Baksos Kesehatan Tzu Chi Ke-144 di Batam: Langkah Nyata yang Konsisten untuk Kesejahteraan Masyarakat

Jurnalis : Clarissa Ruth, Fotografer : Clarissa Ruth, Hoslan, Andy Tan, Shanti (Tzu Chi Batam)

Dengan wajah bahagia, para relawan menjemput dan mendorong pasien dari luar pulau Batam.

Kota Batam, yang terletak di Provinsi Kepulauan Riau, dikenal sebagai pusat industri dan perdagangan yang pesat. Namun, di balik kemajuan ekonominya, masih banyak penduduk yang memerlukan bantuan medis, terutama dari kalangan kurang mampu. Kesehatan di Kota Batam dan pulau-pulau sekitarnya masih menghadapi berbagai tantangan. Meskipun fasilitas kesehatan di Batam relatif lebih baik dibandingkan dengan daerah sekitar, akses terhadap layanan medis berkualitas masih terbatas, terutama bagi penduduk di pulau-pulau sekitarnya. Keterbatasan fasilitas kesehatan di pulau-pulau ini membuat penduduk setempat harus menempuh perjalanan panjang untuk mendapatkan pelayanan medis yang memadai.

Karena itulah, Tzu Chi tetap memberikan perhatian khusus serta pelayanan kesehatan untuk masyarakat Batam dan pulau-pulau di sekitarnya. Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia kembali melaksanakan bakti kesehatan yang ke-144 di Kota Batam, yang diadakan selama dua hari, pada tanggal 30-31 Agustus 2024. Bakti sosial ini diadakan di Rumah Sakit Budi Kemuliaan Batam, dengan menyediakan operasi gratis untuk katarak, hernia, pengangkatan benjolan, dan bibir sumbing. Kegiatan ini bukan sekadar rutinitas tahunan, melainkan sebuah langkah nyata untuk membawa harapan dan kesehatan bagi mereka yang membutuhkan. Sebelumnya, diadakan skrining pada tanggal 24-25 Agustus 2024. Dalam kesempatan itu, Gubernur Kepulauan Riau, Ansar Ahmad, menyampaikan rasa bahagianya mengenai bakti sosial Tzu Chi yang baru pertama kali ia saksikan langsung.

Relawan menyediakan fasilitas akomodasi dan transportasi, serta menjemput pasien luar pulau dari Asrama Haji ke Rumah Sakit Budi Kemuliaan selama bakti sosial berlangsung.

“Kami sangat mengapresiasi apa yang dilakukan oleh Tzu Chi ini dan dilakukan secara konsisten karena membina, memproteksi, dan melindungi masyarakat bukan hanya tugas pemerintah, tapi tugas kita bersama. Saya rasa Yayasan Buddha Tzu Chi bisa menjadi contoh bagi banyak orang. Dengan mengadakan bakti sosial sebesar ini, bisa sangat membantu banyak masyarakat. Kita doakan agar Tzu Chi ini tetap maju dan berkembang, serta semua yang sedang dilakukan untuk banyak orang bisa selalu sukses," kata Ansar Ahmad, Gubernur Kepulauan Riau.

Bakti kesehatan Tzu Chi di Batam ini melayani operasi secara gratis untuk mereka yang memiliki katarak, hernia, pengangkatan benjolan, dan operasi bibir sumbing. Semua pelayanan ini dilakukan dengan penuh dedikasi oleh para anggota TIMA (Tzu Chi International Medical Association) dan relawan Tzu Chi Batam, Tanjung Balai Karimun, serta Jakarta. Mereka melakukan aksi kebajikan ini tanpa lelah untuk memastikan setiap pasien mendapatkan perawatan terbaik.

Rudi Tan, Ketua Tzu Chi Batam, sangat bersyukur masih dapat mengadakan bakti sosial di Batam untuk yang ke-11 kalinya. Rudi berharap pasien yang telah berhasil dioperasi dapat mematuhi instruksi dokter agar mereka cepat pulih dan dapat memiliki kehidupan yang lebih baik.

Jalinan jodoh yang diciptakan relawan Batam dengan masyarakat tidak pernah terputus, terbukti dengan konsistensi mereka dalam mengadakan bakti sosial yang sudah ke-10 kali diadakan di Kota Batam. Rudi Tan, Ketua Tzu Chi Batam, merasa bahwa karena adanya relawan, Tzu Chi dapat menanam berkah dengan bersumbangsih dalam bakti sosial. Seluruh relawan dan TIMA merasakan kebahagiaan serta rasa syukur yang besar setelah melihat mereka kembali sembuh.

“Pastinya ada kesenangan tersendiri ya, lihat mereka yang tadinya katarak bisa cerah kembali matanya. Begitu juga kalo lihat mereka yang sakit hernia, benjolan, dan bibir sumbing bisa sembuh kembali dan beraktivitas normal. Yang senang bukan hanya mereka, tapi kami juga. Saya sangat berterima kasih sekali kepada mereka yang mau dibantu oleh Tzu Chi dan sangat percaya juga kepada kami. Bahkan, banyak yang beberapa tahun lalu sudah kami bantu untuk operasi katarak datang lagi, karena mereka merasakan cinta kasih yang benar-benar tulus kami berikan,” ungkap Rudi Tan.

Pasien mengikuti screening pada tanggal 24–25 Agustus 2024, di mana dilakukan pemeriksaan mata sebelum dilanjutkan ke tahap operasi.

Bakti kesehatan Tzu Chi kali ini tidak hanya diikuti oleh warga Batam, tetapi juga mendatangkan pasien dari berbagai pulau di sekitarnya. Pasien dari Tanjung Balai Karimun, Pulau Selat Panjang, Pulau Dabo Singkep, dan Pulau Anambas turut serta dalam bakti sosial kesehatan ini.

Khususnya bagi warga Pulau Anambas, ini merupakan pengalaman pertama mereka mengikuti baksos kesehatan Tzu Chi di Kota Batam. Perjalanan menuju Batam bukanlah hal yang mudah bagi pasien dari luar kota. Mereka harus menempuh perjalanan laut yang panjang, yang bisa memakan waktu berjam-jam, bahkan sehari penuh, tergantung pada kondisi cuaca dan transportasi yang tersedia. Misalnya, perjalanan dari Pulau Anambas ke Batam bisa memakan waktu hingga 9 jam menggunakan kapal feri. Setelah tiba di Batam, para pasien ini diberikan penginapan di Asrama Haji Batam, tempat yang telah disiapkan oleh Tzu Chi. Di sana, mereka tidak hanya diberikan tempat tinggal sementara, tetapi juga ditemani dan didampingi oleh para relawan Tzu Chi yang dengan penuh kasih melayani kebutuhan mereka.

“Kalau dalam segi bakti sosial, tidak banyak yang berubah, hanya saja kami selalu mengevaluasi dan memperbaiki kualitas dari tahun ke tahun. Namun, kali ini untuk pertama kalinya kami mendatangkan masyarakat dari Pulau Anambas. Jalinan jodoh yang baik ini pastinya akan selalu kami jaga, dan semoga pada baksos selanjutnya, kami dapat membantu lebih banyak lagi, baik dari Pulau Anambas atau dari pulau lainnya. Pastinya, kami juga berharap nantinya akan ada bibit-bibit Tzu Chi yang tumbuh dari pulau-pulau di luar Batam,” kata Rudi Tan dengan penuh harap.

Jarak Bukanlah Tantangan untuk Kembali Bisa Melihat Dunia
Dengan terjalinnya jodoh baik antara Tzu Chi dan Pulau Anambas tahun ini, seorang nenek berusia 63 tahun berhasil menjalani operasi dan cahaya dari mata kanannya kini mulai terlihat kembali. Dengan logat Melayu yang khas, nenek yang bernama Yang Besar ini bercerita bahwa ia harus bisa kembali melihat karena ia perlu mencari nafkah untuk anak-anaknya, terlebih kedua anaknya memiliki kekurangan fisik yang mengharuskannya mencari nafkah dengan berjualan kue.

Para pasien katarak yang siap masuk ke ruang operasi merasakan campuran antara tegang, takut, dan bahagia. Semangat mereka untuk bisa melihat kembali sangat besar, dan para relawan yang mendampingi di dalam ruang operasi berusaha membuat mereka tenang dan nyaman.

Yang Besar (63), seorang pasien dari Anambas, sangat bersyukur mata sebelah kanannya dapat kembali melihat dengan jelas saat perbannya dibuka, dokter juga mengatakan hasilnya sangat baik.

"Saya gak bisa lagi berjualan karena mata dua-duanya buram gak bisa lihat, jadi nggak bisa masak. Kalau nggak berjualan, bingung nanti nggak bisa makan, nggak mau merepotkan orang lain. Mau cepat-cepat bisa melihat supaya ada pemasukan untuk makan saya dan anak-anak," kata Yang Besar.

Nenek ini sudah tidak melihat cahaya lebih dari setahun karena saat memasak kue, ia masih menggunakan kayu bakar. Ia juga merasa bahwa penglihatannya mulai berkurang karena asap yang berasal dari masakan tersebut. Kendala biaya dan fasilitas kesehatan yang masih kurang di Anambas membuatnya tidak bisa melakukan apa-apa selain berdoa. "Alhamdulillah doa nenek terjawab melalui Tzu Chi ini, nenek bisa dioperasi, bisa melihat lagi. Nanti kembali ke Anambas bisa buat kue lagi, jualan lagi. Semangat ikut baksos ini walaupun jauh tetap ditempuh biar bisa lihat lagi," ungkap nenek yang memiliki tiga orang anak ini.

Pendampingan relawan Tzu Chi dari Anambas hingga ke Batam, dan rencana kembalinya pada tanggal 3 September, semua diatur dan diperhatikan dengan baik. Hal ini membuat Yang Besar merasa sangat tersentuh dan bersyukur. Ia berharap nantinya Tzu Chi bisa terus menjalin jodoh dengan warga Anambas karena fasilitas kesehatan yang masih sedikit membuat banyak orang kesulitan untuk berobat, terutama terkait kesehatan mata. "Semoga ada lagi, makin banyak lagi yang dibantu, makin banyak orang yang seperti Tzu Chi. Nenek ucapkan terima kasih banyak untuk semuanya," ungkap Yang Besar dengan tulus.

Tan Gie Kie (60), warga dari Pulau Dapo Singkep, sangat bersyukur bisa berjodoh dengan Tzu Chi. Anaknya, Piter (kanan), yang melihat pelayanan dari para relawan, mulai memiliki keinginan untuk menjadi bagian dari Tzu Chi nantinya.

Jarak yang jauh tidak menjadi masalah besar asalkan bisa kembali melihat, hal ini juga dirasakan oleh Tan Gik Kie (60), seorang warga dari Pulau Dapo Singkep yang sangat terkesan dengan fasilitas dan kepedulian relawan terhadap para pasien dari luar pulau. Para pasien dari pulau-pulau diberi tempat tinggal selama di Batam, di Asrama Haji. Di sana, mereka mendapatkan pendampingan khusus dari para relawan, mulai dari akomodasi, transportasi, hingga kebutuhan makanan selalu diperhatikan. Keakraban relawan dan sesama pasien dari luar Batam juga terbentuk layaknya sebuah keluarga. Tan Gik Kie, pasien katarak dari Dapo Singkep yang menempuh perjalanan lima jam dengan kapal feri, sangat bahagia karena mendapat keluarga baru selama 10 hari di Asrama Haji.

"Relawannya baik-baik, kita nggak pernah kekurangan makan, perhatian semua. Di penginapan juga banyak teman baru. Di kamar ada delapan orang, ada yang dari pulau yang sama, ada yang beda, jadi kami seperti keluarga. Kalau saya ada makanan, pasti saya bagi ke mereka, begitu juga mereka. Jadi udah kayak kenal lama padahal baru kenal karena bakti sosial Tzu Chi ini," cerita Tan Gik Kie dengan bahagia.

Kegembiraannya juga bertambah setelah operasi pada hari Jumat, tanggal 30 Agustus, keesokan harinya pada tanggal 31, ketika kontrol ke dokter atau post opp, perbannya dilepas dan ia langsung bisa melihat dengan jelas. "Terang sekali, sudah bisa lihat jelas. Sebelum dioperasi buram. Operasi berjalan lancar dan alatnya canggih, sebentar saja sudah selesai, dokternya juga baik, jadi tidak terasa seperti operasi. Terima kasih untuk Tzu Chi, dokter, dan relawan atas bantuannya. Saya bisa kembali ke Dapo Singkep dengan mata yang jelas," ungkap Tan Gik Kie.

Seorang nenek pasien pterigium masuk ke ruang tunggu operasi dengan perasaan bahagia. Ia langsung memeluk relawan dengan erat, merasakan ketulusan yang diberikan para relawan, dan mengucapkan rasa terima kasihnya.

Piter, anaknya yang menemaninya selama 10 hari, juga merasakan ketulusan hati para relawan hingga ia terpanggil untuk ikut dalam kegiatan relawan, apalagi ia tahu bahwa di Dapo Singkep belum ada relawan Tzu Chi. Niat itu muncul saat dalam bakti sosial ini Piter membantu sesama pendamping dari Dapo Singkep dalam baksos ini.

"Kalau ada kesempatan, mau bergabung juga lah. Saya sempat nanya-nanya sama relawan juga. Nanti kalau memang bisa dan ada lagi acara bakti sosial seperti ini, saya mau sekali jadi sukarelawan perwakilan dari Dabo. Semoga saja kalau tahun depan ada lagi, saya bisa ikut bantu-bantu relawan lagi, malah mungkin bisa bergabung jadi relawan Tzu Chi," ungkap Piter dengan semangat.

Tekad dan Dedikasi yang Tinggi untuk Kesehatan Masyarakat
Tentunya, para relawan dan TIMA berharap jalinan jodoh dengan pasien tidak berhenti sampai di sini saja. Bahkan, mereka akan lebih bersyukur jika dari kegiatan ini muncul bibit-bibit baru relawan Tzu Chi. Menurut dokter Ruth, hal inilah yang membuat barisan relawan di Batam semakin kuat, karena relawan dan TIMA telah berkembang pesat dibandingkan dengan tahun 2014 saat pertama kali diadakan Baksos di Batam.

