Ricky Budiman, relawan koordinator baksos kesehatan Yayasan Buddha Tzu Chi sedang menyapa para pasien yang tengah menunggu antrean untuk diperiksa ulang setelah lolos dari screening. Ricky secara singkat menjelaskan visi dan misi Tzu Chi yang berlandaskan cinta kasih universal dalam setiap menjalankan misi amal kemanusiaannya.
Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia mengadakan baksos kesehatan Tzu Chi ke-136 di RS. Metro Hospitals M. Toha, Tangerang pada 10 hingga 12 Februari 2023. Baksos ke-136 ini melibatkan seluruh relawan komunitas se-Jabodetabek. Keterlibatan relawan komunitas ini meringankan kegiatan baksos kesehatan ke-136 yang melayani 276 pasien.
Para relawan dari komunitas He Qi Utara 1 dan 2, komunitas He Qi Pusat, Timur, Barat 1 dan 2, He Qi Kota Tangerang, Bekasi, dan Cikarang turut andil. Johnny Chandrina (PIC umum untuk relawan yang terlibat dalam baksos ke-136) ini mengatakan bahwa, keterlibatan relawan komunitas He Qi ini dibagi dengan tugas dan bagian masing-masing dimana setiap ada kegiatan besar, relawan komunitas ini yang akan mengambil tugasnya.
“Contohnya untuk poli mata itu selalu dari relawan He Qi Pusat, kalau di operasi mayor itu biasanya He Qi Utara 1 dan 2, dan untuk yang di minor biasanya melibatkan komunitas He Qi Barat,” tutur Johnny.
Johnny Chandrina, koordinator umum Baksos ke-136 ini sedang berdiskusi dengan seluruh relawan yang terlibat dalam baksos kesehatan ke-136 dari berbagai relawan komunitas. Johnny mengatakan relawan He Qi Tangerang yang rumahnya berdekatan dengan RS. Metro Hospital Kota Tangerang mendapat tugas untuk mendampingi para pasien di pendaftaran.
Relawan Tzu Chi yang bertugas di ruang tunggu sebelum memasuki ruang operasi bertugas untuk menenangkan pasien-pasien yang merasa takut dan khawatir sebelum memasuki ruang operasi. Relawan dengan bersenda gurau mendampingi pasien agar tidak takut dalam menjalani operasi.
Baksos kesehatan ke-136 ini adalah baksos besar yang pertama kali diadakan setelah angka Covid-19 semakin menurun. Johnny mengatakan bahwa, para relawan mengadakan meeting bersama untuk pembagian tugas. Pada masa pandemi yang mulai mereda dan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) sudah ditiadakan, relawan ternyata masih menemukan kendala yakni, baksos ini dimulai pada hari kerja yaitu hari Jumat.
“Tentu hal ini membutuhkan sumbangsih kehadiran relawan dari beberapa He Qi sekaligus, untuk di poli mata dan bagian pendaftaran satu yang paling depan, diberikan kepada relawan He Qi Tangerang karena rumah mereka dekat ke lokasi, untuk melayani pasien yang datang sejak pagi hari,” ujar Johnny.
Relawan dari He Qi Tangerang mendapat tugas untuk mendampingi pasien di bagian pendaftaran awal. Relawan membantu seorang pasien manula yang menaiki tangga dan seorang relawan lainnya menyiapkan kursi roda agar pasien merasa nyaman dalam menjalani pengobatannya.
Keterlibatan relawan di hari ke-2 pada bagian operasi mayor dan minor diberikan tanggung jawab kepada relawan dari He Qi Barat 1, dan untuk di poli lainnya melibatkan dari berbagai He Qi, seperti He Qi Pusat di poli mata, Utara 1 dan 2 di poli mayor dan minor GA. Sedangkan untuk relawan di He Qi Barat 2 di poli minor, dan operasi Sumbing, juga khitan. Sementara itu relawan He Qi Timur mendapat tugas di bagian pelayanan konsumsi.
Namun begitu, relawan di bagian konsumsi ini tidak menerima seluruh tugas. “Pada bagian konsumsi ini juga dibagi tugas karena ada yang masak hingga 600 kotak lebih, ini dibagi juga. Jadi, semua tugas ini benar-benar relawan bersatu hati, gotong royong, dan berbagi tugas sehingga menjadi lebih ringan,” jelas Johnny.
Selain itu, untuk pencarian pasien-pasien yang membutuhkan bantuan pengobatan katarak, bbir sumbing, benjolan, dan hernia, Johnny menjelaskan, relawan juga melibatkan keaktifan relawan komunitas-komunitas He Qi dan melalaui media sosial.
Relawan yang bertugas di ruang operasi operasi katarak diemban dari relawan komunitas dari He Qi Pusat. Sedangkan di ruang operasi mayor dan minor GA relawan dari He Qi utara 1 dan 2. Para relawan Tzu Chi dengan bersatu hati, bergotong royong mengemban tugas yang diberikan.
“Kami sudah mulai kabarkan di awal bulan Januari 2023, kami sudah menjaring pasien-pasien melalui media sosial. Ini sebuah kesempatan bagi warga yang kurang mampu, mungkin selama pandemi Covid-19 mereka ada yang takut berobat dan Tzu Chi sudah dikenal masyarakat dimana sering mengadakan baksos pengobatan dan masyarakat sudah percaya kepada Tzu Chi,” ungkap Johnny.
Data dari Sekretariat TIMA Indonesia, dokter TIMA Indonesia bersama dokter dari RS. Metro Hospitals Kota Tangerang berhasil menangani 158 operasi katarak dan dua pasien pterygium. Keseluruhan dokter TIMA Indonesia bersama dokter dari RS. Metro Hospital Kota Tangerang berhasil menangani 276 pasien terdiri dari operasi katarak, operasi bibir sumbing, operasi benjolan, dan operasi hernia.
Para relawan Tzu Chi dari seragam abu putih, abu putih logo dan relawan komite Tzu Chi saling memberikan pengalamannya dalam melayani pasien yang mengikuti baksos kesehatan.
Di sela-sela baksos pengobatan ke-136 ini, dr. Ruth O. Anggraeni, Koordinator Bakti Sosial kesehatan Tzu Chi Indonesia berharap baksos pengobatan ini dapat membantu orang-orang yang menderita katarak. Melalui operasi katarak ini mereka yang masih usia produktif dapat bekerja kembali menghidupi keluarga. “Terutama mereka yang benar-benar nggak mampu, mereka masih muda, ‘buta’ (tidak bisa melihat) lama karena katarak, begitu dioperasi, bisa mencari nafkah lagi untuk menghidupi keluarga mereka,” harap dr.Ruth.
Editor: Metta Wulandari