Dua relawan Tzu Chi membantu Karsam Bin Sarji berjalan keluar dari ruang operasi pascaoperasi katarak di mata kirinya pada Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-138 di Tzu Chi Hospital.
“Sedihnya kalau lagi kesulitan kerja (bantu-bantu di warung). Waduh begini amat mata saya nggak kelihatan, pengen sembuh,” kata Karsam Bin Sarji (63), salah satu pasien Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-138 yang dilaksanakan di Tzu Chi Hospital pada 27 Mei 2023. Saat ditemui di rumahnya sehari sebelum pelaksanaan baksos kesehatan, ia merasa senang karena katarak di mata kirinya sebentar lagi akan dioperasi Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.
Karsam bersama istrinya Turyanah (52) tinggal di Kampung Dadap, Kecamatan Kosambi, Kabupaten Tangerang, Banten. Saat Turyanah berusia 13 tahun, ia menikah dengan Karsam dan dikaruniai 4 orang anak. Sewaktu masih muda, Karsam sering bekerja serabutan tapi kebanyakan jadi nelayan ikut kapal besar menangkap ikan. “Dulu bisa sampai 6 bulan di laut. Sama istri ya sama-sama ikhlas, kan cari nafkah buat keluarga,” cerita Karsam .
Kondisi katarak di mata kiri Karsam saat berada di rumah yang juga menjadi warungnya di Kampung Dadap, Kecamatan Kosambi, Kabupaten Tangerang, Banten.
Lambat laun, anak-anak Karsam mulai dewasa dan sudah berkeluarga. Karsam dan Turyanah kemudian membuka warung sederhana di depan rumahnya. Dari warung inilah Karsam mendapatkan rezeki untuk keperluan sehari-hari. Setiap habis subuh, Karsam mengantar istrinya menggunakan motor untuk berbelanja keperluan warung di Pasar Dadap. Tetapi 6 bulan terakhir, aktivitas ini pun harus Karan hentikan karena kondisi mata kirinya mendadak mulai buram dan tertutup.
“Tempo hari saya belanja ke pasar sama istri naik motor trus terjatuh, hampir-hampir aja kalau ibarat kata nggak ketolong, ya meninggal,” kenang Karsam. Semenjak peristiwa itulah, Karsam berhenti mengantar istinya. Sedangkan untuk berbelanja, Tuyanah diantar oleh anaknya yang tinggal tak jauh dari rumahnya. “Nggak kesal, abis matanya begitu kita maklumin aja. Sedangkan kita butuh buat sehari-hari, buat belanja, buat bayar utang, kalau kita nggak usaha dari mana rezekinya. Anak-anak kan nggak setiap hari kalau kasih, mereka juga punya keluarga,” ungkap Turyanah.
Harap-harap cemas dirasakan Karsam saat menunggu giliran untuk operasi katarak. Dengan niat untuk sembuh, Karsam berdoa dan menyerahkan semuanya kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk keberhasilan operasi.
“Saya masih jag-jag (kuat), masih sehat, tapi mata nggak melihat, saya ngeluhnya disitu. Mungkin kebanyakan kerja keras waktu muda, jadi imbasnya di mata,” ungkap Karsam menceritaan kondisinya. Semenjak pengelihatan di mata kirinya menurun, Karsam hanya sekali ke RS untuk memastikan kondisi pengelihatannya. Dari hasil pemeriksaan, ternyata mata kiri Karsam menderita katarak.
Tak mau menyerah, walaupun mata kirinya katarak dan kesulitan melihat Karsam sebisanya tetap membantu istrinya. “Kalau saya lagi memberisihkan meja, ada benda kadang suka nggak lihat. Saya sapuin ada gelas, ada piring nggak kelihatan. Gelas mental, piring mental, pecah semua. Pernah belingnya sampai kena kaki saya,” kata Karsam. “Apalagi kalau melayani pembeli, sering banget tumpah airnya. Orang udah penuh, tapi dituang terus airnya karena nggak kelihatan,” tambahnya.
Di dalam ruang operasi, Karsam bersiap-siap untuk dioperasi mata kirinya yang menderita katarak.
“Mengganggu benar-benar menganggu, orang nggak bisa melihat,” keluh Karsam. Keluhan inilah yang setiap hari didengar oleh Turyanah. “‘Ini mata bagaimana? Pengen sembuh. Kata saya ‘Aduhh, ngomong mulu, sembuhnya pakai duit. Tapi duit dari mana?’ Abis saya mau bilang apa. Cuma sering nangis nggak punya biaya untuk operasi,” ungkap Turyanah dengan mata berkaca-kaca.
Suami istri ini pun hanya bisa pasrah dan menerima keadaan karena tidak memiliki biaya untuk operasi katarak. “Perasaan saya kecewa, kehidupan saya jadi penghinaan. Kalau ada yang nggak suka sama saya pasti pada ngomong ‘puas lu matanya buta sekarang’,” kata Karsam. Karsam dan Turyanah hanya bisa berdoa yang terbaik untuk keadaan mereka. “Kalau sholat kita minta pertolongan kepada Allah, semoga ketemu jalannya,” kata Turyanah.
Harapan dan Doa yang Terjawab
Apa yang diharapkan Karsam lewat doa-doanya pun terjawab. Salah satu saudaranya yang bekerja menjadi tenaga sekuriti di wilayah Pantai Indah Kapuk (PIK) mengetahui informasi akan adanya Baksos Kesehatan Tzu Chi yang melayani operasi katarak dan hernia gratis. “Langsung saya siapkan data-data yang dibutuhkan trus didaftarin sama anak saya, karena saya nggak bisa baca tulis,” ungkap Karsam.
Kebahagiaan Turyanah (kiri) sambil mengelus-elus tangan Karsam setelah berhasil melakukan operasi katarak. Titi (kanan) mengecek obat-obatan yang akan diberikan untuk ayahnya dari TIMA Indonesia.
Setelah mendaftar, Karsam kemudian diantar oleh anaknya Titi Haryati (33) untuk mengikuti screening pasien baksos kesehatan pada Sabtu, 20 Mei 2023 di Tzu Chi Hospital. “Alhamdulillah, bersyukur. Waktu itu setelah diperiksa di 6 ruangan, saya diterima (ikut baksos),” kata Karsam.
Seminggu setelah screening, Karsam diantar oleh Turyanah dan Titi untuk mengikuti Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-138 pada Sabtu, 27 Mei 2023. Setelah sampai, Titi segera mendampingi ayahnya untuk melakukan registrasi pasien baksos kesehatan. Sedangkan Turyanah menunggu di ruang tunggu pasien bersama para para pengantar pasien lainnya.
Begitu proses registrasi pasien selesai, Karsam dan Titi bersama rombongan pasien lainnya diantar oleh relawan Tzu Chi ke ruang operasi di lt.9 pandemic ward, Tzu Chi Hospital. Sebelum masuk ke ruang operasi, Titi juga mencuci kaki ayahnya Karsam dengan cairan antiseptik sesuai arahan relawan Tzu Chi. Kemudian Karsam berganti baju operasi, menggunting bulu mata, dan menunggu giliran dipanggil untuk operasi katarak.
Saat post-off, relawan Tzu Chi mengecek sejauh mana pengelihatan mata Karsam dengan mengangkat tangan sambil mundur perlahan-lahan.
“Enggak takut, kita serahkan kepada Allah SWT, niat supaya bisa melihat lagi, bisa kerja bantu istri kembali,” kata Karsam saat menunggu giliran operasi katarak. Setelah nomer urut Karsam disebutkan oleh perawat, relawan Tzu Chi segera memandu Karsam untuk masuk ke ruang operasi. Setengah jam kemudian, perawat ruang operasi memapah Karsam untuk keluar ruangan. Relawan Tzu Chi yang berjaga di pintu keluar segera menyambut Karsam dan membantunya berjalan untuk bertemu dengan anaknya Titi sekaligus untuk mengambil obat dan panduan untuk pemeriksaan postoff keesokan harinya.
“Alhamdulillah, senang operasinya lancar. Mudah-mudahan bisa lihat lagi ayah saya,” kata Titi. Begitu pula dengan Turyanah, walaupun sudah berusia lanjut, matanya tetap awas dari kejauhan di ruang tunggu melihat kedatangan suami dan anaknya. “Seneng banget, Alhamdulillah. Adanya operasi gratis insyallah suami saya dapat melihat lagi seperti dulu,” ungkap Turyanah sambil mengelus-elus tangan Karsam.
Setelah pulang, keesokan harinya tepatnya Minggu, 28 Mei 2023, Karsam didampingi Titi kembali ke Tzu Chi Hospital untuk post-off pascaoperasi katarak. Setelah penutup mata, perban untuk melindungi mata kirinya dibuka, relawan Tzu Chi dengan hati-hati membersihkan pinggiran mata kiri Karsam.
Dr. Matilda Susanto, Sp.M. memeriksa kondisi mata kiri Karsam sehari pascaoperasi katarak didampingi perawat TIMA Indonesia.
“Ini berapa?” kata relawan sambil mengangkat tangan dengan dua jari terbuka. “Dua,” jawab Karsam. Secara perlahan relawan mundur beberapa langkah untuk mengetahui jarak pandang mata kiri Karsam setelah operasi katarak. “Alhamdulillah, setelah dibuka bisa melihat. Dulu nggak bisa melihat total, sekarang setelah dioperasi bisa lihat. Hati bahagia haha,” kata Karsam bersukacita. “Kita orang nggak punya, kalau mata bisa lihat semoga bisa bekerja lagi, bisa usaha lagi. Banyak-banyak terima kasih kepada Yayasan Buddha Tzu Chi atas kebaikannya,” lanjutnya.
Dokter Mata dari Tzu Chi Hospital yang menangani Karsam saat operasi pun cukup puas melihat kondisi mata kirinya. Setelah diperiksa ulang, kondisi mata Karsam tinggal pemulihan dan perawatan pascaoperasi. “Kataraknya sudah bagus dan keambil, ada bengkak sedikit tapi hari pertama pascaoperasi itu biasa terutama kalau kataraknya keras. Secara keseluruhan aman tinggal kita tunggu bengkaknya turun saja. Untuk kedepannya perawatan pascaoperasi itu penting, yang kita jaga infeksinya jangan sampai ada dan kedepannya pak Karsam tidak memakai kacamata lagi,” ungkap dr. Matilda Susanto, Sp.M.
Editor: Metta Wulandari