Dokter Fransiska dan dr. Elly Tan tengah memeriksa pasien-pasien katarak yang akan dioperasi dalam Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-144 di Batam.
Baksos Kesehatan Tzu Chi Indonesia telah diselenggarakan sebanyak 144 kali di Indonesia, dan kali ini kembali diadakan di Kota Batam. Agar warga dari pulau-pulau kecil di sekitar Pulau Batam dapat menerima pelayanan operasi, Tzu Chi Batam dari tanggal 9 - 18 Agustus 2024 mengoordinasi screening awal pasien di Tanjung Batu, Kundur (09-10/08), Dabo Singkep (10/08), Anambas (11/08), Tanjung Pinang (11/08), Selat Panjang (14-16/08) dan Tanjung Balai Karimun (18/08). Tujuan screening awal ini tidak lain ialah memastikan kondisi fisik pasien aman untuk dioperasi serta penyakit yang diderita pasien tercakup dalam Baksos Kesehatan Tzu Chi, yakni operasi katarak, hernia, bibir sumbing, dan benjolan (bedah minor atau bedah mayor).
Di antara daerah-daerah yang menyelenggarakan screening awal tersebut yang terjauh ialah Kabupaten Kepulauan Anambas yang berjarak 8 - 9 jam perjalanan kapal dari Kota Batam. Tahun ini merupakan tahun pertama Tzu Chi mendatangkan pasien dari Anambas. Di kegiatan screening awal ini Tzu Chi Batam bekerja sama dengan organisasi kemasyarakatan setempat, Paguyuban Sosial Marga Tionghoa (PSMTI) Kabupaten Kepulauan Anambas.
Kesulitan Mencari Contact Person
“Diinformasikan akan ada rencana untuk pengobatan gratis bagi masyarakat di Kabupaten Kepulauan Anambas. Saya datanglah kebetulan ada di Pulau Batam, saya berkunjung ke Tzu Chi ketemu dengan Pak Rudi Tan (Ketua Tzu Chi Kepri -red),” tutur Benyamin Wisman, Ketua PSMTI Kab. Kepulauan Anambas.
Meski kakinya masih luka akibat kecelakaan, Benyamin tetap mendukung penuh kegiatan screening baksos kesehatan di Pulau Anambas.
Awalnya Benyamin sempat kesulitan mencari orang sebagai contact person untuk menjawab pertanyaan dari masyarakat Anambas. Namun melihat kesungguhan tim relawan dari Tzu Chi Batam, beliau pun mengukuhkan tekad untuk menjadi contact person dan penanggung jawab.
“Mereka yang sudah jauh-jauh dari Kota Batam ke Tarempa, menyempatkan waktu, masa saya yang di Tarempa tidak bisa menyisakan waktu. Akhirnya setelah sekian waktu, Pak Rudi tanya, ‘ini kira-kira siapa?’. Yang bisa saya kasih ya diri saya. Saya anak Tarempa orang akan lebih mudah untuk hubungi saya,” jawab Benyamin.
Foto bersama relawan Tzu Chi, anggota PSMTI, murid SMAN 1 dan Nakes dari Puskesmas Anambas.
Tanggung jawab contact person terbukti sangat menantang karena harus menjawab pertanyaan dari hampir 400-an warga. Walau demikian, Pak Benyamin tetap sukacita berkesempatan melayani masyarakat Anambas, terutama mereka yang memerlukan perhatian medis. Setelah mendengar harus berangkat ke Pulau Batam dan menginap selama 2 minggu, 200-an warga memutuskan untuk tidak berpartisipasi. Walau demikian, masih ada sebanyak 155 pasien yang mendaftar.
Kekurangan Tenaga Medis Saat Screening Awal
Mendengar ada 155 pasien yang mendaftar, Tzu Chi International Medical Association (TIMA) Batam pun diperlukan untuk mendukung tenaga medis di Tarempa, Anambas. Dr. Elly Tan dan dr. Fransiska Tanzil pun mendaftarkan diri mereka untuk mengikuti screening awal. Tidak hanya menyumbangkan waktu dan keterampilan mereka, anggota TIMA juga perlu menanggung sendiri segala biaya transportasi dan akomodasi.
Suasana Screening awal Baksos Kesehatan Tzu Chi di Balai Pertemuan Masyarakat Siantan.
“Kita tahu Anambas itu salah satu kabupaten yang cukup jauh di Provinsi Kepri dimana untuk mencapai Kepulauan Anambas, kita harus harus naik pesawat terbang dahulu ke Letung dan dari Letung nyebrang feri lagi 2 jam baru sampai ke Kota Tarempa,” kata dr. Siska.
“Jika kita screening di sana (Anambas), (Tzu Chi) tidak perlu banyak orang datang yang mungkin sebenarnya mereka tidak bisa lolos untuk dioperasi karena berbagai kendala, jadi lebih bagus kita yang ke sana untuk bisa melayani mereka dengan lebih baik,” jelas dr. Siska tentang pentingnya diadakan screening awal di daerah.
Dengan adanya screening awal di Tarempa, sebanyak 35 dari 84 pasien yang dinyatakan sesuai untuk mengikuti screening akhir yang akan dilakukan pada tanggal 24-25 Agustus 2024 di Kota Batam. Banyak peserta yang berhalangan hadir karena cuaca yang tidak kondusif untuk berlayar, sedangkan para pasien yang hadir, banyak yang tidak lolos karena gula darah dan tensi tinggi.
Pasien Benjolan Tidak Lagi Minder
Fauzan merupakan salah satu dari 25 pasien dari Anambas yang berhasil lolos screening akhir lalu menjalani operasi pada tanggal 30 - 31 Agustus 2024 di RS Budi Kemuliaan Batam. Ia mendapatkan informasi tentang adanya Baksos Kesehatan Tzu Chi melalui grup WA (Whatsapp) komunitas nelayan. Sakit benjolan ini sudah ia derita tiga tahun lamanya.
Dalam keadaan kepala masih tidak leluasa untuk bergerak, Fauzan menyampaikan terima kasihnya atas pelayanan dari Tzu Chi yang ia terima sejak hari pertama tiba di Asrama Haji Batam.
Perjalanan pengobatan Pak Fauzan dapat diumpamakan bagai kapal yang diombang-ambing ombak. Ia berkali-kali gagal dalam cek tensi dan hanya lolos pada cek tensi yang ke-4 kalinya.
“Tensi juga dari 160 turun terus karena sudah dikasih edukasi. Saya sangat bersyukur dikasih edukasi bagaimana cara untuk menurunkan tekanan darah (tensi). Masalah dengan keluarga atau apa. Tensi itu bukan karena makan saja, tetapi (bisa karena) masalah pikiran kita atau gangguan emosional kita. Itu yang harus kita kontrol,” kata Fauzan bersyukur.
Setelah dioperasi Fauzan merasa bersyukur dan gembira. “Selama ini benjolan terasa ada, memang tidak menyakitkan atau nyeri, tapi kayak agak risih dan tidak Pede di hadapan kawan. Sekarang syukur alhamdulilah, dan badan pun terasa lega setelah dioperasi,” katanya.
Sebelumnya, pada tanggal 20 Mei 2024, Ketua Tzu Chi Kepri, Rudi Tan (kanan) bertemu dengan pejabat Dinas Kesehatan Anambas.
Mendatangkan pasien dari pulau-pulau terpencil memang sangat menantang dan juga memerlukan sumber daya besar, namun insan Tzu Chi tetap siap dan tulus memikul segala beban biaya dan tanggung jawab. Semua ini relawan Tzu Chi lakukan demi bisa seluas mungkin menjangkau pasien yang benar-benar membutuhkan karena di daerah pelosoklah pelayanan kesehatan seperti baksos kesehatan sangat dibutuhkan.
Editor: Hadi Pranoto