Baksos Kesehatan Tzu Chi Ke-144 di Batam: Penglihatan Terang, Pembuka Jalan untuk Menjemput Rezeki

Jurnalis : Clarissa Ruth, Fotografer : Clarissa Ruth, Supardi (Tzu Chi Batam)

Sugiyanto bercerita bahwa mata kanannya tidak bisa melihat jelas lagi. Hal itu menjadi kendala dalam mencari penghasilan, terlebih istri dan anaknya pun khawatir akan keselamatannya di jalan bila terus mengandalkan satu mata saja.

Hidup yang keras tidak membuat Sugiyanto (59) menyerah. Sudah lebih dari satu dekade ia mengais rezeki di Batam. Bersama istri dan anaknya, ia meninggalkan kampung halaman untuk bertahan hidup di kota yang penuh tantangan. Berbekal tekad dan semangat untuk menghidupi keluarga, ia memilih berjualan makanan keliling, menggunakan gerobaknya di sekitar Jembatan Barelang, yang menjadi saksi perjuangan hidupnya sehari-hari.

“Pakde berjualan bakso keliling pakai gerobak motor, biasanya keluar dari sore sampai malam. Dulu lebih banyak pelanggannya, sekarang banyak saingan dan banyak tempat makan baru juga di sini,” ungkap Sugiyanto, menceritakan kegelisahannya.

Pendapatan yang diperoleh dari berjualan tidaklah banyak, namun cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Meskipun demikian, Sugiyanto selalu berpegang pada prinsip bahwa rezeki tidak pernah terputus, karena ia percaya Tuhan Yang Maha Esa sudah menetapkan jalan hidupnya. Pola pikir positif inilah yang membuat Sugiyanto selalu bersemangat menjalani hari-harinya, tak pernah putus asa, dan terus bersyukur atas apa yang dimilikinya.

Sugiyanto dikenal sebagai sosok yang ceria dan ramah terhadap semua orang. Senyum selalu menghiasi wajahnya ketika melayani pelanggannya. Di tengah keterbatasan ekonomi yang dihadapi, Sugiyanto tetap menunjukkan kebaikan dan keramahan yang tulus kepada siapa saja. Ia berhasil menutupi segala masalah yang dihadapinya dengan sikap optimis, yang membuatnya tetap tegar.

“Nggak mau terlalu stres mikirinnya, percaya aja akan ada jalannya, akan ada aja rezekinya untuk makan, untuk beli beras, untuk kebutuhan lainnya. Alhamdulillah sampai sekarang bisa bertahan, selalu bersyukur aja, pasti semuanya cukup,” kata Sugiyanto sambil tersenyum.

Namun, belakangan ini, Sugiyanto dihadapkan pada ujian baru. Sejak satu tahun yang lalu, penglihatannya semakin menurun, terutama pada mata kanan. Mata kirinya mulai buram akibat terpapar debu jalanan setiap kali ia berkeliling berjualan bakso. Setelah diperiksakan, ternyata Sugiyanto menderita katarak. Sayangnya, keterbatasan biaya membuat Sugiyanto tidak berani ke dokter atau melakukan operasi. Kondisinya semakin memburuk hingga mengganggu aktivitasnya sehari-hari.

Sugiyanto mempraktikkan kendala yang sering terjadi saat ia berjualan. Salah satunya, ia sering salah menuangkan kuah ke mangkuk, yang membuatnya juga malu terhadap pelanggannya.

Meskipun penglihatannya semakin menurun, Sugiyanto tidak menyerah pada keadaan. Setiap hari, ia tetap berjualan, meski terkadang harus mengandalkan satu mata untuk melihat jalan. Ketika jalanan ramai, Sugiyanto sering merasa khawatir dan memilih keluar berjualan saat jalanan sudah sepi untuk menghindari risiko kecelakaan. Masalah penglihatan ini juga membuatnya lebih hati-hati dalam melayani pelanggan. Ia bercerita bahwa terkadang ia salah menuangkan kuah bakso karena penglihatannya yang kabur, membuat kuah tidak jatuh tepat di mangkuk.

Nuangnya nggak pas ke mangkuknya itu, jadi tumpah. Suka grogi dan malu kalau dilihatin pelanggan, makanya seringnya Pakde minta mereka untuk nunggu sekitar jembatan aja atau di motor mereka. Nanti Pakde yang antar,” ungkap Sugiyanto sambil memperagakan kendala saat ia berjualan.

Sebulan terakhir, kondisi penglihatannya semakin parah hingga aktivitas sehari-harinya kian terganggu. Sugiyanto mendapat info dari seorang bidan di sekitar tempat tinggalnya tentang adanya bakti sosial yang diadakan oleh Tzu Chi, khusus untuk membantu pasien dengan masalah penglihatan seperti katarak. Tanpa ragu, Sugiyanto langsung mendaftarkan diri dan datang untuk mengikuti skrining.

Saat skrining, Sugiyanto merasa disambut hangat oleh para relawan Tzu Chi. Mereka menuntunnya dengan penuh perhatian dan rasa hormat, membuat Sugiyanto yakin bahwa Tzu Chi adalah jalan yang sudah ditentukan untuk membantunya mendapatkan penglihatan yang lebih baik.

Siap untuk Menjalani Hari dengan Penglihatan yang Cerah
Beberapa hari sebelum operasi, Sugiyanto menyiapkan dirinya dengan menjaga kesehatan dan tidak terlalu cape beraktivitas. Kesungguhannya untuk bisa melihat lagi sangat terlihat; ia ingin cepat pulih agar bisa kembali maksimal mencari rezeki. Bagaimanapun, Sugiyanto adalah seorang kepala rumah tangga yang bertanggung jawab atas keluarganya. Di sisi lain, Sugiyanto juga tidak ingin merepotkan anak-anaknya yang sudah memiliki keluarga masing-masing.

Bisa dioperasi menjadi kesenangan tersendiri bagi Sugiyanto. Ia mengaku sangat puas dengan pelayanan, keramahan relawan, dan kebaikan dokter yang mengoperasinya.

“Pinginnya cuma satu, bisa lihat jelas lagi, biar dapurnya menyala nggak redup lagi. Mata udah cerah, harapannya dapur dan rezeki juga semakin cerah,” harap Sugiyanto.

Tiba saat operasi pada hari Sabtu, 31 Agustus 2024, Sugiyanto menjalani operasi katarak di RS Budi Kemuliaan Batam, ditemani oleh sang istri, Wiwik. Sugiyanto menunggu giliran dengan keyakinan penuh bahwa ia akan sembuh. Di ruang tunggu, ia pun terlihat rileks, bahkan sangat ramah dengan pasien lainnya, mengajak mereka berbicara dan bercanda. Setelah menunggu dan matanya dinyatakan siap untuk dioperasi, relawan menuntunnya masuk ke ruang operasi. Dengan tenang, ia berjalan dan menyapa dokter yang akan mengoperasinya. Selama proses operasi, dokter membuatnya tenang dengan mengajaknya bercakap-cakap, sehingga tanpa terasa operasi selesai dalam waktu yang tidak lama. Ketika dokter ingin menutup mata Sugiyanto yang baru saja dioperasi, ia sekilas melihat dan merasakan penglihatannya sudah kembali jelas.

“Udah cerah lagi nih, Dok. Udah jelas. Terima kasih ya, Dokter,” kata Sugiyanto setelah operasi dengan wajah bahagia.

Keesokan harinya, saat pemeriksaan pasca-operasi, Sugiyanto merasa lega karena penglihatannya benar-benar sudah kembali normal. Dokter menyatakan bahwa operasinya sukses dan memberikan beberapa nasihat agar mata tidak terkena debu atau tidak melakukan aktivitas berat selama masa pemulihan. Sugiyanto menerima nasihat tersebut dengan baik. Dengan senyum bahagia, ia berkata, “Mata kembali terang, kembali sehat. Insya Allah dapur juga jadi terang dan sehat juga,” ucapnya yakin bahwa setelah ini rezekinya akan semakin lancar.

Saat Post-Opp, Sugiyanto merasa lega dan bahagia sekali karena matanya yang kanan sudah jelas lagi melihat, sama seperti sebelum terkena katarak. Dokter juga mengingatkan Sugiyanto untuk mematuhi peraturan setelah operasi agar hasil operasi yang sudah dilakukan bisa lebih bagus.

Istrinya, Wiwik, juga tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya melihat suaminya bisa melihat kembali dengan jelas. “Alhamdulillah bisa berhasil dioperasi. Semoga setelah ini lancar jualannya, nggak ada kendala lagi. Terima kasih banyak, Tzu Chi,” ungkap Wiwik dengan lega karena suaminya bisa mendapatkan operasi katarak gratis.

“Luar biasa senangnya. Istilahnya kalau kita biaya sendiri udah berapa juta, nggak mampu Pakde bayar. Dengan adanya baksos dari Tzu Chi ini sangat membantu. Aksinya bagus banget. Saya ucapkan banyak-banyak terima kasih untuk para donatur, Tzu Chi, relawan, dan juga dokter,” ungkap Sugiyanto dengan nada gembira.

Bagi Sugiyanto, pengalaman dengan Tzu Chi memberikan kesan mendalam. Ia merasa terharu dengan perlakuan para relawan yang mendampinginya sejak awal hingga akhir. “Semuanya dipikirkan, dari awal sampai akhir pasien selalu didampingi,” katanya. Bantuan yang tulus dan perhatian yang diberikan membuat Sugiyanto semakin termotivasi untuk selalu berbuat baik dan tulus dalam menjalani hidupnya.

Sugiyanto adalah contoh nyata bagaimana keteguhan hati, sikap positif, dan keyakinan bisa membawa seseorang melewati berbagai tantangan hidup. Kini, dengan penglihatan yang pulih, Sugiyanto  dapat kembali menjalani aktivitasnya dengan tenang.

Masih Ada Harapan untuk Bisa Melihat
Berharap bisa kembali melihat juga dialami oleh Ari Firman (50), yang sudah kurang lebih 5 tahun memiliki masalah penglihatan karena pterygium. Ari menjalani hidup penuh perjuangan sebagai driver ojek online di Batam. Sebelumnya, ia bekerja sebagai kuli bangunan, namun akhirnya harus berhenti karena matanya yang semakin kabur dan tubuhnya tidak sekuat dulu lagi. Pterygium adalah kondisi di mana selaput tumbuh di bagian putih mata, sering kali diakibatkan oleh paparan sinar UV berlebih atau iritasi kronis. Awalnya, selaput ini kecil dan tidak begitu mengganggu. Namun, seiring waktu, pterygium dapat membesar, menyebabkan rasa gatal, perih, dan pandangan buram. Inilah yang dialami Ari. Pekerjaannya sebagai ojek online menjadi semakin berbahaya karena penglihatannya terus menurun.

Ari Firman juga sangat menginginkan penglihatan yang jelas agar bisa maksimal menafkahi istri dan keempat anaknya. Di Batam, Ari tinggal bersama Siti (istri), dan Arif (anak bungsu), sementara ketiga anaknya yang lain tinggal bersama kakek dan neneknya di Aceh.

“Awalnya nggak terasa terganggu karena masih kecil, tapi lama-lama membesar (pterygium), jadi buram, gatal, dan terkadang terganggu saat sedang kerja, apalagi kalau hujan makin nggak kelihatan,” cerita Ari.

Bahkan, istrinya, Siti, menceritakan bahwa Ari pernah mengalami musibah karena tidak melihat adanya pohon tumbang di sekitarnya, yang menyebabkan cedera pada lututnya. “Pernah waktu itu karena nggak jelas lihat sekitarnya ada pohon mau rubuh, si Ayah (Ari) nggak lihat, nggak sempat menghindar juga, jadi jatuh, lututnya cedera. Sangat khawatir kalau dia lagi narik ojek online, apalagi akhir-akhir ini sudah semakin parah penglihatannya. Saya selalu bilang kalau udah nggak nyaman waktu di jalan jangan dipaksa, pulang aja, apalagi kalau hujan, pasti makin nggak jelas,” cerita Siti dengan wajah khawatir.

Ari, yang memiliki empat anak, menghadapi tantangan berat dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Tiga anaknya tinggal di Aceh bersama kakek dan nenek mereka karena kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan Ari dan Siti menyekolahkan mereka di Batam. Sementara itu, anak bungsunya yang masih duduk di kelas 6 SD tinggal bersama mereka. Meski pendapatan sebagai ojek online jauh dari kata cukup, tetapi Ari dan keluarganya selalu bersyukur dan mencoba mencukupi apa yang ada. Sampai Siti juga membantu mencari pemasukan dengan menerima pekerjaan cuci dan gosok dari tetangga, untuk membantu biaya di rumah, bayar sewa rumah, dan bila ada, juga mengirimkan biaya untuk anak-anaknya yang di Aceh.

Sehari-harinya Ari ialah pengemudi ojek online. Pterygium yang dideritanya tentu menjadi penghalang saat berkendara. Penglihatan yang buram membuat Ari tidak maksimal bekerja. Siti pun khawatir akan keadaan suaminya di luar rumah karena masalah penglihatan yang Ari rasakan sudah kurang lebih lima tahun.

“Anak-anak mau sekolah, sementara kalau di Batam biayanya mahal, jadi mereka memutuskan untuk sekolah di Aceh, tinggal sama kakek-neneknya. Biaya sekolah di sana juga tidak terlalu mahal seperti di sini. Alhamdulillah, anak pertama dan kedua sudah lulus, tinggal yang ketiga dan yang keempat. Sebenarnya agak berat pisah sama anak-anak, tapi gimana, karena keadaannya begini, jadi saat ini itulah yang terbaik,” cerita Ari, yang tentunya berharap bisa kembali berkumpul bersama ketiga putrinya lagi.

Selama lima tahun terakhir, Ari berusaha mencari cara untuk mengobati pterygium yang mengganggu penglihatannya, namun biaya yang dibutuhkan untuk operasi terlalu besar. Keperluan rumah tangga dan biaya hidup sehari-hari sudah sulit terpenuhi, sehingga keinginan untuk operasi sering kali diurungkan. Selama satu tahun terakhir, ia bahkan harus menggunakan kacamata agar bisa melihat lebih jelas, meskipun penglihatannya tetap terbatas.

Hingga akhirnya, Ari mendengar tentang bakti sosial kesehatan dari Tzu Chi melalui grup WhatsApp teman-temannya. Dengan semangat dan harapan besar, ia pun mencoba mendaftar dan memenuhi syarat yang diperlukan, termasuk meminta rujukan dari Puskesmas terdekat. Ari mengikuti proses skrining, meskipun harus mengecek tekanan darah dua kali karena tensinya tinggi, ia akhirnya dinyatakan lolos dan berhak menjalani operasi pterygium. "Tadi saya pikir, ya sudah, kalau tidak lolos, yang penting sudah mencoba dan berusaha. Jika nantinya bisa atau tidak dioperasi, saya tetap bersyukur," ucapnya saat menceritakan proses skrining. Namun, harapan terbesar tentu saja adalah bisa kembali melihat dengan jelas setelah operasi.

Setelah menunggu dengan sabar, buah dari ketekunan dan usahanya pun terwujud. Ari bisa dioperasi dalam bakti sosial kesehatan di Batam pada Sabtu, 31 Agustus 2024. Operasi pengangkatan pterygium berhasil dilakukan oleh tim dokter dari Tzu Chi.

Melalui Tzu Chi, Ari (tengah) mendapatkan kesempatan untuk bisa mengangkat pterygium yang ada di mata kirinya dengan operasi gratis. Ari sangat bersyukur karena operasi bisa berhasil, ia berharap penglihatannya cepat pulih.

Alhamdulillah sudah dioperasi, walaupun tadi agak lama keluar dari ruang operasi, saat nunggu obat, tiba-tiba ada darah yang netes dari mata yang habis dioperasi. Tapi relawan di sini langsung cepat bawa saya lagi ke ruang operasi, dicek, dan diobatin sama dokternya. Disuruh tunggu sampai benar-benar nggak keluar darahnya lagi baru boleh pulang,” cerita Ari setelah selesai operasi. “Nggak ada kepikiran yang negatif sih, malah saya merasa nyaman karena pas terjadi itu langsung cepat ditangani, mereka nggak biarin begitu aja,” lanjut Ari. Ia sama sekali tidak khawatir, ia percaya apa yang dilakukan dokter dan relawan Tzu Chi adalah yang terbaik.

Keesokan harinya setelah diperiksa dokter, mata Ari sudah dapat melihat lebih jelas dan ia merasa sangat bersyukur atas kesempatan yang diberikan. Dengan penglihatan yang telah pulih, ia berharap bisa bekerja dengan lebih giat lagi. Mungkin nantinya bukan hanya sebagai ojek online, namun juga mencari pekerjaan lain yang dapat meningkatkan kesejahteraan keluarganya.

Ari dan keluarganya sangat berterima kasih kepada Tzu Chi, yang telah membantu memulihkan penglihatannya. “Saya sangat berterima kasih untuk para relawan dan dokter yang sudah bantu saya, nggak bisa berkata banyak selain terima kasih. Nggak nyangka jalannya akan lancar seperti ini setelah ketemu Tzu Chi. Saya ada semangat dan harapan lagi untuk bisa lebih giat bekerja untuk istri dan anak-anak saya,” ungkap Ari haru.

Kabar gembira didapatkan Ari saat dokter memeriksa matanya satu hari setelah operasi; semuanya terlihat bagus dan Ari pun sudah melihat cahaya dengan jelas, yang selama beberapa tahun ini tidak dapat ia rasakan.

Harapannya, dengan penghasilan yang lebih stabil, suatu hari nanti mereka bisa berkumpul kembali dengan ketiga anaknya yang kini tinggal di Aceh. "Kalau rezekinya ada dan pendapatan stabil, ingin sekali bisa membawa anak-anak ke sini lagi agar bisa berkumpul bersama," ujar Ari penuh harap.

Sugiyanto dan Ari tidak hanya mendapatkan kembali penglihatan mereka tetapi juga memperoleh motivasi baru untuk menjalani hidup dengan lebih semangat. Mereka adalah bukti bahwa dengan keteguhan, kesabaran, dan usaha, hidup bisa kembali penuh dengan harapan dan kesempatan.

Editor: Erli Tan

Artikel Terkait

Baksos Kesehatan Tzu Chi Ke-144 di Batam: Penglihatan Terang, Pembuka Jalan untuk Menjemput Rezeki

Baksos Kesehatan Tzu Chi Ke-144 di Batam: Penglihatan Terang, Pembuka Jalan untuk Menjemput Rezeki

09 September 2024

Kesulitan beraktivitas dirasakan oleh Sugiyanto dan Ari Firman karena katarak dan pterygium. Di Baksos Kesehatan Tzu Chi, keduanya berhasil dioperasi dan kembali bisa melihat dengan jelas.

Baksos Kesehatan Tzu Chi Ke-144 di Batam: Menyusun Kembali Impian dan Masa Depan

Baksos Kesehatan Tzu Chi Ke-144 di Batam: Menyusun Kembali Impian dan Masa Depan

05 September 2024

Penyakit Hernia yang diderita Suci Ramadani sangat menghambat aktivitas dan cita-citanya. Rasa khawatir juga terus menghantui Suci, sampai akhirnya ia berhasil menjalani operasi.  

Perhatian Tzu Chi Terhadap Kesehatan Pasien Pascaoperasi

Perhatian Tzu Chi Terhadap Kesehatan Pasien Pascaoperasi

19 September 2024

Proses pemulihan pasca-operasi adalah fase penting yang mempengaruhi kesembuhan pasien. Tzu Chi Tanjung Balai Karimun melakukan pemeriksaan untuk 9 pasien pasca-operasi benjolan dan hernia, dan 31 pasien katarak.

Saat membantu orang lain, yang paling banyak memperoleh keuntungan abadi adalah diri kita sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -