Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-131 di kota Palu disambut antusias warga Palu hingga warga di kabupaten sekitar Palu.
Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-131 di kota Palu pada 24-25 Juni 2022 betul-betul menjangkau masyarakat yang sangat membutuhkan. Armansyah (45) warga Palu Barat, salah satunya. Sudah enam tahun Arman, yang adalah tukang las ini diliputi kerisauan akibat katarak di mata kirinya. Di meja operasi, dokter Irma yang menanganinya mendapati bahwa katarak pada mata Arman sudah hypermature. Ibarat buah sudah sangat matang. Kalau tak segera dioperasi, penglihatannya bakal lebih buruk. Bagi Arman sendiri, Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-131 merupakan jawaban dari doa-doanya selama ini. Simak kisahnya berikut ini.
***
Arman merasa penglihatannya terganggu sejak tahun 2015. Saat itu ia mengerjakan pengelasan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Poso, Sulawesi Tengah, pada bangunan seluas 50 x 30 meter, dari lantai dasar hingga lantai 4. Arman yang adalah pengawas di lapangan, diberi tenggat waktu selama 14 bulan untuk menyelesaikan pengelasan itu.
Arman merekrut beberapa pekerja lepas. Saat deadline makin dekat, pengerjaan baru mencapai 80 persen. Mau tak mau, Arman turun tangan membantu pengelasan pipa stainless untuk pegangan tangga keliling hingga lantai 4. Arman bahkan lembur, kerja dari pagi, bertemu pagi lagi. Ini berlangsung selama lima hari.
Mata Arman perih dan gatal akibat terpapar asap dari pengelasan besi stainless. Tak tahan dengan rasa gatal itu, ia kucek, alhasil mata Arman memerah hingga bengkak. Tak bisa ia bekerja hingga tiga hari.
Dibawalah Arman ke dokter mata, diberi antibiotik dan obat tetes mata. Syukurlah membaik. Namun selang beberapa hari, ia merasa sangat silau saat melihat cahaya lampu di malam hari.
“Lihat mobil kok silau sekali, ada apa ih, enggak tahan saya lihat cahaya. Saya tutup mata yang kanan enggak terasa silau. Ternyata yang kiri,” ujarnya dengan aksen Palu yang kental.
Arman juga dapat memperbaiki berbagai mesin, salah satunya mesin mobil.
Tak hanya silau, mata kiri Arman kerap berair, dan makin kabur. Sepulang dari Poso, empat bulan kemudian ia kembali ke dokter mata. Ternyata mata kiri Arman katarak, namun masih tipis sehingga belum bisa dioperasi. “Buat risaulah dalam arti karena silaunya, perasaan itu tidak enak,” katanya.
Kembali, setahun kemudian Arman cek ke dokter mata. Sama, dokter mengatakan belum bisa dioperasi. Hingga tahun 2018, bencana gempa, tsunami, dan likuefaksi melanda Palu. Kondisi ekonomi yang kian sulit menyebabkan Arman tak dapat membayar iuran layanan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS), hingga hari ini.
Diberikan Lebih dari yang Diharapkan
Arman sehari-hari bekerja sebagai tukang las.
Besar harapan Arman dapat membayar tunggakan iuran BPJS-nya sehingga bisa operasi katarak. Karena jika dengan biaya sendiri terus terang sangat sulit bagi Arman karena cukup mahal.
“Itu yang saya minta sama Tuhan. Tuhan, sampai kapan saya harus begini. Saya sampai sedih, menangis, beri saya rezeki biar bisa bayar BPJS ini perlahan. Di samping saya biayain anak sekolah, biaya hari-hari. Seperti saat sekarang ini ya untuk biaya dapur saja 100 ribu susah, nggak cukup,” kata Arman.
Sehari-hari Arman yang memiliki empat anak ini punya usaha bengkel las yang ia kerjakan berdua dengan adiknya. Untuk menambah pemasukan, Arman juga sambil bekerja dengan seseorang yang ia sebut bos. Ia mengangkut bahan material dengan truk milik bos-nya tersebut. Membawa truk mengharuskan Arman berkendara dengan ekstra hati-hati.
Bagai mendapat durian runtuh, suatu siang sahabat Arman, Ferry yang kini bermukim di Surabaya, Jawa Timur menelponnya. Ia mengabarkan bahwa akan ada pengobatan katarak gratis di Palu.
“Ini kebetulan, you kan katarak, mana tahu sudah bisa operasi. Coba aja Arman, kalau Allah berkehendak itu rezeki you,” kata Ferry di ujung telepon.
Bukan main senangnya Arman mendapat informasi itu. Ia langsung mengecek kebenaran informasi tersebut ke seorang kenalannya yang adalah anggota polisi. Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-131 di kota Palu ini memang bekerjasama dengan Polda Sulawesi Tengah dalam rangka HUT Bhayangkara ke-76.
Ternyata informasi itu benar, Arman langsung mendaftar ke nomor yang tertera. Tak sabar lagi, ia ingin cepat-cepat pergi ke Gedung Sekolah Perumahan Cinta Kasih untuk mengikuti screening atau pemeriksaan awal. Apalagi Arman sangat yakin, matanya sudah bisa dioperasi. Selain itu ia tak memiliki komplikasi darah tinggi maupun diabetes.
Dalam hati, Arman masih tak menyangka, harapannya agar iuran BPJS dapat terlunasi sehingga dapat operasi katarak, malah diberikan yang lebih. Arman merasa sangat berutang budi pada sahabat baiknya Ferry, yang memberitahunya.
Akhirnya impian Arman untuk menjalani operasi menjadi kenyataan.
Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-131 di kota Palu pada 24-25 Juni 2022 berjalan sangat lancar dan sukses, salah satunya telah menjangkau masyarakat yang telah lama mendambakan pengobatan.
Di hari screening, Sabtu 18 Juni 2022, selepas sembahyang Subuh, ia sudah bersiap. Pukul setengah tujuh, ia menuju Gedung Sekolah di Perumahan Cinta Kasih Tadulako. Hatinya membuncah, saat menjalani screening itu ia dilayani dengan sangat ramah.
“Saya sangat-sangat bersyukur, seperti tim dokter dari Buddha Tzu Chi sangat baik pelayanannya. Ramah seluruhnya. Semua diberikan fasilitas, makan gratis, sarapan iya, artinya penuh rasa peduli dari Yayasan Buddha Tzu Chi menyelenggarakan ini luar biasa. Saya memberikan apresiasi,” tuturnya.
Arman pun pulang dengan hati yang penuh syukur. “Alhamdulillah dikasi jawaban Tuhan, saya dapat (operasi katarak) gratis sama Buddha Tzu Chi,” gumamnya saat memegang secarik kertas berwarna kuning yang menyatakan bahwa ia lolos pemeriksaan dan bisa menjalani operasi katarak.
Arman bersama pasien lainnya saat pembukaan perban pascaoperasi katarak.
Menyiapkan Diri untuk Operasi
Berbagai persiapan dilakukan Arman jelang operasi katarak pada Jumat 24 Juni 2022. Rambutnya dipangkas lebih tipis karena dua pekan pascaoperasi nanti, mata tak boleh terkena air. Sang istri juga telah membelikan beberapa pack tisu basah untuk mengelap badan.
Arman juga meminta dukungan dari atasannya. Ia mengajukan cuti dan memintakan gaji di awal untuk keperluan kontrol pascaoperasi. Bosnya yang baik hati mendukungnya bahkan turut mendoakan kelancaran operasinya.
Pada Jumat, 24 Juni 2022, Arman pun menjalani operasi katarak dengan diantar oleh sang istri. Setelah menjalani antigen, sang istri membantunya cuci kaki agar steril, lalu baru dapat memasuki ruang operasi. Kebetulan Dokter Irma yang menanganinya. Dokter Irma mengatakan, kondisi katarak Arman sudah tebal dan bersyukur Arman menjalani operasi karena kalau ditunda lebih lama lagi, akan sangat tidak baik.
“Insya Allah dapat melihat lagi, memang kataraknya sudah banyak. Tapi tadi operasinya berjalan lancar, bagus," terang Dokter Irma.
Tak Cuma Arman, pada baksos kali ini, dokter Irma mendapati rata-rata kondisi katarak para pasien sudah hypermature, sudah matang, dengan kata lain, termasuk terlambat.
Hasil operasi katarak di mata kiri Arman bagus.
Sehari setelah operasi, Arman kembali datang ke RS Bhayangkara untuk tahapan lepas perban operasi. Memang tak langsung terang, tapi ia marasakan penglihatan mata kanan dan kirinya lebih balance atau seimbang.
“Sangat lega, penuh perjuangan, leganya sampai hari ini berjalan lancar. Alhamdulillah. Waktu di-cek kata dokter, cakep, kiri kanan bagus. Buat Yayasan Buddha Tzu Chi, timnya semuanya terima kasih. Semoga senantiasa selalu diberikan berkah,” katanya.
Satu hal yang ingin sekali Arman lakukan setelah proses pemulihan dua pekan adalah ingin cepat-cepat kembali bekerja. Selama ini Arman merasa agak bersalah dengan putri sulungnya yang di sela-sela kuliahnya, mesti berjualan makanan yang dipasarkan secara daring demi membantu ekonomi keluarga. Padahal Arman ingin anak yang ia sayangi itu dapat fokus untuk belajar agar memiliki masa depan yang cerah, yang jauh lebih baik dari ayahnya.
“Sesudah buka perban itu saya mau lebih giat lagi kerjanya. Pokoknya gatal tangan ini pengen bekerja lagi. Yang tadinya tidak fokus karena melihat dengan satu mata, kini bisa lihat lagi dengan dua mata,” ujarnya sesaat meninggalkan RS Bhayangkara.
Kapolda Sulawesi Tengah, Irjen Pol Drs. Rudy Sufahriadi berharap kerjasama dengan Tzu Chi Indonesia dalam memberikan kemaslahatan bagi warga Sulawesi Tengah dapat terus berlanjut.
Arman merupakan satu dari 157 orang warga Sulawesi Tengah yang mendapat berkah dari pelaksanaan Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-131. Total ada 114 pasien yang telah terbebas dari katarak, 26 pasien yang dioperasi pterygium, serta 17 pasien yang kini telah sembuh dari hernia.
Kapolda Sulawesi Tengah Irjen Pol Drs. Rudy Sufahriadi dalam sambutannya mengaku sangat mengapresiasi bagaimana Tzu Chi Indonesia memberi perhatian yang besar pada masyarakat Sulawesi Tengah.
“Bantuan kemanusiaan yang luar biasa ini saya mohon tetap dipertahankan, kerja sama dengan Polda Sulawesi Tengah juga, mari sama-sama kita lanjutkan,” ujarnya.
Editor: Hadi Pranoto