Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-111: Perjuangan yang Tak Sia-sia

Jurnalis : Yuliati, Fotografer : Arimami AS.

Relawan Tzu Chi, Rosaline Laksana menghibur pasien yang hendak menjalani operasi pada baksos kesehatan Tzu Chi ke-111 yang digelar pada 18-20 Maret 2016.

Mata adalah jendela dunia, karenanya indera manusia yang satu ini memiliki peranan penting dalam kehidupan. Jika penglihatan mengalami gangguan atau kelainan tentu dapat menurunkan produktivitas dan tentu juga berpengaruh bagi kehidupan seseorang. Melihat hal ini, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia terus menggalakkan bakti sosial operasi mata katarak yang diperuntukkan bagi masyarakat tidak mampu yang tersebar di seluruh pelosok nusantara.

Pada kesempatan ini, Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-111 diselenggarakan di RSUD Cianjur selama tiga hari sejak tanggal 18-20 Maret 2016. Baksos yang bekerjasama dengan TNI dan Pemda Cianjur ini berhasil mengobati 146 pasien katarak dan 33 pasien pterygium. Bukan hanya mata yang diobati, tetapi juga penyakit lainnya, seperti hernia, bibir sumbing, dan benjolan (bedah minor). Total keseluruhan pun mencapai 337 pasien.

Keberhasilan baksos ini  tidak lepas dari peran berbagai pihak yang terlibat, mulai dari tim medis, relawan Tzu Chi Jakarta, relawan Tzu Chi Bandung, relawan Cianjur, TNI, dan dari RSUD Cianjur, Jawa Barat. Atat Sutardi, koordinator baksos mengaku senang atas kerjasama para relawan dalam menyukseskan kegiatan ini. “Saya apresiasi sekali semangat relawan Jakarta dan relawan Cianjur yang bantu siapkan konsumsi, bagian pendaftaran, dan relawan lainnya, semua bahu membahu,” ujar Atat. “Saya mengucapkan terima kasih kepada Tzu Chi yang telah memberikan kesempatan kepada relawan Cianjur untuk membantu masyarakat Cianjur,” sambungnya. Ia berharap Tzu Chi bisa berdiri di Cianjur. “Saya akan koordinasi dengan mereka (relawan setempat) supaya ada kantor penghubung di Cianjur,” ucapnya.

Para relawan dengan sepenuh hati melayani setiap pasien. Mereka memperlakukan semua pasien seperti keluarga sendiri.

Atat Sutardi memberikan kesan-kesannya pada acara gathering basksos yang diadakan setelah baksos berakhir di halaman gedung RSUD Cianjur, Jawa Barat.

Sepenuh Hati dalam Mendampingi

Para relawan bersumbangsih dengan sepenuh hati, baik dalam melayani pasien maupun memberikan penghiburan kepada mereka agar lebih tenang dalam menjalani operasi. Bukan hanya relawan Tzu Chi, para pendamping pasien pun dengan sepenuh hati mendampingi kerabat mereka. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang terus mengupayakan agar pasien berhasil menjalani operasi. Salah satunya Frisca Novita (48). Sejak awal pemeriksaan screening hingga baksos, ia terus meluangkan waktu untuk kerabatnya, Kiat Amie (77) yang menderita katarak pada kedua matanya selama 10 tahun.

Amie hanya tinggal berdua dengan kakaknya yang berusia 79 tahun. Sebelum menderita katarak, Amie sehari-hari keliling menjajakan kue-kue yang dibuat kakaknya. Namun sejak matanya tidak bisa melihat, ia pun hanya bisa berdiam di rumahnya. Bahkan segala keperluan Amie diurus dan disediakan oleh kakaknya. “Di rumah melakukan apa pun dengan meraba, jadi sejak katarak nggak ngapa-ngapain,” kata Frisca. Melihat kondisi Amie selama bertahun-tahun, Frisca pun tergerak hatinya untuk mengikutsertakan Amie dalam baksos kesehatan yang kebetulan berlokasi tidak jauh dari tempat tinggalnya.

“Saya dukung beliau untuk ikut baksos kesehatan ini, kasihan sudah 10 tahun katarak,” ungkap Frisca. Sebenarnya sudah beberapa kali ia menawari Amie untuk memeriksakan matanya, namun selalu ditolak. Sulitnya meyakinkan Amie untuk diperiksa ke dokter memaksa Frisca untuk berbohong kepada Amie. “Awalnya saya bilang kalau mau ajak (Amie) ke gereja, dia semangat sekali. Sampai di Kodim (screening) dia nanya kok gereja ramai gitu, terus saya bilang kalau matanya akan diperiksa,” kisah Frisca sembari tersenyum.

Setelah menjalani proses pemeriksaan (12-13 Maret 2016), Amie dinyatakan lolos dan menjalani operasi pada tanggal 19 Maret 2016. Namun, setelah memasuki ruang operasi, mata kiri Amie sempat tidak bisa dioperasi karena Amie sulit untuk tenang. Matanya selalu berkedip  sehingga menyulitkan dokter untuk mengoperasi. Frisca tidak langsung menerima begitu saja. Ia terus berupaya agar Amie tetap bisa dioperasi. “Saya sedih dan kecewa kenapa harus batal setelah melewati proses yang panjang. Saya merasa perjuangan saya jangan sampai nggak berhasil,” tekadnya. “Untuk keluar dari gang saja butuh waktu 20 menit jalan karena lambat. Pas screening lolos, saya lewatin semua proses. Pas masuk ruang operasi kenapa harus gagal,” ucapnya sedih. Ia pun segera menghubungi relawan Tzu Chi dan berbincang dengan tim medis. Frisca berhasil melobi tim medis untuk melakukan operasi ulang. Dan ia pun ikut masuk ke ruang operasi untuk mendampingi Amie. “Saya masuk ruang operasi, saya peluk Amie, saya bilang tenang Ipo (nenek) jangan gerak-gerak, ikut kata dokter,” kisah Frisca. “Empat puluh menit berlalu dan berhasil,” imbuhnya bahagia.

Perjuangan Frisca pun membuahkan hasil. Kini Amie sudah bisa melihat kembali indahnya dunia. “Terima kasih, puji Tuhan,” kata Amie. Frisca merasa bahagia karena apa yang dilakukannya tidak sia-sia. ”Terima kasih, di usia senjanya beliau bisa melihat kembali,” ungkap Frisca haru.

Frisca Novita (kiri) dari awal hingga selesai operasi terus mendampingi Kiat Amie. Sekarang Kiat Amie pun sudah bisa melihat kembali di usia senjanya.

Muhamad Yudi (kaos hitam) bersama ayahnya, Encang Irod dan Odik (seragam TNI) terus memberikan doa dan dukungan untuk kelancaran operasi sang adik, Maya Fauziah.

Demi Sang Adik

Perjuangan yang sama juga dilakukan oleh Muhamad Yudi (19) yang mendampingi adiknya, Maya Fauziah (10) untuk melakukan operasi. Yudi tidak tega melihat adiknya yang masih sangat belia (kelas 2 sekolah dasar) harus menderita katarak sejak dua tahun lalu. Beruntung Odik, seorang Bintara Pembina Desa (Babinsa) memberikan informasi tentang baksos ini. “Kebetulan ada yang kasih informasi, jadi langsung berangkat ke Kodim (screening),” ujar Yudi. Apa yang dilakukan Yudi ini tanpa sepengetahuan ayahnya, Encang Irod (33) yang saat itu sedang tidak di rumah. “Pertama ngobrol sama keluarga, katanya nunggu bapak pulang saja. Tapi menurut saya mumpung ada kesempatan dan waktunya terbatas jadi saya langsung bawa (Maya) aja,” kisah Yudi.

Yudi melakukan semua itu karena Maya dulu sempat mengikuti baksos operasi mata yang diadakan sebuah yayasan sosial, namun mengalami kegagalan. Hal inilah yang membuat Yudi tidak mau menyia-nyiakan waktu agar tidak mengalami kegagalan yang kedua kali. Dalam baksos yang diadakan Tzu Chi ini pun Maya sempat urung mengikuti operasi dengan bius lokal, namun akhirnya tim medis memutuskan agar Maya menjalani operasi dengan bius general. “Dia takut jadi dokter putuskan untuk dibius total,” ungkap Irod.

Menjelang operasi hingga post op, Yudi tak henti-hentinya mendampingi sang adik tercinta. Selama menunggu antrian pemeriksaan dokter, sang adik tak pernah luput dari pangkuan Yudi. “Saking sayangnya ke adik, anaknya rajin jadi semangat aja (dampingin),” ucap pria yang sehari-hari sebagai pekerja serabutan ini. “Maya pengen jadi guru olahraga, saya sedih mau jadi guru, tapi penglihatannya terganggu jadi saya bantu gimana caranya. Alhamdulillah sekarang sembuh,” sambungnya.

Kini mata kanan Maya yang dulu tidak bisa melihat sama sekali sekarang sudah berfungsi normal kembali. Jika sebelumnya Maya hanya mengandalkan mata kirinya untuk beraktivitas sehari-hari kini ia sudah bisa melihat dengan normal. “Bahagia banget, Maya  sudah pulih penglihatannya,” ungkap ayah tiga anak ini. Irod yang sehari-hari berjualan bakso keliling ini juga terus mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada relawan Tzu Chi dan anggota TNI yang menghampirinya. “Saya sangat berterima kasih dengan yayasan dari Buddha Tzu Chi, juga kepada Pak Odik yang telah menginformasikan baksos ini. (Rasa bahagia) nggak bisa diukurlah,” ucapnya. Begitu juga Yudi yang berharap setelah sembuh dari kataraknya, Maya yang kini berada di kelas 4 SD ini makin giat belajar sehingga bisa menggapai cita-cita kelak, menjadi seorang guru.


Artikel Terkait

Pendampingan Ke-2 Pasien Baksos Degeneratif

Pendampingan Ke-2 Pasien Baksos Degeneratif

25 April 2017

Minggu, 23 April 2017, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia  mengadakan Baksos follow up ke-2 di Sekolah Al Mutaqien, Kapuk Muara, Jakarta Utara. Kegiatan ini diikuti oleh 91 pasien degeneratif.

Merajut Jalinan Jodoh Oma Opa

Merajut Jalinan Jodoh Oma Opa

21 April 2015 Setiap 3 bulan sekali, relawan Tzu Chi komunitas He Qi Pusat, Xie Li Pademangan selalu menyelenggarakan kegiatan rutin berupa baksos gratis bagi manula.
Pentingnya Kesadaran Kesehatan di Usia Lanjut

Pentingnya Kesadaran Kesehatan di Usia Lanjut

02 Februari 2016 Tzu Chi mengadakan baksos kesehatan degeneratif yang digelar di Sekolah Surya Dharma, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan pada 24 Januari 2016. Sebanyak 303 pasien datang memeriksakan kondisi kesehatan mereka. Selain pemeriksaan kesehatan, tim medis juga memberikan penyuluhan pentingnya kesadaran akan kesehatan.
Benih yang kita tebar sendiri, hasilnya pasti akan kita tuai sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -