Baksos Kesehatan di Pondok Pesantren Nurul Iman: Membalas Budi dengan Turut Bersumbangsih

Jurnalis : Wanda Pratama, Metta Sari Wangsadidjaya, Lorenzo Setiawan (He Qi Tangerang), Fotografer : Wanda Pratama, Ryanto Budiputra (He Qi Tangerang)

Ahmad Khanifudin (kiri) bersama seorang rekannya dan para apoteker lain di belakang mereka sibuk mempersiapkan obat-obatan dalam kegiatan Bakti Sosial Pengobatan Pondok Pesantren Nurul Iman.

Hujan yang mengguyur sebagian besar wilayah Tangerang sejak dini hari hingga menjelang fajar menyingsing pada Minggu (8/12/2024) mungkin menjadi alasan sebagian orang untuk memperpanjang waktu tidurnya di akhir pekan. Namun, bagi para relawan Tzu Chi He Qi Tangerang, hal itu tidak mengurangi semangat mereka. Pukul enam pagi, mereka sudah berkumpul di berbagai titik yang telah ditentukan untuk menuju Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Bersama mereka, tim Tzu Chi International Medical Association (TIMA) yang terdiri dari relawan dokter, perawat, apoteker, dan teknisi medis, siap melaksanakan bakti sosial pelayanan kesehatan.

Drg. Linda Verniati di antara para santri ketika memberikan penyuluhan kesehatan mulut dan gigi.

Kegiatan dimulai dengan upacara pembukaan yang dipimpin oleh pimpinan Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman, dihadiri oleh Wakil Ketua Tzu Chi He Qi Tangerang Wey Alam dan Ketua TIMA Tangerang dr. Yanto Kurniawan. Tepat pukul 09.10, pelayanan kesehatan dimulai untuk 1.203 santri dan santriwati. Sebanyak 40 dokter umum, 27 dokter gigi, 13 perawat, dan 8 perawat gigi bahu-membahu memberikan pengobatan. Di tempat lain di lingkungan pesantren, penyuluhan kesehatan juga digelar. Dr. Justina Ningsih membuka sesi penyuluhan dengan topik Pencegahan Penyakit TBC, sementara dr. Linda Verniati Sp.Ort menyampaikan edukasi tentang menjaga kesehatan gigi dan dampak pola hidup terhadap kesehatan gigi.

Kisah Inspiratif Relawan

Kesibukan tak hanya terjadi di hari pelaksanaan. Persiapan sudah dilakukan sejak jauh-jauh hari, termasuk oleh tim teknisi medis yang memastikan peralatan medis dan kedokteran gigi dalam kondisi prima. Ahmad Zaenuri, relawan teknisi medis yang telah bergabung sejak 2014, berbagi cerita tentang pengalamannya. “Setiap mendengar pasien pulih, ada perasaan haru yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Misalnya, saat baksos mata, sangat bahagia melihat pasien bisa kembali melihat,” ujarnya.

Dr. Justina Ningsih memberikan penyuluhan tentang penyakit tuberculosis. Nampak belakang relawan Komite Eva Wijaya dan drg. Linda Verniati.

Sementara itu, tim farmasi yang terdiri dari 30 apoteker juga memainkan peran penting. Nancy, relawan asal Sulawesi yang baru setahun bergabung, merasa bersyukur bisa menebar cinta kasih sesuai ajaran Master Cheng Yen. “Saya berharap penyuluhan bisa lebih sering dilakukan agar anak-anak lebih paham dan menjaga kebersihan dengan baik,” tuturnya.

Di antara relawan apoteker, Ahmad Khanifudin, alumnus Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman, memiliki kisah yang menginspirasi. Berkat beasiswa dari Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Ahmad kemudian melanjutkan pendidikan farmasi dan kini bekerja sebagai ASN di RSUD Kota Tangerang. “Bergabung dengan TIMA adalah kesempatan untuk berbagi dan melayani sesama,” katanya. Relawan lainnya, Andi, berasal dari Lombok dan terinspirasi untuk bergabung setelah mengikuti Tzu Ching Camp. “Saya ingin memperkenalkan Tzu Chi dan TIMA kepada lebih banyak orang agar mereka bisa ikut berkontribusi,” ujarnya penuh semangat.

Dua orang dokter gigi TIMA Indonesia bekerja sama melakukan tindakan pencabutan gigi seorang santri pasien mereka.

Melayani dengan Hati
Salah satu dokter yang aktif dalam kegiatan ini adalah dr. Benjamin Karyadi. Setelah bergabung dengan TIMA pada 2022, ia telah mengikuti berbagai bakti sosial kesehatan. Dengan pendekatan yang ramah dan empati, dr. Benjamin menciptakan suasana nyaman bagi pasien. “Saya mencoba menjalin keakraban agar pasien merasa didengar dan percaya. Ini membantu saya memberikan saran yang sesuai untuk pemulihan mereka,” jelasnya.

Dr. Benjamin Karyadi menggali lebih dalam kesehatan seorang santri yang menjadi pasiennya. 

Kerja sama antarrelawan dengan latar belakang yang beragam membuat bakti sosial kesehatan ini berjalan lancar dan penuh kehangatan. Seperti kata Master Cheng Yen, “Keindahan yang paling kuat bertahan dan abadi di dunia adalah cinta kasih universal tanpa pamrih yang ada di dalam hati setiap orang.” Semoga semangat cinta kasih ini terus dipupuk dan menyebar ke seluruh penjuru dunia.

Editor: Hadi Pranoto

Artikel Terkait

Menjalin Tali Persaudaraan Melalui Baksos Kesehatan Tzu Chi

Menjalin Tali Persaudaraan Melalui Baksos Kesehatan Tzu Chi

25 April 2014

Misi kemanusian Tzu Chi terus berlanjut dengan mengembangkan cinta kasihnya pada setiap manusia, serta membantu meringankan beban masyarakat kurang mampu.

Salah Satu yang Berkesan di Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi ke-134

Salah Satu yang Berkesan di Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi ke-134

12 Oktober 2022

Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi ke-134 ini memang sudah usai, namun banyak kisah mengharukan yang bisa diceritakan, salah satunya bagaimana para relawan menjangkau para pasien di luar pulau. 

Perhatian Tzu Chi Terhadap Kesehatan Pasien Pascaoperasi

Perhatian Tzu Chi Terhadap Kesehatan Pasien Pascaoperasi

19 September 2024

Proses pemulihan pasca-operasi adalah fase penting yang mempengaruhi kesembuhan pasien. Tzu Chi Tanjung Balai Karimun melakukan pemeriksaan untuk 9 pasien pasca-operasi benjolan dan hernia, dan 31 pasien katarak.

Seulas senyuman mampu menenteramkan hati yang cemas.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -