Sebanyak 207 pasien katarak menjalani operasi di Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi ke-135 di Kota Palembang, Sumatera Selatan. Sementara pasien pterygium ada 20, pasien hernia 41, pasien bibir sumbing 7. Sebanyak 41 pasien juga telah menjalani operasi hernia, dan 65 pasien lainnya menjalani operasi terkait benjolan.
Tzu Chi Indonesia terus berupaya membantu masyarakat, terutama masyarakat kurang mampu terbebas dari katarak. Sebagaimana data dari Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami) tahun 2020, bahwa Indonesia menjadi negara dengan angka kebutaan tertinggi di Asia Tenggara, dengan penyebab utamanya adalah katarak.
Setelah menggelar bakti sosial kesehatan skala besar bertajuk Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-134 di Kota Batam, Kepulauan Riau pada 30 September hingga 2 Oktober 2022, kini giliran Kota Palembang, Sumatera Selatan. Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-135 ini digelar di Rumah Sakit Bhayangkara M Hasan Palembang pada 25-27 November 2022.
Baksos kesehatan ini disambut antusias masyarakat Kota Palembang dan sekitarnya. Tahap screening diikuti 776 pasien, dari jumlah itu sebanyak 340 pasien berhasil menjalani operasi. Tak cuma katarak, baksos ini juga melayani operasi hernia, bibir sumbing, dan benjolan.
“Memang respon dari masyarakat sangat senang dengan kami mengadakan baksos ini karena mereka sangat membutuhkan. Dan tujuan kami pun supaya masyarakat Palembang bisa terbebas dari katarak, hernia, kemudian bibir sumbing,” tutur Ketua Tzu Chi Palembang, Teddy Kurniawan.
Penjaringan pasien Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi ke-135 tak lepas dari bantuan jajaran Kepolisian RI, TNI, juga pihak kecamatan serta puskesmas di penjuru Sumatera Selatan. Tampak Ketua Tzu Chi Palembang, Teddy Kurniawan menyerahkan cindera mata pada Kapolrestabes Palembang, Kombes Pol M Ngajib.
Kapolda Sumatera Selatan Irjen Pol Rachmad Wibowo mengapresiasi Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia yang sangat proaktif membantu kesusahan masyarakat yang membutuhkan.
Kapolda Sumatera Selatan, Irjen Pol Rachmad Wibowo pada pembukaan baksos menyampaikan apresiasi atas kepedulian Tzu Chi yang tiada putus bagi masyarakat yang membutuhkan.
“Di sini kita melihat bahwa Yayasan Buddha Tzu Chi melakukan kegiatan-kegiatan yang sangat mulia untuk mempermudah dan membantu masyarakat yang kekurangan biaya dan tidak mampu untuk mendapat fasilitas kesehatan,” ujarnya.
Kesan Tak Terlupakan
Andi sudah kesulitan membaca. Mata kirinya bisa dibilang sudah tak berfungsi, hanya bisa menangkap bayangan dan sinar saja.
Banyak kisah haru di Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi ke-135 ini. Salah satunya kisah Andi Barata (49) yang rupanya telah lama menanti-nanti kapan Tzu Chi Palembang menggelar pengobatan katarak lagi.
Sebelas tahun yang lalu, mata kanan Andi telah dioperasi oleh Tim Medis Tzu Chi dalam Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi ke-74, yang digelar pada 29 April hingga 1 Mei 2011. Ini merupakan baksos kesehatan besar pertama Tzu Chi Palembang. Saat itu sebenarnya kedua matanya, dua-duanya katarak. Dokter menyarankan agar mata kanan dahulu yang dioperasi.
“Alhamdulillah, sebelah kanan saya biso lihat. Kalau ndak, buto semua,” ujarnya penuh semangat.
Selain hasil operasi yang memuaskan, satu hal yang sangat membekas dalam ingatannya adalah keramahan para relawan dan tim medis Tzu Chi.
“Pelayanannya luar biasa, dituntun kami, diantar,” kenangnya.
Karena kesan tak terlupakan itu, ia pun berandai-andai jika Tzu Chi Palembang berkenan menggelar lagi pengobatan katarak, untuk operasi mata kirinya.
Empat tahun kemudian, yakni pada pada Maret 2015, Tzu Chi Palembang akhirnya menggelar lagi pengobatan katarak bertajuk Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi ke-105. Sayangnya di tahap screening, Andi pulang dengan tangan kosong alias tak lolos karena kadar gula yang tinggi.
“Karena ada diabetes. Setelah itu saya jaga pola makan,” sesalnya.
Kedua dari kiri, Andi tengah bersiap masuk ke ruang operasi.
Tahun berganti tahun, katarak di mata kirinya pun makin matang dan membuatnya risau.
“Mengganggu sekali. Baca sudah tidak kelihatan lagi. Kalau jalan malam-malam saya pakai senter, jalan setapak-setapak. Istri inilah yang suka bantu,” kata dia.
“Iyo,” kata sang istri, Rodiana (48) mengiyakan.
Belenggu katarak di mata kirinya tersebut tak jarang mematahkan semangatnya. “Putus asa itu ado, kecil harapan untuk menambah cari kerjaan yang lain itu.”
Bapak empat anak ini sehari-harinya bekerja sebagai petugas keamanan di sebuah PT atau badan usaha di dekat rumahnya. Ia berjaga dari pukul 8 malam hingga 8 pagi. Ia pun ingin bisa melakukan pekerjaan tambahan di siang hari untuk menambah penghasilan.
“Karena mata katarak, jadi tidak bisa,” kata Andi.
Faktor ekonomi ini juga yang membuat warga Kelurahan 32 Ilir, Kecamatan Ilir Barat, Kota Palembang ini tak mampu berobat katarak dengan biaya sendiri. Besar harapannya agar Tzu Chi Palembang bisa menggelar pengobatan katarak untuk yang ketiga kalinya.
Usai Sudah Penantian Panjang
Tim Medis TIMA (Tzu Chi International Medical Association) Indonesia diisi dengan orang-orang yang tak hanya mumpuni dan professional di bidangnya, namun juga penuh ketulusan bersumbangsih, membantu warga kurang mampu yang kesulitan berobat.
Sampai suatu ketika gayung pun bersambut. Saat melintasi kantor kecamatan, Andi mendapati sebuah baliho besar terpasang di sana yang menginformasikan adanya Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi ke-135 yang bakal digelar di Rumah Sakit Bhayangkara M Hasan Palembang pada 25-27 November 2022. Hatinya bungah, senang bukan main.
“Ini kesempatan terakhir, karena usia jugo sudah 49 tahun, belum tentu tahun depan ada lagi,” gumamnya.
Cepat-cepat anak sulungnya mendaftarkan sang ayah melalui nomor yang tertera. Andi pun mengikuti screening dan dinyatakan bisa mengikuti operasi pada Jumat, 25 November 2022.
“Persiapan saya terutama jaga pola makan, tidur itu kita cepat. Jadi digunakan waktu semaksimal mungkin, dijago nian kesehatan kita,” katanya, dua hari jelang operasi. Apalagi bos-nya memberi izin untuk beristirahat total selama sepekan. Makin tenang-lah hatinya.
Tim Medis TIMA mengetes penglihatan mata kiri Andi setelah lepas perban.
Proses operasi berjalan lancar seperti yang diharapkan. Esoknya, ia bersama para pasien lain kembali ke Rumah Sakit Bhayangkara M Hasan untuk buka perban dan mendengar penjelasan dokter terkait hasil operasi.
“Ini matanya masih ada bengkak sedikit, kan hari pertama. Nanti kalau sudah diobati, ditetesi, makin lama akan membaik, (untuk hasil opersinya) bagus. Hari pertama bengkak wajar,” terang Dokter Indira.
Dokter yang jauh-jauh datang dari Kota Bogor Jawa Barat untuk bersumbangsih pada Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-135 ini juga mengingatkan Andi untuk menjaga mata kirinya dari cipratan air. Ia juga tak boleh mengangkat yang berat-berat dulu. Serta jangan lupa untuk kontrol ke rumah sakit terdekat sepekan kemudian.
Meski masih merasakan nyeri di mata kirinya, penjelasan dokter berhasil mengusir gundahnya.
“Weeh senang nian. Raso kita tenang kan,” katanya.
Sorot mata istri Andi juga tampak berbinar-binar. “Lega, Alhamdulillah, berjalan lancar operasinya bapak, senang saya,” tuturnya.
Dalam kesempatan ini, tim relawan juga menggalang dana bagi para penyintas gempa di Cianjur, Jawa Barat. Keluarga pasien baksos, maupun keluarga pasien rumah sakit tak ragu menunjukkan solidaritas mereka dengan memasukkan donasi ke kotak yang dibawa oleh tim relawan.
Rasa syukur memenuhi rongga dada Andi. Penantiannya untuk bisa operasi katarak terkabul sudah. Sebuah doa dipanjatkannya agar kiranya para relawan Tzu Chi dilimpahi kesehatan sehingga bisa terus membantu masyarakat kurang mampu lepas dari belenggu katarak.
“Terima kasih banyak pelayanan yang sangat memuaskan, sangat membantu untuk warga yang ndak mampu ini. Semoga para relawan Tzu Chi sukses selalu, bisa terus melaksanakan kegiatan bakti sosial,” pungkasnya.
Editor: Arimami Suryo A.