Baksos Kesehatan di Ujung Kulon
Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta Wuladari
TIm Medis Tzu Chi dan relawan serta satuan tugas TNI sampai di Ujung Kulon dengan disambut hujan di hari ketiga pelaksanaan Baksos Kesehatan TZu Chi ke-120, Minggu, 24 September 2017.
Disambut dengan lebatnya hujan di Ujung Kulon, relawan dan Tim Medis Tzu Chi tetap bergerak dengan semangat di hari ketiga (24/9/17) pelaksanaan Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-120 bekerja sama dengan TNI. Warga yang ingin memeriksakan kondisi kesehatannya sudah menunggu di tenda sederhana. Mereka sama-sama berlindung dari hujan. “Mulai hujannya baru hari ini, Bu. Mungkin tanda-tanda mau dapet berkah,” kata Rustam, warga setempat kepada rombongan yang datang.
Warga Ujung Kulon di sekitaran Desa Tamanjaya, Kecamatan Sumur, Pandeglang, Banten memang sudah menunggu tim medis datang sejak pagi. Mereka berbekal payung dan sudah duduk rapi di bawah tenda BNPB. Tim medis yang sedikit terlambat datang tidak membuat mereka memutuskan untuk pulang terlebih dahulu. Keterlambatan tim medis disebabkan oleh ombak yang lebih besar dari perjalanan sebelumnya. Cuaca mendung dan gerimis menjadi faktor yang membuat sekoci yang mengangkut semua tim dan peralatan medis terlambat.
“Hujan hari ini juga sempat membuat kami (tim pengaturan alur) kesusahan,” ucap Johnny Chandrina, relawan Tzu Chi. Relawan yang terbatas terpaksa harus bekerja ekstra mengatur warga yang sudah berkerumun menanti giliran mereka. “Karena pada dasarnya semua warga ingin menjadi yang pertama diperiksa, tidak peduli mereka datang paling akhir. Jadi relawan harus memberikan pengertian dan mengalungkan nomor urut dari mereka yang paling depan,” jelasnya. Adanya pembagian sembako dari TNI juga menjadi daya tarik tersendiri bagi warga untuk datang dan memeriksakan kesehatan.
Johnny
Chandrina (depan kanan), relawan Tzu Chi mengatur alur pemeriksaan pada baksos di Ujung Kulon. Hujan yang lumayan lebat dan lokasi yang sempit menjadi kendala tersendiri untuk mereka.
Hujan lebat membuat resep yang dituliskan oleh dokter ikut basah. Walaupun dalam keadaan hujan warga tetap semangat untuk memeriksakan kondisi kesehatan mereka. Mereka juga memanfaatkan momen ini dengan sangat baik.
Melihat kegigihan timnya, Dokter Ruth Anggraini, Koordinator Baksos Kesehatan Tzu Chi merasa senang sekaligus bangga dengan kinerja dan kerja sama yang solid antara relawan dan tim medis. Tentang bagaimana mereka menangani keluhan-keluhan pasien sejak hari pertama. Kemudian tentang pengaturan alur dan perhatian yang ditunjukkan relawan kepada warga. Perjalanan yang menyita waktu lama pun dirasa tidak menimbulkan kelelahan di wajah relawan.
“Saya sangat senang karena tim kami bisa menyesuaikan diri dengan mudah di manapun berada,” ucap dr. Ruth. “Di sini kami mencoba mengenal Indonesia lebih jauh lagi, karena kita tahu Indonesia adalah negara kepulauan dengan segala keterbatasannya. Serba jauh, sulit, listrik pun juga susah. Hari ini bahkan kami tidak melayani tambal gigi karena listrik tidak kuat. Terpaksa kami hanya berikan pilihan cabut gigi,” tambahnya.
Tidak jauh berbeda dari dua pulau sebelumnya, warga Ujung Kulon yang memeriksakan kesehatannya rata-rata didominasi oleh para lanjut usia. Ada 400 pasien umum dan 60 pasien gigi. “Keluhannya rata-rata hampir sama, darah tinggi dan pegal-pegal,” kata dr. Theresia Karina Witanta. Sementara itu darah tinggi adalah penyakit yang paling banyak dikeluhkan warga. “Kita tahu bahwa mereka ini mayoritas adalah nelayan. Mereka mencari ikan segar bukan untuk dikonsumsi sendiri tapi dijual. Hasil penjualan ikan segar baru mereka gunakan untuk membeli ikan asin untuk dikonsumsi. Jadilah mereka banyak sekali yang mengeluhkan darah tinggi,” jelas dr. There.
Beberapa warga juga mengeluhkan gangguan pendengaran akibat menyelam terlalu dalam di laut lepas. Dokter menjelaskan bahwa tekanan air laut membuat pendengaran para nelayan semakin terganggu. “Kalau cari ikan saya memang jarang pakai alat, langsung berenang ke dalam,” ucap Darmin yang sudah lebih dari 30 tahun menjadi nelayan. Ia mengaku semakin usianya bertambah, semakin hilang pula kemampuannya untuk mendengar.
Liwan (kanan), relawan Tzu Chi tetap memberikan pelayanan yang baik untuk warga yang memeriksakan kesehatan mereka. Ia menemani dan mengajak warga berbincang, juga mengikuti setiap tahap dalam pemeriksaan.
Penyakit yang dikeluhkan warga tersebut memang kerap ditemui terutama oleh warga pesisir pantai. Penangannanya dinilai cukup mudah apabila ada fasilitas kesehatan yang memadai, seperti Puskesmas dan dokter yang menetap di pulau. Namun kembali disayangkan, belum meratanya fasilitas kesehatan membuat warga harus menunggu momen yang tepat untuk memeriksakan kondisi kesehatannya.
“Kembali lagi kendalanya kebanyakan adalah Puskesmasnya ada tapi isinya nggak ada. Isi ini bisa perawat, obat, bidan, atau dokternya. Paling tidak memang harus ada yang bisa melayani warga,” ucap dr. There yang sebelumnya sudah tiga kali turut serta dalam baksos ke pulau-pulau bersama TNI dan KRI dr. Soeharso.
Hal tersebut dibenarkan oleh dr. Ruth. Terlebih baksos kesehatan dianggap tidak bisa menjamin karena hanya dilakukan dengan porsi yang sangat jarang dan sesekali saja. “Memang seharusnya ke depannya lebih digencarkan edukasi kesehatan sehingga warga tidak mengandalkan dokter untuk menunggu pemeriksaan. Tapi selama bisa membantu melalui misi-misi kami, kami jalankan sebaik mungkin,” tambah dr. Ruth.
Editor: Hadi Pranoto
Artikel Terkait
Sinergi Tzu Chi dan TNI dalam Meningkatkan Kesehatan Masyarakat
29 September 2017Puncak acara Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi ke-120 di Cilegon yang bekerja sama dengan TNI dalam rangka HUT TNI ke-72 berlangsung pada Kamis, 28 September 2017. Dalam kesempatan ini, Wakil Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Sugianto Kusuma secara simbolis menerima piagam penghargaan dari Panglima TNI Jederal Gatot Nurmantyo sebagai mitra TNI dalam kegiatan bakti sosial untuk masyarakat.