Baksos Kesehatan Ke–93: Perjalanan Menuju Pelita

Jurnalis : William (Tzu Chi Perwakilan Batam), Fotografer : Djaya Iskandar, Susanto, William (Tzu Chi Perwakilan Batam)
 

foto
Hafizh telah melakukan operasi untuk mata kanannya dan sekarang sedang menjalani masa pemulihan.

Mata merupakan jendela yang menghubungkan kita dengan dunia di sekitar. Memiliki sepasang mata yang sehat bagi kebanyakan orang hanyalah sesuatu yang sangatlah biasa dan dianugerahi oleh Yang Maha Kuasa, tetapi tidak demikian untuk Hafizh Abdul Karim. Barangkali melihat dengan baik merupakan suatu hal yang sangat dinantikannya selama ini. Anak dari pasangan Suhadi dan Humairo yang baru berumur 5 tahun ini mengidap katarak sejak lahir.

 

Kondisi mata Hafizh diketahui pertama kali ketika Hafizh berumur satu setengah tahun. Pada saat Hafizh mulai belajar berjalan pada usia itu, dia pernah menabrak pintu di rumah, seolah-olah tidak melihat adanya pintu di depannya. Orang tua Hafizh juga menemukan adanya selaput putih di kedua mata Hafizh. Hal ini membuat keluarga Hafizh prihatin, ada apa dengan Hafizh?

Dari hari ke hari, kondisi Hafizh semakin memburuk. Selaput putih yang awalnya masih tipis menjadi semakin tebal seiring berjalannya waktu. Dunia yang dikenal Hafizh sekarang hanyalah seberkas cahaya dan hal ini sangat mengganggu aktivitas sehari-harinya. Hafizh juga belum dapat menempuh pendidikan karena penyakit ini. Selain itu, ia juga belum dapat memakai baju dengan sendirinya dan ketika makan masih lebih sering disuapi oleh orang tuanya.

foto   

Keterangan :

  • Karena Hafizh (kanan) akan menjalani operasi mata pada keesokan hari, maka Hafizh perlu menginap 1 malam di Rumah Sakit Budi Kemuliaan.

Pendapatan Minim
Suhadi dan Humairo sendiri tinggal di pulau Rangsang Barat, yang terletak di kepulauan Riau, tak jauh dari pulau Selatpanjang. Pulau Rangsang masih tergolong pulau yang sangat minim, di pulau ini belum ada rumah sakit dan listrik masih merupakan barang mahal di sana. Untuk memenuhi kebutuhan kesehatan dan juga ekonomi, masyarakat biasa pergi ke pulau di seberangnya, pulau Selatpanjang. Cukup 15 menit saja menggunakan transportasi laut, mereka sudah bisa menyebrang pulau.

Sehari-hari Suhadi bekerja sebagai guru honorer dan sang istri, Humairo, hanya merupakan ibu rumah tangga. Penghasilan yang minim dan tuntutan hidup yang tinggi menyebabkan Suhadi harus menambal semua kekurangan ekonominya dengan mencari pemasukan dari pekerjaan lain. Apabila ada waktu kosong, guru agama ini mengisi waktunya dengan menyadap getah karet untuk menambah penghasilannya.

foto   

Keterangan :

  • Hafizh tiba di Rumah Sakit Budi Kemuliaan pada tanggal 11 Oktober 2013 didampingi oleh Pamannya, Jufri. Bersama relawan Tzu Chi Batam, mereka sedang menunggu antrian untuk rawat inap.

Jodoh yang Telah Matang
Sebenarnya, orang tua Hafizh pernah mengantarnya untuk konsultasi dan berobat di berbagai tempat. Hasil yang mereka dapatkan adalah Hafizh mengidap penyakit Katarak dan perlu dilakukan operasi. Tetapi karena biaya pengobatan yang terlampau tinggi dan resiko yang besar untuk melakukan operasi karena Hafizh masih di bawah umur 7 tahun, maka mereka terpaksa untuk menunda dulu pengobatannya.

Setelah beberapa tahun kemudian, jodoh baik mempertemukan Hafizh dengan Baksos Kesehatan Tzu Chi. Melalui siaran radio di Selatpanjang, orang tua Hafizh mengetahui adanya baksos kesehatan yang diadakan Yayasan Buddha Tzu Chi pada tanggal 10 - 12 Oktober 2013. Dengan penuh harapan, mereka mendaftarkan Hafizh dalam baksos kali ini. Setelah melalui screening dan konsultasi dengan dokter, akhirnya Hafizh akan menjalankan operasi mata pada tanggal 12 Oktober 2013. Dan sekarang, salah satu mata Hafizh sedang menjalankan masa pemulihan.

Dari sekian banyak pasien katarak yang mendaftarkan diri untuk baksos kali ini, Hafizh merupakan salah seorang pasien katarak yang paling muda dianatara mereka. Penyakit Hafizh merupakan sebuah penyakit langka, hanya 0,4% penduduk di seluruh dunia yang memiliki peluang menderita penyakit katarak sejak lahir. Semoga dengan baksos kali ini, Hafizh bisa menemukan pelita dalam kehidupannya dan menuju masa depan yang tidak lagi gelap gulita.

  
 

Artikel Terkait

Berbagi Kebahagiaan di Pesantren Hidayatullah, Kutai Timur

Berbagi Kebahagiaan di Pesantren Hidayatullah, Kutai Timur

20 Juni 2024

Relawan Tzu Chi Cabang Sinar Mas (Xie Li Kaltim 2) dari Unit Jak Luay Mill,  Bukit Subur Estate,  Jak Luay Estate, dan Rantau Panjang Mill membagikan 50 karung beras ke Pesantren Hidayatullah, Muara Wahau, Kutai Timur.

Konsisten Mengamalkan Cinta Kasih

Konsisten Mengamalkan Cinta Kasih

13 Juni 2016

Cinta kasih menjadi tema dalam pelatihan relawan yang digelar Tzu Chi Perwakilan Sinar Mas pada 3 Juni 2016. Cinta kasih yang sesungguhnya berawal dari tindakan kecil dan sederhana namun memiliki dampak dan nilai yang berarti.

Apresiasi Atas Sumbangsih Pelestarian Lingkungan

Apresiasi Atas Sumbangsih Pelestarian Lingkungan

01 Juli 2016
Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia menerima penghargaan "Paper to People" dari Universitas Bina Nusantara. “Paper to People” merupakan salah satu kampanye yang didengungkan oleh Fakultas Hubungan Internasional Universitas Bina Nusantara Jakarta tahun 2016 berkaitan dengan aksi pelestarian lingkungan.
Ada tiga "tiada" di dunia ini, tiada orang yang tidak saya cintai, tiada orang yang tidak saya percayai, tiada orang yang tidak saya maafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -