMA) Indonesia yang dengan penuh dedikasi melayani para pasien, mulai dari pendaftaran hingga pengambilan obat. Ada 47 orang dari Tzu Chi International Medical Association (TIMA) Indonesia yang berpartisipasi, yang terdiri dari 23 dokter umum, 6 petugas laboratorium, dan 18 orang apoteker, dengan dibantu juga dari tim kesehatan Puskesmas Kelurahan Duri Utara. Mereka semua turut bersumbangsih membantu penanganan mulai dari, pendaftaran pemeriksaan kesehatan yang lebih mendalam (screening) yang terdiri dari, pemeriksaan tekanan darah tinggi, penimbangan berat badan, pemeriksaan tinggi badan, penyuluhan kesehatan, pemeriksaan dokter dan konsultasi, pemeriksaan laboratorium mencakup, pemeriksaan tekanan gula darah, asam urat, kolesterol, serta penyerahan obat kepada warga peserta baksos kesehatan.
Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa 395 pasien mendapatkan paket obat, sedangkan 319 pasien memerlukan penanganan lebih lanjut. Oleh karena itu, mereka diundang kembali untuk hadir di kegiatan Baksos kesehatan Degeneratif Tzu Chi ke-2 di Duri Utara ini.
Salah satu pasien baksos kesehatan degeneratif, Ibu Tambah yang memiliki riwayat hipertensi. Oleh dokter disarankan untuk kontrol kembali di bulan berikutnya.
Salah satu pasien yang memeriksakan kesehatan adalah Ibu Tambah yang mempunyai riwayat darah tinggi, sehingga dia harus kontrol kembali bulan depan setelah minum obat yang didapat selama 1 bulan. Salah satu pasien peserta baksos kesehatan lainnya yang ditemui, yakni Ibu Suminah, berusia 90 tahun, dengan kondisi pendengarannya yang sudah berkurang. Ibu Suminah juga memiliki riwayat hipertensi, basalioma (kanker kulit) dislipidemia. Oleh Tim Medis Tzu Chi Ibu Suminah diminta untuk datang kontrol kembali bulan depan.
Dokter Nila, salah satu dokter kesehatan umum Puskesmas Duri Utara mengungkapkan bahwa ada warga yang masuk pasien prolanis( permulaan penyakit kronis) yaitu hipertensi (darah tinggi) dan diabetes tapi enggan berobat. “Kerja sama ini baik sekali, setelah tiga bulan baksos ini pihak Puskesmas akan memantau warga yang membutuhkan. Saya kagum dengan baksos kesehatan (degeneratif) ini, relawannya luar biasa,” kata dr. Nila.
Dr. Yenny Chandrawaty (tengah) didampingi relawan komite Widosari Tjandra (kanan), mengontrol kelengkapan antara resep dan obat yang tersedia di bagian apotek.
Sebagaimana juga diungkapkan dari dr. Yenny Chandrawaty, penanggung jawab kegiatan baksos kesehatan degeneratif ini, ”Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk komitmen Tzu Chi Indonesia dalam mewujudkan misi kesehatan masyarakat. Dengan memberikan layanan kesehatan gratis dan penyuluhan edukasi kesadaran kesehatan yang tepat, Tzu Chi berharap dapat membantu meningkatkan kualitas hidup masyarakat, khususnya para lansia di Kelurahan Duri Utara.“ Dokter Yenny sendiri sudah bergabung di Tim Medis Tzu Chi selama 7 tahun lebih.
Dari pantauan dr. Yenny, pelaksanaan baksos degeneratif ini berjalan cukup baik, teratur, rapi serta semua peserta yang datang terlayani dengan baik. Adapun tantangan yang dihadapi selama pelaksanaan baksos degeneratif ini adalah cukup banyak kasus (pasien) degeneratif yang ditemui, yang membutuhkan perhatian khusus, dikarenakan masih rendahnya kesadaran warga akan kesehatan mandiri mereka. Hal ini menyebabkan banyak warga yang tidak tahu bahwa mereka sudah mengalami kasus degeneratif.
Itulah sebabnya di baksos kesehatan degeneratif ini, selain memberikan layanan pemeriksaan kesehatan gratis, Tim Medis Tzu Chi juga memberikan penyuluhan edukasi tentang pentingnya kesadaran pemeriksaan kesehatan secara mandiri kepada warga.
Dr. Nila, dokter dari Puskesmas Kelurahan Duri Utara yang ikut hadir membantu memberikan penyuluhan kesehatan kepada warga.
Haryogi, relawan Tzu Chi dari komunitas He QI Pusat, Haryogi mengungkapkan pertama kali dirinya menjadi penanggung jawab umum baksos kesehatan degeneratif ini bersama dengan dr.Yenny Chandrawaty. Persiapan baksos kesehatan (degeneratif) ini sendiri sudah dimulai sejak 4 bulan lalu, mulai dari survei wilayah, pemilihan tempat (Sekolah Pelita), persiapan izin dari pihak sekolah, kelurahan, Puskesmas, mencari relawan, pembagian tugas dan lainnya. “Saya yakin kalau persiapannya baik, acara juga dapat berjalan dengan baik. Kesuksesan suatu kegiatan bukan karena koordinatornya saja tapi bagaimana kerja sama yang baik dari seluruh relawan yang dengan sepenuh hati menjalankan tugasnya dan penuh tanggung jawab. kegiatan baksos tahap 1 sudah selesai, masih ada tahap 2 dan 3 yang harus dituntaskan dengan baik,“ terang Haryogi.
Titin Sunarsi, salah satu tim medis yang membantu melayani para peserta baksos di bagian laboratorium.
Titin Sunarsi (28) adalah salah satu petugas medis di laboratorium dalam baksos kesehatan ini. Titin sendiri sudah dua tahun bergabung di bagian laboratorium di Tzu Chi Hospital, PIK, Jakarta Utara. Titin memanfaatkan hari libur seperti hari Minggu ini sebagai ladang berkah pelatihan dirinya untuk banyak memberikan manfaat kebajikan bagi masyarakat yang membutuhkan. “Saya merasa senang bisa membantu, mendapat pembelajaran dan pengalaman baru, bisa bertemu dengan warga, bisa bertemu dengan para relawan, dan melihat semangat dari para relawan, terutama dari relawan dokter TIMA banyak yang sudah sepuh tetapi mereka masih mau ikut membantu, membuat saya menjadi semakin bersyukur dan lebih bersemangat lagi,“ ungkap Titin.
Editor: Hadi Pranoto