“Kami pastinya sangat bahagia dengan kesembuhan pasien, dan berharap nantinya setelah sembuh, mereka dapat terinspirasi untuk bergabung bersama kami sama-sama berbuat kebaikan. Sehingga barisan relawan di Batam dapat bertambah banyak, dan semakin banyak pula orang yang bisa kita bantu. Kelihatan sangat pesat sekali perkembangannya, dengan bertambahnya jumlah relawan, barisan TIMA juga ikut berkembang. Tentunya kami mengharapkan sekali agar barisan TIMA di Batam ini semakin besar dan mandiri. Kami, TIMA dari Jakarta, akan selalu mendukung,” ujar Dokter Ruth O Anggraeni, Ketua TIMA Indonesia.

Selama proses operasi katarak dan pterigium, dokter TIMA sering berbincang dengan pasien, bercanda, atau sekadar menanyakan kehidupan pasien. Para dokter berupaya membuat pasien tenang agar operasi berjalan lancar.

Dokter Ruth menegaskan tekad TIMA untuk terus memberikan pelayanan kesehatan ke seluruh Indonesia, termasuk Batam, karena memang masih banyak keterbatasan fasilitas kesehatan, terutama bagi mereka yang menghadapi kesulitan ekonomi.

"Alasan mengapa TIMA terus melakukan baksos kesehatan ini adalah karena target kami adalah mereka yang kesulitan mendapatkan pelayanan kesehatan. Seperti di Batam ini, dengan kondisi geografisnya yang terdiri dari pulau-pulau kecil, fasilitas dan layanan kesehatan tentunya masih kurang lengkap. Seperti tahun ini, kami memiliki pasien dari Anambas yang perjalanannya sangat jauh, tetapi relawan di Batam dapat memfasilitasi semuanya demi membantu warga dari sana mendapatkan pelayanan operasi gratis di baksos ini," ungkap Dokter Ruth.

Wajah bahagia para pasien saat perban mereka dilepas dan mata mereka kembali dapat melihat cahaya dengan jelas.

Bakti kesehatan ke-144 di Kota Batam ini sekali lagi menunjukkan komitmen Tzu Chi dalam melayani masyarakat dengan sepenuh hati, menjadi bukti bahwa di tengah kemajuan kota yang pesat, kepedulian terhadap sesama tetap menjadi prioritas. Sebanyak 395 pasien, terdiri dari katarak (212), pterygium (40), hernia (48), benjolan (minor GA 6, Minor Lokal 83), dan bibir sumbing (6) telah berhasil dioperasi.

Para relawan dan tim medis Tzu Chi berharap melalui baksos ini, banyak masyarakat yang bisa sembuh dari penyakit mereka dan kembali menjalani hidup dengan lebih baik, serta dapat menjaga kesehatan mereka. Tzu Chi selalu berupaya menyebarkan kebajikan melalui tindakan nyata, memberikan harapan kepada mereka yang membutuhkan, dan memastikan bahwa pelayanan kesehatan berkualitas dapat diakses oleh semua orang, tanpa memandang latar belakang sosial ekonomi.

Editor: Erli Tan

Artikel Terkait

Baksos Kesehatan Tzu Chi Ke-144 di Batam: Penglihatan Terang, Pembuka Jalan untuk Menjemput Rezeki

Baksos Kesehatan Tzu Chi Ke-144 di Batam: Penglihatan Terang, Pembuka Jalan untuk Menjemput Rezeki

09 September 2024

Kesulitan beraktivitas dirasakan oleh Sugiyanto dan Ari Firman karena katarak dan pterygium. Di Baksos Kesehatan Tzu Chi, keduanya berhasil dioperasi dan kembali bisa melihat dengan jelas.

Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi Ke-144 di Batam: Komitmen Linda Liem dan Djaya Iskandar

Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi Ke-144 di Batam: Komitmen Linda Liem dan Djaya Iskandar

12 September 2024

Suksesnya pelaksanaan Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-144 di Batam tak lepas dari partisipasi tim medis, pasien, pihak rumah sakit, dan juga relawan Tzu Chi. Semua bersatu hati dalam Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-11 di Batam ini. 

Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-144 di Batam: Tantangan Menjangkau Pasien di Pulau Anambas

Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-144 di Batam: Tantangan Menjangkau Pasien di Pulau Anambas

11 September 2024

Pelayanan kesehatan juga diberikan kepada warga di Kepulauan Anambas, Tanjung Batu, Dabo Singkep, Tanjung Pinang, Selat Panjang, dan Tanjung Balai Karimun.

Dengan kasih sayang kita menghibur batin manusia yang terluka, dengan kasih sayang pula kita memulihkan luka yang dialami bumi.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -