Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-98: Jalinan Jodoh yang Tak Pernah Putus

Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta Wulandari


Matheus Max Mansawan Shixiong, menjemput para warga untuk datang ke RSUD Biak. Susahnya alat transportasi menyebabkan para warga kesulitan untuk datang ke lokasi Baksos kesehatan Tzu Chi.

Wasambere……wasambere…!!” teriak salah seorang relawan Tzu Chi, Matheus Max Mansawan kepada mace (ibu) dan pace (bapak) di salah satu distrik di Biak. “Wasambere Dalam bahasa Papua berarti ayo cepat…,” ujar Max Shixiong kepada saya saat menunggu para mace-pace di samping mobil yang terparkir untuk menjemput mereka. “Coba lah kamu ucapkan, wasambere.. pasti mereka lari-lari datang ke sini,” ujarnya lagi sambil tertawa, saya pun ikut tertawa saat mencoba mengatakannya. Siang itu di tengah terik matahari, Max Shixiong mengelilingi beberapa distrik untuk menjemput pasien. Dengan berbekal catatan alamat yang ia dapat dari bagian pendaftaran pasien, ia mengajak satu persatu warga yang datang ke RSUD Biak.

Pasien-pasien tersebut merupakan pasien yang termasuk dalam daftar pasien baksos kesehatan Tzu Chi yang ke-98 yang diadakan pada tanggal 2 dan 3 Mei 2014. Baksos ini juga merupakan baksos ke-3 yang telah dilaksanakan di tanah Biak, Papua. Sambutan yang hangat serta kekompakan relawan dalam melayani pasien terlihat dari sigapnya para relawan dalam menangani permasalahan warga. Salah satunya seperti apa yang dilakukan oleh Max Shixiong dalam menjemput pasien-pasiennya. “Di sini taksi (angkutan umum) jarang, jadi mereka tunggu taksi sampai lama. Kalau tidak dijemput, bisa sore baru sampai rumah sakit,” ucap Max Shixiong.


Jalinan jodoh kembali terajut oleh Nia, salah satu pasien yang pernah dibantu oleh Tzu Chi pada Baksos Kesehatan Tzu Chi di Manokwari, 2012 lalu.


Walaupun gagal menjalani operasi, Ona, pasien asal Manokwari tidak bersedih hati dan ikut membantu menjadi relawan dalam pelaksanaan baksos.

Selain dari Biak, relawan juga menerima 3 pasien dari sebrang pulau Biak, Manokwari, yang telah menjalin jodoh dengan Tzu Chi pada tahun 2012 lalu ketika Tzu Chi melaksanakan bakti sosial di Manokwari. Salah satu pasien adalah Nia yang masih duduk di bangku Taman Kanak-kanak. Tahun 2012 lalu, Nia mengikuti operasi hernia pada bagian kiri saluran cernanya. “Seharusnya sudah sembuh, tapi karena Nia sangat aktif, tahun lalu ya numbuh lagi yang bagian kanan,” ujar Siti, Ibu Nia.

Pengobatan kepada Nia selalu ditunda karena masalah biaya hingga satu hari sang suami yang bekerja di Swiss-belhotel Manokwari mendapatkan informasi bahwa baksos kesehatan Tzu Chi akan kembali dilangsungkan di Papua, khususnya di Biak. “Sangat senang, karena sudah pernah ikut baksos juga tahun 2012 lalu,” ujar Siti. Perjalanan dari Manokwari ke Biak pun mereka tempuh dengan menggunakan kapal laut selama hampir 12 jam perjalanan. “Sebelumnya sama sekali belum pernah ke Biak, tapi untuk kesembuhan anak ya diberanikan saja,” tutur Siti.


Yesaya Sombuk, Bupati Biak, memakaikan baju operasi kepada perwakilan dokter, tanda dibukanya baksos kesehatan Tzu Chi ke-98, 2-3 Mei 2014.


Tabuhan genderang juga menyambut dibukanya baksos kesehatan.

Pasien lain yang juga datang dari Manokwari adalah Ona. Pasien bibir sumbing yang pada 2012 lalu telah memulai jalinan jodohnya dengan Tzu Chi. Setelah menjalani operasi bibir sumbing melalui baksos kesehatan Tzu Chi, raut wajah Ona sangat bahagia, berbeda dari biasanya. Rasa malu yang dulu ia rasakan, sekarang sudah berkurang. “Dia sudah bisa jalan-jalan ke luar rumah sama teman-temannya,” ucap ibu nya. Pada baksos kali ini Ona ingin kembali menjalani operasi kedua kalinya untuk memperbaiki bentuk bibirnya namun sangat disayangkan bahwa dokter bedah plastik tidak dapat melakukan operasi padanya karena kepentingan lain. Ona sempat bersedih, raut wajahnya berubah dan diam di toilet rumah sakit sambil menyembunyikan tangisnya. Namun rasa sedih yang ia rasakan tidak berlangsung lama karena sang ibu selalu menemani dan menghiburnya. Hari berikutnya ia kembali ceria dan membantu terlaksananya baksos.

Selain para pasien, kebahagiaan juga dirasakan oleh Bupati Biak Numfor, Yesaya Sombuk yang juga mengapresiasi kerjasama yang telah berlangsung lama ini. “Atas nama masyarakat, saya sangat berterimakasih atas kerelaan dari Yayasan Buddha Tzu Chi karena mereka telah membantu masyarakat kami. Saya bersyukur pada tuhan melalui tangan-tangan relawan yang telah membantu masyarakat Biak dalam upaya peningkatan kesehatan,” ungkap Yesaya Sombuk.


Artikel Terkait

Sikap mulia yang paling sulit ditemukan pada seseorang adalah kesediaan memikul semua tanggung jawab dengan kekuatan yang ada.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -