Baksos Kesehatan Tzu Chi Ke-144 di Batam: Mengembalikan Cahaya Bagi Pasien Katarak

Jurnalis : Elisa (Tzu Chi Batam), Fotografer : Andy Tan, Shanti, Vemmy Ho, Supardi (Tzu Chi Batam)
Setiba di Asrama Haji, Kakek Said Azhari menerima kotak nasi dari relawan.

Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi Batam yang bekerja sama dengan Rumah Sakit Budi Kemuliaan Batam memberikan manfaat yang sangat besar bagi masyarakat sekitar. Kegiatan ini tidak hanya fokus pada masyarakat yang tinggal di Batam, akan tetapi menjangkau lebih luas hingga ke pulau-pulau sekitar di Kepulauan Riau seperti Selat Panjang, Dabo Singkep, Tanjung Pinang, Tanjung Uban, Galang/Rempang, Tanjung Balai Karimun, Tanjung Batu, Moro dan Anambas. Baksos Kesehatan ini mencakup Operasi Katarak, Pterygium, Benjolan, Hernia dan Bibir Sumbing.

Said Azhari (60) adalah salah satu pasien katarak dari Pulau Dabo Singkep. Meski harus menempuh perjalanan selama 4 sampai 5 jam menggunakan kapal ferry ke Batam, tidak sedikitpun ia merasa lelah karena baginya penglihatan adalah harta berharga. Tahun 2022 lalu, ia sudah melakukan tindakan operasi mata sebelah kanan dan setelah menunggu kurun waktu 2 tahun, ia datang kembali di Baksos Tzu Chi untuk operasi katarak mata sebelah kiri.

“Saya katarak sudah empat tahun, waktu kerja silau mata mandang, susah mandang, makanya cek dokter bilang mata saya katarak harus operasi. Saya ada BPJS, cuma BPJS berobat bisa di Dabo, tapi kalau mau operasi harus ke Tanjung Pinang. Ongkos tiket ke Pinang sudah tiga ratus ribu lebih, belum makan, nginap, balek lagi Dabo, tak mampu, angkat tangan saya”, ujar kakek Said dengan wajah berbinar.

Para relawan membantu Kakek Said Azhari berjalan usai menjalani operasi.

Sehari-harinya Kakek Said bersama istrinya Rugayah (60), bekerja mencari batu cor bahan bangunan di pantai laut dengan gerobak yang dimilikinya. Perjalanan dari rumah ke pantai laut menempuh jarak 200 meter. Sehari ia bisa mengumpulkan batu sekitar 20 karung (karung beras 20kg), dan selama bekerja ia harus bolak balik ke rumah jika gerobak sudah diisi penuh batu-batuan. Satu karung batu hanya dihargai dengan Rp 4.000 (empat ribu rupiah).

Untuk pekerjaan ini tidaklah setiap hari bisa mendapatkan hasil, karena mereka harus melihat pasang surut air laut. Jik air laut sedang pasang (naik), mereka tidak bisa bekerja. Kedua pasangan suami-istri ini hanya bisa mencari batu ketika air surut. Satu bulan bisa dapat 150 karung, itupun pendapatan yang tidak menentu.

Kakek Said bersyukur kedua matanya kini sudah sembuh dari katarak. Ia menyampaikan rasa terima kasih tak terhingga kepada Yayasan Buddha Tzu Chi Batam. Mulai dari penjemputan gratis, akomodasi yang disediakan dari menginap di Asrama Haji, kebutuhan makanan selama berada di penginapan serta relawan yang selalu bertanya kabar dan memberi perhatian selama menginap di sana. Ia berharap setelah pemulihan dan sembuh total, bisa bekerja dengan lebih nyaman karena kondisi katarak seringkali membuatnya merasa kesakitan.

Nenek Kamariah tiba di Kota Batam tiga hari sebelum screening.

Hari penuh suka cita juga dirasakan oleh Nenek Kamariah (59). Kedua matanya tertutup oleh katarak selama setahun. Delapan bulan terakhir ini, kondisi kataraknya makin ganas sehingga ia tidak bisa melihat apapun lagi, semuanya hanya tampak putih baginya. Ketika berjalan, ia hanya bisa meraba-raba dan pakai tongkat kayu. Ia sempat jatuh beberapa kali di jalan. Saat itu ia merasa putus asa, pasrah dan berserah diri karena kendala keterbatasan biaya. Hingga suatu hari, anak keempatnya Atmawati mengabarinya ada operasi katarak gratis di baksos Tzu Chi Batam. Semangatnya langsung menggebu dan meminta anaknya untuk mendaftarkan dirinya.

Nenek Kamariah pun dioperasi pada Jumat, 30 Agustus 202, dan pascaoperasi, terlihat senyuman yang berseri-seri dari wajahnya. “Senang hati, sangat bersyukur, biarpun baru sebelah Alhamdulilah, tak sangka bisa nampak dunia, nampak orang lagi,” paparnya.

Nenek Kamariah dapat kembali melihat dunia setelah hampir satu tahun terbelenggu pedihnya katarak.

Bagi Nenek Kamariah sangat terharu karena kini bisa kembali melihat dunia dengan lebih terang dan jelas. Apalagi ia sekarang hanya tinggal berdua bersama suaminya yang mengalami stroke ringan. Ketika matanya sudah bisa melihat, ia bisa hidup lebih mandiri bersama suaminya.

Melalui bakti sosial kesehatan ini, pencapaian yang diharapkan bukan hanya menyembuhkan penyakit fisik, tetapi juga untuk memberikan secercah harapan, meningkatkan produktivitas masyarakat yang kurang mampu dan memberikan harapan kepada mereka yang membutuhkan.

Editor: Khusnul Khotimah

Artikel Terkait

Baksos Kesehatan Tzu Chi Ke-144 di Batam: Menyusun Kembali Impian dan Masa Depan

Baksos Kesehatan Tzu Chi Ke-144 di Batam: Menyusun Kembali Impian dan Masa Depan

05 September 2024

Penyakit Hernia yang diderita Suci Ramadani sangat menghambat aktivitas dan cita-citanya. Rasa khawatir juga terus menghantui Suci, sampai akhirnya ia berhasil menjalani operasi.  

Baksos Kesehatan Tzu Chi Ke-144 di Batam: Wujud Bakti Kepada Orang Tua

Baksos Kesehatan Tzu Chi Ke-144 di Batam: Wujud Bakti Kepada Orang Tua

12 September 2024

Dengan tekad membalas budi kepada kedua orang tua, Jonny bersungguh hati mengemban tanggung jawabnya sebagai Wakil Koordinator pada Baksos Kesehatan Tzu Chi Ke-144. Ini dilakukan sebagai wujud baktinya. 

Baksos Kesehatan Tzu Chi Ke-144 di Batam: Langkah Nyata yang Konsisten untuk Kesejahteraan Masyarakat

Baksos Kesehatan Tzu Chi Ke-144 di Batam: Langkah Nyata yang Konsisten untuk Kesejahteraan Masyarakat

03 September 2024

Ini merupakan baksos kesehatan ke-11 Tzu Chi di Kota Batam, melayani pengobatan pasien hernia, bibir sumbing, katarak, dan lainnya.

Mendedikasikan jiwa, waktu, tenaga, dan kebijaksanaan semuanya disebut berdana.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -