Baksos Kesehatan Tzu Chi Ke-109: Mengembalikan Asa yang Hilang

Jurnalis : Yuliati, Fotografer : Yuliati


Tim medis Tzu Chi berhasil menangani 17 pasien bibir sumbing pada baksos kesehatan Tzu Chi ke-109 di Padang, Sumatera Barat pada 21 November 2015.

Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi ke-109 yang diadakan selama dua hari sejak tanggal 21-22 November 2015 di Rumah Sakit Tentara Dr. Reksodiwiryo, Padang memberikan harapan baru bagi para pasien untuk sembuh dari penyakitnya. Seperti yang dialami Rezki. Remaja berusia 17 tahun ini menjalani kehidupan sehari-harinya penuh dengan rasa minder akibat kekurangan yang dimilikinya sejak lahir, bibir sumbing.

Lantaran tidak mampu menahan celaan dan ejekan dari teman-temannya, Rezki kehilangan kesempatan mengenyam bangku sekolah. Belum genap enam tahun belajar di sekolah dasar, ia keluar dari sekolah. Keinginan untuk menimba ilmu pun terpatahkan dengan rasa minder yang menyelimutinya.

Keluar dari sekolah, Rezki hanya bergaul dengan peralatan berkebun dan sawah. Sehari-hari hanya membantu orang tua bertani. Namun dua tahun terakhir, Rezki tinggal bersama Eva Kus Endang, kakak iparnya. Selama tinggal bersama Eva, Rezki pun diajak untuk ikut berjualan dengan harapan ia bisa belajar cara berdagang sebagai modal pengalamannya kelak.

Rezki (kanan) yang ditemani kakak iparnya, Eva Kus Endang sedang menunggu kendaraan usai mengikuti baksos operasi bibir sumbing.

Meskipun begitu, Rezki masih tetap sering menyendiri. Hal ini juga terlihat ketika di rumah sakit untuk menunggu panggilan operasi, Rezki terlihat malu dan enggan berbicara. Eva terus mendampingi dan memberikan semangat adik iparnya ini, meyakinkannya bahwa operasi ini akan berhasil.

“Sekolah ndak sampai tamat SD, kelas lima keluar. Kesehariannya pendiam, ada ejek-ejekan anak-anak, adikku minder,” ujar Eva sambil menatap Rezki. Eva mengaku bersyukur, doa dan usahanya mendaftarkan Rezki untuk ikut baksos berhasil diterima. “Satu setengah tahun lalu saya daftarkan adik saya kepada pak Bintara Pembina Masyarakat (Babinsa –red) yang memberikan info, saya urus data-data adikku ini. Dan kemarin langsung dibawa ke sini,” kisahnya.

Diterimanya Rezki membuat hati Eva menjadi bahagia. Meskipun harus mengahabiskan waktu 6 jam perjalanan dari tempat tinggalnya di Pesaman Barat menuju lokasi baksos, namun tidak menyurutkan niat mereka. “Rasanya senang. Aku kasih semangat Rezki biar bibirnya dioperasi. Jadi kalau ada kesuksesan operasi ndak ada minder lagi, ndak ada dikucilkan lagi adikku ini,” ungkap Eva terharu.

Eva pun berharap setelah menjalani operasi ini, Rezki bisa lebih percaya diri. “Mudah-mudahan operasi Rezki sukses, berteman tidak minder lagi. Doanya ke depan biar bahagia, dapat calon pendamping hidupnya,” ungkap Eva berdoa untuk ipar bungsunya. “Kami mengucapkan terima kasih adik saya sudah dioperasi,” sambungnya.

Salah satu tim medis Tzu Chi mengganti perban Fandi sehari pasca-operasi di ruang pemulihan. Fandi terus didampingi Yelnita (berjilbab) dan terus diberikan semangat.

Hal yang sama diungkapkan oleh Yelnita yang terus mendampingi anak tirinya, Fandi Saputra selama menjalani operasi bibir sumbing. Semangat untuk menyembuhkan bibirnya tidak membuat bocah berusia  8 tahun ini mengeluh kesakitan seperti teman-temannya yang lain.

Fandi juga sempat merasa minder dengan kondisinya, bahkan ia pun keluar dari sekolah yang saat itu masih menduduki kelas 1 SD. “Dia sering diejek-ejek teman-temannya di sekolah, dia keluar dan pindah sekolah ngulang kelas 1 lagi. Mestinya kelas 2,” ujar Yelnita mengisahkan kondisi Fandi.

Meski bukan ibu kandung dari Fandi, Yelnita sangat menyayangi Fandi layaknya anak kandung sendiri. “Kami ngerasa sudah kayak anak kandung sendiri. Kasihan dia, mumpung ada gratis jadi ndak perlu tengok anak tiri atau apa,” ungkap Yelnita kental logat Minang. “Kalau kami mana bisa berobat sendiri. Terima kasih banyak, kayak kita orang susah ini tidak bisa biaya sendiri,” tukasnya.

Rezki dan Fandi adalah dua dari 17 pasien bibir sumbing yang berhasil dioperasi oleh tim medis Tzu Chi. Hampir keseluruhan pasien bibir sumbing adalah anak-anak yang kelak akan tumbuh dewasa. Semoga operasi yang dilakukan para tim medis Tzu Chi pada basos kesehatan ini bisa memberikan semangat baru bagi mereka agar senantiasa memiliki kepercayaan diri dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Tim medis Tzu Chi berhasil menangani 17 pasien bibir sumbing pada baksos kesehatan Tzu Chi ke-109 di Padang, Sumatera Barat pada 21 November 2015.


Artikel Terkait

Hadiah paling berharga di dunia yang fana ini adalah memaafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -