Suster Weny Yunita dari TIMA Indonesia memberikan penjelasan yang sangat gamblang kepada seorang pasien yang tak lolos untuk operasi katarak. Penjelasannya dengan istilah yang mudah dipahami dan tutur kata yang lembut membuat para pasien pun tak kecewa dengan hasilnya.
Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat di mana pun TIMA Indonesia menggelar bakti sosial kesehatan, merupakan prinsip yang selalu dipegang oleh para relawan tim medis Tzu Chi ini. Ini juga yang sangat terasa pada proses screening atau pemeriksaan awal Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-131 di Gedung Sekolah Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Tadulako Palu, Sabtu 18 Juni 2022 lalu.
Salah satu yang menarik adalah para pasien yang tak lolos screening, tak satupun protes ataupun bolak-balik kebingungan mempertanyakan mengapa mereka tidak bisa dioperasi. Rupanya, ini karena mereka mendapatkan penjelasan yang sejelas-jelasnya tentang kondisi kesehatan mereka dari dokter maupun perawat tim medis Tzu Chi. Bahkan tanggapan mereka sangat positif.
“Misalnya katarak, alasan enggak bisa lolos itu apa? Misalnya ada hipertensi, gula darah, kalau gula darah terlalu tinggi, risikonya bagaimana. Jadi memberikan penjelasan itu mereka jawab ‘iya..,’” terang Tami, salah satu koordinator screening ini.
Seorang pasien hernia betah berlama-lama mendengarkan edukasi yang diberikan dr. I.B Dharmasusila, SP. B
Dari proses screening ini, sebanyak 216 orang yang mengikuti screening katarak, ada 62 pasien yang tak lolos atau tidak dapat dioperasi. Sementara dari 24 pasien yang mengikuti screening hernia ada 5 pasien yang tak lolos.
Dari tahapan screening ini juga, diketahui ternyata banyak pasien yang selama ini tak pernah memeriksakan kesehatan diri mereka. Jadi begitu diperiksa, banyak yang baru tahu kalau tekanan darah atau gula darah mereka tinggi. Karena itu walaupun tak lolos untuk operasi, mereka merasa tak sia-sia datang karena di sini mereka juga mendapat penjelasan dan saran-saran. Salah satunya untuk rutin cek ke puskesmas terdekat.
Para relawan Tzu Chi mengunjungi Aqila dua hari setelah proses screening. Mata kanan Aqila masih bisa melihat namun tak jelas. Aqila kerap memicingkan mata karena silau akan cahanya.
Salah satu yang tak lolos untuk operasi katarak adalah Aqila (7), pasien dari kecamatan Dampelas Kabupaten Donggala. Aqila membutuhkan jenis operasi lainnya karena yang diderita Aqila bukanlah katarak, namun kerusakan pada kornea. Diperlukan pemeriksaan yang lebih intens pada Aqila. Verawati, ibu Aqila pun tak dapat menahan tangisnya.
“Setiap orang tua pasti sakit dirasa mendengar anaknya begini. Saya kira cuma sakit biasa. Pas kemarin dengar kalau kornea matanya rusak mau tidak mau tetap operasi. Kami ini orang susah, kalau operasi begitu biaya besar,” tutur Verawati sembari terisak.
Namun pendampingan yang diberikan relawan Tzu Chi saat screening itu yakni Puspawati bersama Suster Weny dari TIMA Indonesia, membuat tangis Verawati mereda. Bahkan akhirnya Verawati kini optimis bahwa pasti Tuhan akan bukakan jalan bagi anak keduanya itu untuk sembuh.
Puspawati, relawan Tzu Chi sembari mencontohkan praktik budaya humanis Tzu Chi kala menyambut para pasien yang datang.
“Alhamdulillah semuanya (relawan dan tim medis) baik, nyaman juga kami di situ. Mereka support saya waktu saya drop. InsyaAllah mereka bilang ada jalan. Mudah-mudahan bisa dibantu,” tambahnya.
Tak hanya itu saja, dua hari setelah mengikuti screening, Aqila dan Verawati yang sementara ini menginap di rumah bibinya, di Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Tadulako Palu, juga mendapat kunjungan dari Puspawati dan para relawan Tzu Chi lainnya pada Senin, 20 Juni 2022. Ia merasa sangat senang karena mendapat saran-saran, baik tentang mengurus BPJS bahkan relawan Tzu Chi kini sedang mengupayakan untuk mencarikan solusi.
Sembari Membimbing Para Calon Relawan Tzu Chi di Palu
Pada screening baksos kali ini, para relawan Tzu Chi juga relawan TIMA Indonesia sembari membimbing para calon relawan Tzu Chi dari Palu yang baru pertama kali bersumbangsih pada bakti sosial kesehatan Tzu Chi. Selain tentang tata cara, alur dan hal teknis lainnya, yang juga sangat penting adalah menerapkan budaya humanis Tzu Chi yang sangat memanusiakan para pasien atau keluarga pasien yang datang.
Mustikawati saat membantu tim medis RS Bhayangkara Palu di bagian tes antigen. Sebelumnya ia juga turut bersumbangsih pada pembagian sembako Tzu Chi untuk warga Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Tadulako.
Salah satu calon relawan tersebut adalah Mustikawati (45) yang merupakan seorang kader posyandu bayi dan balita di lingkungan sekitar Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Tadulako. Pada proses screening ini ia bertugas memberikan kartu nomor urut kepada pasien yang datang. Bu Tika, begitu orang-orang memanggilnya bersama para ibu-ibu dari Perumahan Cinta Kasih Tadulako banyak belajar dari proses screening ini.
“Selama ini yang saya lakukan biasanya hanya personal. Saya tidak punya wadah, saya melihat Yayasan Buddha Tzu Chi sangat bagus, kemudian bisa mengarahkan. Seperti saya nih walaupun ada niat, tapi kalau kami tidak diberi wejangan, kemudian tidak terstruktur, maka segala sesuatunya juga kayaknya kurang bagus,” ujar Bu Tika.
Julius saat bersumbangsih pada screening atau pemeriksaan awal Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-131 di Gedung Sekolah Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Tadulako Palu, Sabtu 18 Juni 2022.
Calon relawan Tzu Chi lainnya di Palu adalah Julius (25) yang pada screening ini bertugas di garda depan, yakni menukar kartu nomor urut pasien dengan kalung bernomor. Kalung bernomor ini diberikan kepada para pasien yang sudah dites antigen. Seperti Bu Tika yang banyak belajar dari tahapan screening ini, Julius merasakan sukacita saat menyaksikan betapa antusiasnya warga yang datang mencari kesembuhan. Rasa capek yang terasa di kaki karena mesti berdiri sedari pagi hingga jelang sore hari pun menjadi tak berarti dibanding sukacitanya.
“Saya lihat warga itu terbantu banget. Banyak dari mereka yang susah. Mereka datang paling tidak cek matanya bisa dioperasi atau tidak. Kalau bisa operasi kan mereka senang banget,” kata Julius.
Pelatihan Calon Relawan Tzu Chi
Wie Sioeng saat mengenalkan tentang Misi Amal Tzu Chi kepada para peserta pelatihan calon relawan Tzu Chi Palu.
Pelatihan calon relawan Tzu Chi Palu digelar sehari setelah pelaksanaan screening Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-131. Pelatihan ini bertempat di Kantor Tzu Chi Palu di Jalan Rajamoili, Kelurahan Besusu Barat, Kecamatan Palu Timur, Kota Palu pada Minggu 19 Juni 2022. Ada 13 peserta baru pada pelatihan ini. Beberapa materi pengenalan diberikan seperti kisah tentang Master Cheng Yen, kiprah Tzu Chi di Indonesia, pembekalan Misi Amal Tzu Chi dan Misi Pelestarian Lingkungan, serta belajar isyarat tangan Satu Keluarga.
Wei Siong, relawan Tzu Chi dari Jakarta memaparkan tentang Misi Amal. Inti materi dari Wie Sioeng adalah bagaimana supaya calon-calon relawan di Palu tidak takut memulai dan menjalankan Misi Amal Tzu Chi dan mau mempraktikkan ajaran Master Cheng Yen tentang cinta kasih melalui misi amal kepada masyarakat di sekitarnya.
“Dengan adanya Kantor Tzu Ci Palu ini yuk kita memanfaatkan apa yang ada dan memanfaatkan kemampuan kita untuk berbagi kepada mereka yang membutuhkan,” harap Wie Sioeng.
Ketua relawan komunitas Tzu Chi di Palu, Ruddy Chandra saat berdiskusi dengan para calon relawan Tzu Chi Palu.
Kepada para peserta pelatihan, Wie Sioeng berharap Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Tadulako dapat menjadi satu daerah binaan dan berkembang. Baik dari sisi jumlah relawan, kemampuan ekonomi masyarakat, dan bisa berbagi kepada masyarakat sekitarnya lagi.
Selain para ibu dari Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Tadulako, para peserta pelatihan ini adalah beberapa anak muda yang antusias untuk aktif di kegiatan kemanusiaan, salah satunya Julius. Diharapkan generasi muda Tzu Chi di Palu khususnya yang di atas usia 25 tahun, yang mana sangat potensial ini bisa mengajak teman-teman mereka untuk sama-sama melakukan aksi sosial dan bersama-sama melatih diri di Tzu Chi.
Para peserta pelatihan calon relawan Tzu Chi bersama para relawan Tzu Chi dari Jakarta.
Melihat antusiasnya para peserta pelatihan ini, ketua relawan komunitas Tzu Chi di Palu, Ruddy Chandra yakin Tzu Chi Palu dapat berkembang dengan baik.
“Saya merasa bahwa ini sangat luar biasa, banyak ibu-ibu UKM ikut, juga anak-anak muda. Saya harapkan relawan Tzu Chi di kota Palu ini bisa berkembang,” pungkas Ruddy Chandra.
Editor: Metta Wulandari