Baksos Kesehatan untuk Warga Binaan
Jurnalis : Elin Juwita (Tzu Chi Tebing Tinggi), Fotografer : Erik Wardi, Lidyawati (Tzu Chi Tebing Tinggi)Relawan Tzu Chi Tebing Tinggi mengadakan baksos kesehatan di Lapas Kls
II B Tebing Tinggi yang diikuti 26 orang dokter dari TIMA Medan dan Tebing
Tinggi yang terdiri dari dokter umum, dokter spesialis THT, kulit, kejiwaan, dan
dokter gigi.
Tempat yang sangat jarang mendapat perhatian, baik pelayanan kesehatan maupun kebutuhan penunjang sehari-hari adalah Lembaga Pemasyarakatan (Lapas). Umumnya masyarakat memandang Lapas adalah tempat yang “gelap” dan terkesan mengerikan sehingga tidak banyak orang yang berani datang untuk memberi perhatian kepada warga binaan disana. Namun tidak demikian dengan relawan Tzu Chi Tebing Tinggi. Melihat kehidupan warga binaan menimbulkan perasaan tidak tega dalam diri relawan karena di tempat yang gelap itulah sebenarnya para penghuninya membutuhkan Bodhisatwa dunia untuk menggandeng mereka kembali ke jalan yang benar. Oleh karena itu, pada hari Minggu, 18 Agustus 2019, sebanyak 94 orang relawan Tzu Chi Tebing Tinggi bersama dengan Tim Tzu Chi International Medical Association (TIMA) Medan mengadakan baksos kesehatan di Lapas Kls II B Tebing Tinggi, Sumatera Utara.
Adapun jalinan jodoh yang mempertemukan relawan Tzu Chi Tebing Tinggi dengan para penghuni Lapas Tebing Tinggi hingga terlaksananya baksos kesehatan diawali dengan kunjungan relawan ke Lapas untuk menyumbangkan 25 matras sebagai alas tidur dan bantal bagi anak-anak berusia 9 sampai 17 tahun yang menjadi warga binaan di Lapas. Dari sini kemudian berkembang dengan pembangunan Cetiya Dharma Agung bagi warga binaan yang beragama Buddha. Bangunan fisik belumlah cukup karena yang paling dibutuhkan warga binaan adalah pembinaan batin sehingga kelak jalan yang mereka tapaki adalah jalan yang benar dan mereka bisa kembali diterima di masyarakat. Oleh karena itu relawan setiap minggu melakukan pembinaan ke Lapas.
Dalam kegiatan ini dibuka 4 poli pengobatan: Poli Umum, Kulit, THT, dan Gigi untuk memberikan pengobatan kepada 772 warga binaan.
Selama kunjungan ke Lapas memberikan pembinaan, relawan melihat banyak masalah yang dihadapi warga binaan, salah satunya masalah kesehatan. Melihat banyaknya warga binaan yang menderita penyakit kulit, telinga, dan beberapa penyakit lain membuat relawan prihatin dan tergerak untuk kemudian berkoordinasi dengan Kalapas Tebing Tinggi, Theo Adrianus, Amd IP, SH, MH, untuk mengadakan baksos kesehatan. Niat baik ini mendapat sambutan yang positif dari beliau. “Kita kemudian berkoodinasi dengan TIMA Medan dan He Qi Medan untuk melakukan baksos di sini, dan mereka sangat mendukung,” kata dr. Inggrawati, koordinator kegiatan baksos ini.
Di dalam Lapas sendiri sebenarnya terdapat klinik, tetapi klinik tersebut tidak mampu melayani seluruhnya karena jumlah penghuni yang melebihi kapasitas. “Penyakit paling banyak itu penyakit kulit sebagai dampak langsung dari overcrowded di Lapas. Kapasitas Lapas ini sebenarnya hanya 451 orang, sementara hari ini penghuni Lapas berjumlah 1.645 orang, lebih dari tiga kali lipatnya,” kata Theo, “jadi bisa dibayangkan untuk tidur saja mereka harus berhimpit-himpitan. Kurang tersedianya air bersih ini juga salah satu yang menyebabkan gangguan kulit warga binaan,” terang Theo.
Warga binaan akan ditimbang berat badan terlebih dahulu kemudian diarahkan ke poli umum untuk pemeriksaan tensi, gula darah, kolesterol, dan asam urat. Setelah itu warga binaan akan diarahkan ke poli sesuai penyakit yang diderita seperti kulit, telinga, dan gigi.
Setelah dilakukan pendataan terhadap jenis penyakit yang banyak diderita oleh warga binaan, relawan kemudian membuka 4 Poli: Umum, Poli Kulit, THT, dan Gigi. Sebanyak 26 orang dokter yang terdiri dari dokter umum, dokter spesialis THT, dokter spesialis kulit, dokter spesialis kejiwaan, dokter gigi beserta 7 orang apoteker dan 8 orang perawat ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini.
Dari pemeriksaan banyak ditemukan warga binaan yang menderita scabies, yaitu penyakit yang menyebabkan kegatalan pada kulit yang disebabkan oleh tungau kecil. “Di sini yang paling banyak kita temukan adalah scabies yang sering ditemukan di tempat-tempat yang ramai atau crowded dan ini menurali sesama penghuni,” kata dr. Lisni Elysah, Sp.KK, FINSDV. Dokter spesialis kulit ini juga mengatakan jika faktor kebersihan sangat berpengaruh terhadap kesehatan kulit. “Harus ada kerja sama dengan pihak Lapas dengan memotivasi penghuni supaya hidup lebih bersih, seperti menjemur kasur supaya tungau penyebab scabies ini bisa mati. Kemudian seprai dan baju harus dicuci bersih dan direndam air panas dan mereka harus diobati serentak semua untuk mencegah terjadinya penularan,” kata dokter Elysah.
Penyakit yang banyak ditemukan pada warga binaan adalah penyakit kulit scabies yang disebabkan tungau dan penyakit ini bisa menyebabkan penularan. Salah satu faktor penyebab penyakit ini adalah faktor kebersihan. Oleh karena itu tim medis juga memberikan penjelasan kepada warga binaan bagaimana cara mencegah penularan penyakit tersebut.
Tanpa mengenal lelah dan dengan penuh cinta kasih para tenaga medis memberikan pelayanan kepada 772 warga binaan. Para tenaga medis dengan penuh kesabaran memberikan penjelasan kepada warga binaan cara pencegahan terhadap penyakit yang mereka alami dan tata cara pemakaian obat.
Melihat penderitaan secara langsung yang dialami warga binaan juga menimbulkan perasaan empati dalam diri tenaga medis karena mereka bisa memahami kehidupan di sana dan juga kondisi psikologi keluarganya. Seperti diungkapkan Dr. Lukmanal Hakim Nasution, Sp.KK, M.Kes, “Dari hati kecil saya, saya ingin berbagi rasa dengan sesama manusia untuk mengurangi penderitaan warga binaan. Meskipun berupa keluhan kecil, tetapi menderita penyakit seperti gatal ini pasti cukup mengganggu kehidupan mereka. Saya juga bersyukur atas kesempatan melakukan pengabdian kepada masyakarat hari ini.”
Tzu Chi juga menyerahkan 1.650 paket perlengkapan mandi berupa odol, sabun antiseptik dan pakaian layak pakai kepada warga binaan.
Tidak terlihat wajah yang tidak bersahabat dari para warga binaan. Yang ada adalah wajah– wajah yang penuh senyuman karena disapa dengan ramah oleh relawan. Warga binaan juga merasa bersyukur atas kegiatan baksos kesehatan ini, dan kepedulian yang diberikan relawan dan tenaga medis. Selama ini mereka hanya pasrah dengan penyakit yang mereka derita. Salah satu warga binaan, Daniel Harahap sangat terkesan dengan kegiatan ini. Ini merupakan pengalaman pertamanya mendapatkan pengobatan selama di Lapas. “Saya baru pertama kali mendapatkan pengobatan gratis seperti yang diadakan Tzu Chi ini. Saya sangat berterima kasih karena dengan adanya pengobatan gratis ini bisa membantu saya mengurangi sakit kulit dan telinga saya. Ini pengalaman pertama saya merasakan pelayanan dari para relawan dan tenaga medis yang melayani dengan penuh tata krama dan sopan santun,” ungkap Daniel.
Selain baksos kesehatan, relawan Tzu Chi juga memberikan 1.650 paket perlengkapan mandi, seperti pasta gigi, sabun antiseptik, dan pakaian layak pakai kepada warga binaan. Melalui kegiatan ini diharapkan bukan hanya bisa mengobati penyakit fisik warga binaan saja, tetapi juga bisa menyentuh batin mereka.
Editor: Hadi Pranoto
Artikel Terkait
Ademnya Melihat Persahabatan Ponpes Nurul Iman dengan Tzu Chi
25 Mei 2023Persahabatan Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman dengan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia yang telah terjalin selama 20 tahun ini menjadi cerminan toleransi umat beragama yang indah di Indonesia. Kali ini Tzu Chi kembali memberikan pelayanan kesehatan kepada 1.000 santri/wati.
Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-104 : Mereka Betul-Betul Ingin Sembuh
23 Desember 2014 Kesehatan sering kali dipandang sebelah mata oleh sebagian masyarakat Indonesia. Kadang pekerjaan dan kebutuhan hidup lebih diutamakan oleh masyarakat. Apalagi bagi masyarakat yang kurang mampu, tentu mencari nafkah menjadi prioritas utama dibandingkan masalah kesehatan.Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-131: Menanam Berkah dengan Bersumbangsih
30 Juni 2022Raut wajah Rahmat (33) tampak semringah, sangat jauh berbeda dibanding sebelumnya. Rahmat baru menjalani operasi hernia pada Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-131 yang digelar di RS Bhayangkara Palu, 24-25 Juni 2022. Begitu juga Ziyat, pasien hernia anak yang kini sudah bisa tersenyum selepas menjalani operasi.