Baksos Kesehatan Gigi di Wihara Dhanagun

Jurnalis : Yuliati, Fotografer : Yuliati

Warga mulai berdatangan dan mengantri untuk mengikuti baksos kesehatan gigi pada tanggal 14 Desember 2014.

Barisan panjang para pasien mengantri di halaman sebuah wihara di Bogor, Jawa Barat untuk memeriksakan kesehatan gigi mereka. Diantara para pasien, seorang lelaki berkulit sawo matang juga mengantri untuk menerima nomor antrian. Ia adalah Mahdi, yang tinggal tidak jauh dari wihara. Mahdi hari itu turut memeriksakan giginya yang sudah berlubang sejak dua bulan yang lalu. Alhasil satu gigi gerahamnya pun dicabut. “Gigi saya bolong sudah lama dan sakit. Makan nasi saja sakit kalau masuk ke gigi yang bolong,” keluh Mahdi. “Biarpun kehilangan gigi nggak apa-apa, yang penting nggak sakit karena kalau dibiarkan terus menerus bisa membusuk kata dokter,” tambahnya.

Mahdi yang sehari-hari bekerja sebagai tukang ojek serabutan ini mendapat info baksos dari salah seorang pengurus Wihara Dhanagun, yang berlokasi di Jl. Surya Kencana, Bogor, Jawa Barat. Melihat penghasilan sehari-hari yang diperolehnya tergolong kecil, bahkan terkadang tidak memperoleh pendapatan, ia mengaku tidak sanggup jika harus periksa ke dokter gigi. Ia merasa terbantu dengan adanya kegiatan ini. “Bagus sekali acara seperti ini, bisa membantu mereka yang membutuhkan. Agama apa pun boleh masuk dan mau membantu. Terima kasih,” ucap pria 30 tahun ini.

Sekitar satu jam lamanya drg. Andrew melakukan bedah untuk mencabut dua gigi Cristyna yang sudah tertutup oleh gusi dan kemudian menjahitnya.

Seperti Mahdi, Cristyna Natalia (16), salah satu anak asuh Tzu Chi yang masih duduk di kelas 2 SMA ini juga memeriksakan giginya. Kondisi geraham bawah belakang Cristyna masih ada sisa akar yang tertutup dengan gusi. Hal ini yang membuat Tim Medis Tzu Chi yang menanganinya, drg. Andrew Laurent membuka gusi yang menutup sisa akar giginya dan kemudian mengeluarkan gigi dan menutupnya kembali dengan menjahit gusinya. Selain sisa akar gigi ternyata di bagian belakangnya juga tumbuh gigi dengan posisi miring. “Gigi dua-duanya dicabut. Kalau tidak dicabut jadi sumber infeksi karena ketutup dengan gusi. Karena bekas cabut gigi gede jadi dijahit, takutnya pembuluh darah terhambat,” ungkap drg. Andrew.

Cristyna pun tidak merasa keberatan jika harus kehilangan dua giginya yang dicabut dan tidak bisa tumbuh gigi lagi. “Gigi bolong udah lama, daripada sakit mending dicabut saja,” ucapnya. Ia juga bersyukur karena selain Tzu Chi membantu biaya pendidikannya juga membantu pencabutan giginya yang bisa infeksi jika tidak ditangani. “Tzu Chi itu membantu orang yang lagi kesulitan. Kegiatan ini bisa membantu orang yang nggak punya duwit untuk cabut gigi,” ungkapnya.

Para tim medis melayani warga yang melakukan pengobatan pada baksos ini dengan sepenuh hati.

Bersama-sama Melayani Warga

Akhir pekan minggu kedua di penghujung tahun, 14 Desember 2014, Tzu Chi bekerjasama dengan Persatuan Gerak Badan (PGB) Peduli Bogor mengadakan baksos kesehatan gigi yang berlokasi di Wihara Dhanagun, Bogor. “Kita nggak ada alat jadi kita bekerjasama dengan (Yayasan) Buddha Tzu Chi. Dulu kami pernah menjadi relawan membantu baksos di Polres Cibinong, dari situ kami belajar (dengan Tzu Chi),” ujar Hettyana Yasin Rahardja, Ketua PGB Peduli. Hettyana menilai Yayasan Tzu Chi memiliki semangat sosial yang tinggi dan baik. “Cara-caranya (melayani) rapi. Apa yang belum bisa, kita belajar dari Tzu Chi. Ke depan mudah-mudahan bisa terus bekerjasama untuk membantu masyarakat,” ungkapnya.

Lebih kurang 70 relawan dari Tzu Chi maupun PGB Peduli bersama-sama melayani para warga. “Kita membantu masyarakat sekitar Wihara Dhanagun. Kita ingin menolong sesama yang ingin ke dokter gigi saja tidak ada biaya,” ujar Sumitro, relawan Tzu Chi Bogor. “Kita bekerja sesuai dengan apa yang diharapkan Master Cheng Yen untuk mengemban visi dan misi Tzu Chi,” tambahnya. Warga pun memanfaatkan kesempatan baik (baksos kesehatan) ini. “Total pasien 126,” ujar drg. Laksmi Widyastuti, koordinator baksos. Ia pun berpesan agar semua orang memperhatikan kesehatan gigi secara rutin. Bahkan ia mengatakan ke depan akan lebih banyak melakukan program kearah penyuluhan bagi warga.

Artikel Terkait

Bila sewaktu menyumbangkan tenaga kita memperoleh kegembiraan, inilah yang disebut "rela memberi dengan sukacita".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -