Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-111: Harapan dan Doa yang Terkabul

Jurnalis : Lo Wahyuni (He Qi Utara), Fotografer : Arimami S. , Lo Wahyuni (He Qi Utara)

Pada tanggal 18-20 Maret 2016 diadakan baksos kesehatan Tzu Chi ke-111 di RSUD Cianjur, Jawa Barat.

“Pukul 4.30 subuh kita sudah berangkat dari rumah di Pasir gede, Cianjur. Perjalanan  1 jam lebih dan   beberapa kali naik kendaraan umum, baru tiba di rumah sakit ini,”  kata Ade Syarifudin (55) yang sudah  datang sebanyak tiga kali bersama putranya, Dede Rusmana (26), untuk berobat mata di acara bakti sosial kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Cianjur, Jawa barat pada Sabtu 18 Maret 2016.

Pada awal bulan Maret 2016, saat berjalan menuju ke tempat kerjanya, Ade melihat sebuah poster bertuliskan “Bakti Sosial Tzu Chi  ke-111 dan pengobatan gratis di RSUD Cianjur”. Poster itu telah menarik perhatiannya.  “Waktu melintas saya sempat  mencatat tanggalnya 12-13 Maret 2016 dan segera saya hubungi balai desa terdekat untuk mendaftar, ”kata ayah tiga anak ini. Meskipun penglihatan Ade sendiri mengalami gangguan akibat percikan serpihan benda yang kerap menerpa matanya ketika sedang bekerja melas.  Namun saat itu  di dalam benaknya hanya terlintas untuk mendaftarkan sang putra sulung, Dede yang juga mengalami gangguan penglihatan “Sejak tiga tahun lalu,  abah (ayah dalam bahasa sunda) bekerja sendirian untuk menafkahi keluarga dan belum punya biaya untuk mengobati mata anak. Dan  abah juga belum ada kesempatan periksakan mata sendiri.  Pikiran  abah pengen anak  berobat dulu. Masa depan anak lebih penting, daripada abah yang sudah tua,” kata Ade dengan suara berat menahan haru. Sang anak, Dede yang duduk di dekatnya, segera meraba dan menggengam tangan sang ayah, “Kalo sudah bisa sembuh, abdi pasti cari  kerja untuk bantu abah lagi, “ pungkas  Dede dengan suara terbata-bata. Adegan  mengharukan  antara ayah dan anak ini  telah menggugah hati relawan yang mendampinginya pada acara baksos. 

Dede (kiri) dan Ade (kanan), ayah dan anak yang datang berobat di baksos kesehatan kali itu

Sang anak, Dede sangat bersyukur bisa lolos saat tahap screening pada minggu lalu , dan pada tanggal 18 Maret 2016 berhasil dioperasi kataraknya.  “Saya baru tahu  kalo mata katarak kronis, karena sudah tiga tahun lebih penglihatan buram.  Waktu masih kerja sebagai buruh di proyek bangunan, saya pernah terjatuh dari ketinggian dan hampir tak tertolong, karena tidak  bisa melihat  tangga dengan jelas. Jadi terpaksa saya  harus berhenti bekerja ” tutur pria  lajang ini. Setiap hari Dede selalu berdoa agar penglihatannya kembali normal.  “ Harapan dan doaku  terkabul, waktu abah bilang ada pengobatan mata gratis di Cianjur .  Alhamdulilah, sekarang mata kiri  saya perlahan lahan mulai melihat lagi.   Harapannya  bisa segera beraktivitas lagi seperti dulu,” kata Dede  didampingi oleh sang ayah. Melihat bagaimana ayah dan anak sangat mengasihi, Ade juga memperoleh  kesempatan untuk memeriksakan matanya.  “Mata pak Ade bukan katarak,  tapi banyak kotoran di sekitar mata.  Ini  resep obat mata,  silahkan ambil obatnya di belakang,”  kata seorang perawat  selesai memeriksa matanya.  Wajah  Ade pun tampak berseri-seri, saat mendengar bahwa dia tidak perlu dioperasi matanya  “Terima kasih  Tzu Chi yang  datang  untuk menolong rakyat kecil seperti kita,” kata Dede dan ayahnya sembari menjabat erat tangan saya  dengan senyum bahagia menutup percakapan di Sabtu pagi 19 Maret 2016.

 Kisah kedua orang ayah dan anak ini telah melukiskan perjuangan keras dan kasih sayang  yang besar orang tua kepada anaknya, karena harapan  agar penglihatannya kembali pulih sangatlah besar.  Kasih sayang orang tua sepanjang masa demi masa depan anaknya yang lebih baik.

Dalam masa 2 hari  (18-19 Maret), baksos kesehatan Tzu Chi telah berhasil menangani 337 orang pasien dan berhasil dilakukan tindakan operasi.

Dalam masa 2 hari  (18-19 Maret), baksos Tzu Chi telah berhasil mengoperasi 146 orang penderita katarak dan  33 orang penderita Pterygium. Total  sebanyak 337 orang pasien berhasil dilakukan tindakan operasi yaitu Hernia 64 orang, bibir sumbing 13 orang, Minor lokal 40 orang dan Minor GA 41 orang.  Semua ini dapat terlaksana dengan baik  berkat kerjasama yang baik, antara Tzu Chi, Pemda Cianjur dan TNI (Tentara Nasional Indonesia), sehingga banyak rakyat yang mendapatkan kesempatan pengobatan secara cuma-cuma.  Semua ini dapat terwujud, karena cinta kasih universal yang terus mengalir memenuhi hati semua insan yang tergerak untuk terus berbuat kebajikan.

Dalam waktu dekat, baksos mata juga akan kembali diadakan di Kota Papua, dan semoga semakin banyak orang yang dapat diobati,  dan  kebajikan akan terus dilakukan di segenap penjuru nusantara.


Artikel Terkait

Screening Baksos Kesehatan Tzu Chi Ke-111: Wujud Kepedulian Terhadap Sesama

Screening Baksos Kesehatan Tzu Chi Ke-111: Wujud Kepedulian Terhadap Sesama

28 Maret 2016
Cakupan wilayah Kabupaten Cianjur yang luas, menyulitkan dalam penyampaian informasi tentang baksos yang akan diadakan. Oleh karena itu, relawan mendapat dukungan dari para Bintara Pembina Desa (Babinsa) yang menyampaikan informasi mengenai baksos ini langsung kepada masyarakat, sehingga peserta yang mendaftarkan diri pun cukup banyak yaitu 876, di luar dari target yang telah ditentukan sebelumnya sekitar 400 peserta.
Screening Baksos Kesehatan Tzu Chi Ke-111: Menggapai Mimpi

Screening Baksos Kesehatan Tzu Chi Ke-111: Menggapai Mimpi

28 Maret 2016

Setelah menanti dan menjalani serangkaian tes hari itu, pihak dokter yang bertugas di kegiatan baksos kesehatan Tzu Chi menyatakan bahwa hasil tes menunjukkan Imanudin dan Fauzan layak untuk menjalani operasi.  Imanudin maupun Fauzan kini dapat merasa gembira, karena mereka berdua dapat mengejar mimpinya masing-masing.

Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-111: Perjuangan yang Tak Sia-sia

Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-111: Perjuangan yang Tak Sia-sia

23 Maret 2016

Para pendamping pasien pun sepenuh hati mendampingi kerabat mereka. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang terus mengupayakan agar pasien berhasil menjalani operasi. Salah satunya Frisca Novita (48). Sejak awal pemeriksaan screening hingga baksos, ia terus meluangkan waktu untuk kerabatnya, Kiat Amie (77) yang menderita katarak pada kedua matanya selama 10 tahun.

Sikap jujur dan berterus terang tidak bisa dijadikan alasan untuk dapat berbicara dan berperilaku seenaknya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -