Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-145 di Palembang: Ajakan Berbagi yang Menyentuh Hati

Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta Wulandari
Novriko, relawan Tzu Chi Palembang bersukacita menerima donasi dari keluarga para pasien di bakti sosial kesehatan Tzu Chi yang berlangsung 9 dan 10 November, akhir pekan lalu.

Dalam setiap pelakasanaan kegiatan Tzu Chi, para relawan terus berbagi banyak hal tentang organisasi sosial ini kepada masyarakat umum. Demikian pula pada kegiatan Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi ke-145 yang diadakan di RSUD Siti Fatimah Palembang, akhir pekan lalu (9-10 November 2024), relawan sudah berjajar rapi di hadapan para pasien dan pendampingnya dengan wajah penuh senyuman. Sembari menunggu giliran pemeriksaan oleh tim medis, relawan berbagi tentang semangat celengan bambu kepada lebih dari 100 orang yang menanti.

Celengan bambu Tzu Chi telah dikenal luas oleh masyarakat sebagai simbol dari semangat berbagi yang tak pandang bulu. Melalui celengan bambu, Tzu Chi mengajak setiap orang untuk berpartisipasi dalam kebaikan. Seperti kata Novriko, seorang relawan Tzu Chi Palembang yang mengungkapkan celengan bambu memiliki arti yang sangat dalam.

Sejak pertama kali bergabung dengan Tzu Chi pada tahun 2011, Novriko sedikit demi sedikit mulai memahami bahwa berdonasi bukan hanya soal memberi materi, tetapi juga tentang menyebarkan kebaikan kepada sesama. Hal ini membuatnya merasa terinspirasi untuk mengajak masyarakat, termasuk pasien yang menerima bantuan medis, untuk berkontribusi melalui celengan bambu.

“Master Cheng Yen selalu bilang sama kita, ‘kalau kita sudah berbuat baik, lalu kita mengajak orang lain berbuat baik lagi, kebaikan itu akan berlipat ganda dan itu suatu karma baik yang luar biasa’. Karma baik yang luar biasa,” tegasnya.

Seorang pendamping pasien dalam baksos, menghampiri relawan, Herman The (kiri) dan Suharjo (kanan) untuk ikut memasukkan donasi ke dalam celengan bambu.

Usai mendengarkan sharing tentang celengan bambu, para pasien dan pendampingnya anstusias untuk turut berbagi dan berdonasi melalui celengan bambu.

Sehingga, relawan Komite Tzu Chi ini pun merasa bahagia melihat sambutan baik dari masyarakat yang menerima ajakan kebaikan itu dengan sukarela mengisi celengan, karena ia tahu bahwa kebaikan yang tampak sederhana ini bisa membawa dampak besar bagi kehidupan orang lain.

"Setiap orang, meskipun punya keterbatasan, tetap memiliki kesempatan untuk menanam berkah," ujar Novriko. “Mungkin bapak ibu ini hanya punya uang yang pas-pasan tapi punya keinginan untuk bantu orang lain. Jadi apa salahnya kami membuka kesempatan, jalan bagi mereka ikut berbuat baik, membantu orang lain dengan donasi lewat celengan bambu ini,” imbuhnya senang.

Mendengar sharing relawan tentang kekuatan cinta kasih dari celengan bambu, keluarga pasien langsung merogoh kantong masing-masing dan dengan wajah gembira memasukkan uang mereka ke celengan. Seperti Bambang, salah satunya. Ia adalah orang tua Ridho Ardian Sutrisno (17), seorang pasien hernia di baksos ini yang begitu antusias berdonasi.

“Kalau orang lain bisa membantu sesama, kenapa kita tidak ikut? Kami juga ingin berkontribusi,” ujar Bambang sambil tersenyum.

Kisah Ridho: Antara Rintangan dan Harapan
Bambang bertutur keluarganya sangat terbantu dengan kegiatan bakti sosial Tzu Chi yang kali ini mampir di Palembang. Pasalnya, ia sudah lama sekali ingin mengobati hernia namun tidak kunjung terwujud. Salah satunya karena saat itu hernianya belum terlalu mengganggu aktivitas ditambah lagi ketakutan sang anak. “Nah, sejak dia masuk SMA ini, Ridho bilang rasanya sudah sangat sakit. Makanya beruntung sekali ini bertemu yayasan yang sangat telaten dan perhatian dalam memberikan pengobatan, jadi ketakutan anak kami untuk dioperasi itu sama sekali tidak terjadi,” katanya senang.

Suharjo (tengah) mendengarkan cerita dari Bambang (kiri) dan Siti (kanan) orang tua dari pasien Ridho Ardian Sutrisno usai menjalani proses operasi hernia.

Siti menceritakan kisah perjalanan panjang Ridho Ardian Sutrisno selama menderita hernia dan kini bisa lega karena penyakit yang sudah menahun itu berhasil dioperasi.

Perjalanan Ridho dengan penyakit hernia dimulai sejak usianya enam tahun. Ketika itu, Ridho terjatuh dari motor saat membantu ayahnya di sawah. Sejak saat itu, hernia mulai berkembang di tubuhnya, meskipun pada awalnya ia tidak merasakan sakit yang berarti. “Dulu waktu SD kelas 2 hingga SMP, hernia tidak terasa sakit, tapi setelah masuk SMA, mulai muncul rasa sakit yang tidak bisa ditahan lagi,” ungkap Siti, ibunda Ridho yang selalu setia menemani anaknya. Namun, meskipun mulai merasa terganggu, ia sempat menunda operasi karena tidak merasa cukup sakit.

Selama bertahun-tahun, Ridho terus menjalani aktivitas seperti biasa. Ia tetap aktif di sekolah dan bahkan pernah ikut serta dalam perlombaan olahraga silat, kesukaannya. Namun, pada akhirnya, rasa sakit yang semakin parah membuatnya memutuskan untuk menjalani operasi. Keputusan itu tidak datang begitu saja. Ada momen penting yang mendorongnya: kehadiran kakeknya, Marsun (62), yang juga mengidap penyakit hernia dan memutuskan untuk menjalani operasi bersama Ridho.

Marsun, yang sudah lama menderita hernia, awalnya pun enggan untuk menjalani operasi. Ia merasa tidak nyaman dengan kondisi tubuhnya yang semakin melemah, tetapi seperti orang tua pada umumnya, ia pun tidak pernah mengeluh.

“Kami sudah lama membujuk kakek untuk operasi, tapi beliau tidak mau. Baru ketika cucunya, Ridho ini mau, ya si kakek bersemangat untuk sembuh, akhirnya setuju untuk operasi sama-sama,” kata Siti bersyukur.

Pada hari yang penuh perjuangan itu, Ridho dan keluarganya berangkat menuju Palembang untuk mengikuti bakti sosial kesehatan Tzu Chi di RS Siti Fatimah. Meskipun perjalanan yang ditempuh sangat melelahkan, mengingat rumah mereka berada di Kecamatan Sungai Lilin, Kabupaten Musi Banyuasin (berjarak 124 km dari RSUD Siti Fatimah), keluarga tetap semangat untuk sampai di rumah sakit demi ikut baksos ini. Meskipun cuaca buruk dengan hujan petir yang menghalangi perjalanan, mereka tetap semangat.

Wah tadi berangkat setengah dua dini hari dan sampai sini setengah 6. Hujan besar, petir juga besar. Wah.. perjuangan sekali pagi ini. Tapi Alhamdulillah sampai dengan selamat dan operasi Ridho serta kakeknya lancar,” cerita Siti antusias meski kelelahan. Perjalanan yang memakan waktu lebih dari tiga jam ini jelas bukan perjalanan yang mudah, tetapi semangat untuk kesembuhan membuat mereka tetap bertahan. “Alhamdulillah, operasi berjalan lancar, dan semuanya berhasil dengan baik,” kata Ibu Siti dengan lega.

Para relawan mengunjungi ruang pemulihan pascaoperasi hernia dan minor. Di sana mereka berinteraksi dengan para pasien dan memberikan perhatian serta mendengarkan kisah bahagia mereka usai menjalani berbagai tindakan medis.

Operasi ini bukan hanya momen penting bagi Ridho, tetapi juga bagi seluruh keluarga. Setelah operasi, Ridho merasa lebih baik dan kembali bisa beraktivitas seperti biasanya. "Sejak kecil, Ridho memang anak yang kuat, tidak suka mengeluh, walaupun sakit. Tapi sekarang dia lebih lega setelah operasi,” kata Ibu Siti.

Kini dengan harapan dan semangat baru, Ridho dan kakeknya, Marsun, kini bisa melangkah lebih ringan tanpa beban rasa sakit. Mereka adalah contoh nyata bagaimana keluarga dan masyarakat dapat saling membantu dalam menghadapi kesulitan. "Kami tidak pernah merasa sendirian," kata Siti dengan mata berkaca-kaca. "Ada banyak tangan yang siap membantu, dan kami sangat berterima kasih untuk itu."

Editor: Arimami Suryo A.

Artikel Terkait

Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-112 di Jayapura

Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-112 di Jayapura

11 Mei 2016
Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-112 di Jayapura kali ini terselenggara karena kerja sama antara Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia dengan Kepolisian Daerah (Polda) Papua dalam rangka HUT Bhayangkara ke-70.
Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-135:  Terus Berupaya Membantu Masyarakat Lepas dari Belenggu Katarak

Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-135: Terus Berupaya Membantu Masyarakat Lepas dari Belenggu Katarak

28 November 2022

Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi ke-135 yang digelar Tzu Chi Palembang pada 25-27 November 2022, menghadirkan kebahagiaan bagi masyarakat kota Palembang dan sekitarnya. 

Melayani yang Terbaik di Screening Katarak untuk Masyarakat Cikarang

Melayani yang Terbaik di Screening Katarak untuk Masyarakat Cikarang

25 Juni 2024

Sebelum Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-143 di Cikarang dilaksanakan, Tim Medis Tzu Chi mengadakan screening untuk operasi katarak dan pterygium. Ada 180 calon pasien mengikuti screening di RS Sentra Medika Cikarang.

Menghadapi kata-kata buruk yang ditujukan pada diri kita, juga merupakan pelatihan diri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -