Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-135: Kebahagiaan yang Mendalam

Jurnalis : Khusnul Khotimah, Fotografer : Khusnul Khotimah, Dok. TIMA Indonesia
Sebelumnya, katarak yang dialami Suryanto di mata kanannya selama hampir lima tahun sangat mengganggu aktivitasnya, terutama saat berjualan.

Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-135 yang digelar di kota Palembang memang sudah berakhir lebih dari sepekan lalu. Namun kebahagiaan mendalam masih dirasakan para pasiennya. Sebut saja Suryanto (38) yang menderita katarak hampir lima tahun di mata kanan. Kini tak hanya sembuh, bapak empat anak ini makin semangat dalam mencari nafkah.

“Berhasil memang operasinya. Kemarin ditutup yang normal itu (mata kiri) enggak kelihatan, dekat saja enggak kelihatan, berbayang saja. Angka, warna enggak bisa tahu. Nah ini, dari jauh tes angka, sudah kelihatan,” kata Suryanto bersemangat.

Pascaoperasi, Suryanto bertekad untuk istirahat total selama tiga pekan agar hasil operasinya maksimal. Maklum saja, Suryanto merupakan penjual bakmie yang cara memasaknya masih tradisional, yakni menggunakan arang sehingga asap yang membumbung bakal mengenai matanya. Karena itu selama beristirahat, warung bakmie dijaga oleh adiknya, Desi.

Bakmie Aguan, nama warungnya tersebut merupakan usaha yang Suryanto teruskan dari mendiang sang ayah yang telah berlangsung selama 30 tahun. Tak cuma bakmie, warungnya juga menjual kwetiau, mie, capcay, nasi goreng, bihun, mie atom, mie besar, juga fuyunghai.


Suryanto sangat bersyukur bisa menjalani operasi katarak yang digelar Tzu Chi Palembang di Rumah Sakit (RSBhayangkara M Hasan Palembang.

Selama menderita katarak, aktivitas sehari-hari Suryanto sangat terganggu. Bahkan hasil masakannya kerap keasinan. Ketika pelanggangannya complain, ia pun hanya bisa meminta maaf.

“Pengaruh, penglihatan kabur kan, samar-samar gitu, apalagi malam. Kayak micin, garam, jadi ya memang harus agak dekat, biar lebih jelas. Kalau dari jauh enggak kelihatan. Kadang keasinan,” katanya.

Karena sudah menjalani operasi, Suryanto pun jadi tak sabar untuk kembali memasak, melayani pelanggannya dengan aneka menu bakmie yang legendaris itu.

“Saya ucapkan banyak terima kasih kepada Yayasan Buddha Tzu Chi atas bantuannya, baksos ini. Jadi kita jugo masyarakat yang tidak mampu bisa terbantu. Saya doakan relawan Tzu Chi sehat selalu, biar bisa adakan baksos terus,” tuturnya.

Makin Semangat Mencari Nafkah

Semangat untuk mencari nafkah setelah menjalani operasi juga dirasakan Benny Salim (43), warga Ilir Barat 1. Benny yang sebelumnya bekerja sebagai pekerja bangunan ini lebih dari dua tahun merasakan sakit yang luar biasa karena hernia.

“Biasanya kalau terasa sakit itu enggak bisa menahan lagi itu. Sakitnya bukan main sampai ke dada,” ujar Benny.


Bagi Benny Salim,
Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-135 yang melayani operasi hernia, merupakan doanya yang akhirnya terkabul.

Dalam dua tahun itu, Benny kerap mencari informasi tentang biaya operasi hernia di beberapa rumah sakit di kota Palembang. Namun nyalinya selalu ciut, karena sangat tak terjangkau dengan kondisi keuangannya. Karena itu Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-135 yang juga melayani operasi hernia ini bagaikan doa yang akhirnya terkabul.

Setelah menjalani operasi hernia, rasa sakit itu pun hilang. Benny makin semangat utuk mengembangkan usaha berjualan kue yang sebulan ini telah dirintis sang istri dan cukup laris manis.

“Rencana sih mau mengembangkan dagang. Apa saja yang penting jangan kerja berat. Memang sudah ada kesepakatan dengan istri, kami dagang saja nanti,” katanya.

“Pokoknya untuk yayasan, yang sudah bekerja sama dengan RS Bhayangkara, saya mengucapkan banyak terima kasih, Dari pertama screening sampai operasi sampai kami mau pulang dinyatakan sehat, semuanya penuh perhatian. Dari tim dokter, tim perawat, dan juga tim relawan Yayasan Buddha Tzu Chi, terima kasih banyak,” pungkasnya.  

Kekompakan Para Tim Medis

Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-135 tak hanya berkisah tentang bagaimana pengobatan ini telah menolong banyak masyarakat Palembang dan sekitarnya, namun juga tentang ketulusan para relawan dan tim medis Tzu Chi.

Di kamar operasi bedah misalnya, para dokter dan perawat begitu berdedikasi, saling kompak dan bahu-membahu dalam menyembuhkan pasien. Dr. dr. Iskandar R. Budianto SpB. Subsp Ped (K) misalnya, tak ragu menggendong pasien yang sudah ia operasi saat rekan tim medis lainnya masih membawa pasien yang lain ke ruangan berikutnya.

“Yang terjadi bahwa anak ini sudah dioperasi, tapi karena yang lain masih sibuk untuk bawa pasien-pasien yang lain, sementara anaknya sudah mulai bangun, perlu dibawa ke dalam ruang observasi. Kita bisa angkat yang kita angkat,” katanya.


Dokter Deny dari TIMA Indonesia membantu Benny duduk. Pascaoperasi hernia, para pasien tidak boleh berbaring terus, sebaliknya harus belajar duduk dan berjalan.

Bagi Dokter Iskandar, semua pekerjaan jika dilakukan dengan rela, tulus, dan dibuat senang, maka tak akan ada pekerjaan yang terasa sulit.

“Jadi kesulitan yang dialami seorang dokter menjadi keasulitan semua dokter di sini. Maka kalau kesulitan ditanggung bersama-sama moga-moga tidak ada terasa sulit,” katanya.

Sebagai seorang dokter bedah khusus anak, Dokter Iskandar punya pandangan betapa pentingnya akses kesehatan bagi anak-anak.

“Bahwa anak-anak ini adalah masa depan dari Negara ini. Kalau anak-anak ini sakit maka diramalkan masa depan negara ini akan sakit juga. Tapi kalau anak-anak ini sehat, kemudian diberi gizi yang cukup, diberikan kesehatan yang baik, moga-moga di masa mendatang negara ini akan maju karena dipegang sama orang-orang yang berpikiran baik, berkesehatan yang baik, semuanya baik,” ujarnya.

Para Relawan yang Makin Kompak

Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-135 ini merupakan bakti sosial berskala besar ketiga yang digelar Tzu Chi Palembang. Pada bakti sosial kali ini para relawan lebih kompak karena menerapkan sistem 4 in 1. Yang mana kali ini Tzu Chi Palembang sudah menjadi satu Hu Ai, dan memiliki tiga Xie Li, yakni ada Kemuning, Taman Kenten, dan Radial.


Dr. dr. Iskandar R. Budianto SpB. Subsp Ped (K) mengangkat pasiennya yang hampir bangun dari anastesti.

Sejak pandemi Covid-19 merebak, yakni awal tahun 2020, para relawan Tzu Chi Palembang mulai belajar penerapan sistem 4 in 1 melalui aplikasi zoom dari mentor-mentor He Xin di Jakarta, seperti Like Hermansyah dan Livia Tjin.

“Jadi kami yang di Ketua Hu Ai dan Wakil Ketua Hu Ai belajar apa sih tugasnya kita. Jadi ternyata koordinasi agar tiap korbid biar bisa berjalan. Nah ini kami terapkan di baksos ini. Dan ternyata lebih enak. Dulu kan belum 4 in1, kami semua tumpeng tindih tugasnya. Jadi semua merasa tugasnya berat,” jelas Sefy, relawan yang merupakan koordinator dari bakti sosial kali ini.

Dengan menerapkan sistem 4 in 1, para relawan masing-masing sudah paham tugasnya.

“Jadinya kerja itu terasa lebih ringan. Karena masing-masing orang punya tugas masing-masing. Bahu-membahu. Nah kalau misalnya ketemu problem di lapangan, dia harus menghubungi siapa, dia tahu, enggak menyelesaikan sendiri di lapangan,” tambah Sefy.

Manfaat dari penerapan sistem 4 in 1 dalam menjalankan bakti sosial berskala besar juga diakui oleh Novriko, koordinator di bagian alur screening dan operasi.

“Di Hu Ai kan ada korbid-korbidnya, ada konsumsi, ada yang kesehatan, jadi relawan bisa memakai posisinya itu untuk di bagiannya bekerja,” katanya.

Karena itu, bagi Novrioko, bakti sosial yang digelar ini tak hanya untuk membantu masyarakat Palembang, namun juga sebagai sarana pelatihan bagi para relawan yang menjadi korbid-korbid (koordinator bidang) di fungsionaris. Dan tak lupa juga sebagai sarana untuk menggalang relawan-relawan baru.


Wakil Ketua Tzu Chi Palembang, Suharjo mengunjungi para pasien di ruang pemulihan.

Wakil Ketua Tzu Chi Palembang, Suharjo sampai terharu dan menitikkan air mata melihat kesungguhan para relawan dalam menjalankan tugas mereka sehingga bakti sosial dapat memberikan layanan yang sangat baik kepada masyarakat.

“Kami sebagai relawan melihat para pasien begitu bersukacita, kami pun bersukacita. Kami bisa merasakan bagaimana bahagianya mereka. Mereka disamping diobati secara fisik, juga relawan Tzu Chi semuanya bersatu hati mendampingi mereka. Saya juga sangat berterima kasih kepada para relawan semuanya,” kata Suharjo.

Editor: Arimami Suryo A.

Artikel Terkait

Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-135: Kebahagiaan yang Mendalam

Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-135: Kebahagiaan yang Mendalam

09 Desember 2022
Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-135 yang digelar di kota Palembang memang sudah berakhir lebih dari sepekan lalu. Namun kebahagiaan mendalam masih dirasakan para pasiennya. Sebut saja Suryanto (38) yang menderita katarak.
Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-135:  Terus Berupaya Membantu Masyarakat Lepas dari Belenggu Katarak

Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-135: Terus Berupaya Membantu Masyarakat Lepas dari Belenggu Katarak

28 November 2022

Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi ke-135 yang digelar Tzu Chi Palembang pada 25-27 November 2022, menghadirkan kebahagiaan bagi masyarakat kota Palembang dan sekitarnya. 

Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-135 :  Janji Seorang Ibu yang Akhirnya Terpenuhi

Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-135 : Janji Seorang Ibu yang Akhirnya Terpenuhi

30 November 2022
Ada pemandangan tak biasa di Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-135. Jika biasanya pasien operasi bibir sumbing umumnya anak-anak, kali ini ada pasien yang sudah berusia 29 tahun, M. Eryan Wahyudi namanya. 
Dalam berhubungan dengan sesama hendaknya melepas ego, berjiwa besar, bersikap santun, saling mengalah, dan saling mengasihi.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -