Baksos Kesehatan untuk Warga Kampung Sawah

Jurnalis : Fammy Kosasih(He Qi Timur), Fotografer : Fammy Kosasih(He Qi Timur)

Dokter TIMA, dr.Williana (depan) dan dr. Fernando (belakang), bersama-sama memeriksa kondisi kesehatan pasangan lansia ini

“Melakukan dengan tulus, menerima dengan sukacita. Demikian cara menjalankan suatu misi, bukan melihatnya sebagai suatu tekanan”

(Kata Perenungan Master Cheng Yen)

Melanjutkan hasil survei data kesehatan warga lansia di Kampung Sawah, Semper Timur, Jakarta Timur pada Minggu, 13 September 2015 lalu, seminggu kemudian (20/9) sebanyak 29 relawan dari komunitas He Qi Timur bersama 21 relawan medis (7 dokter TIMA, 6 apoteker, 5 asisten apoteker, dan 3 perawat) berangkat menuju Balai Latihan Kerja di Kampung Sawah, Semper Timur, Jakarta Utara untuk mengadakan baksos kesehatan untuk para lansia (orang yang sudah berusia lanjut). Umumnya para lansia ini mengalami penyakit degeneratif, yaitu penyakit yang muncul seiring dengan bertambahnya usia dan penurunan kesehatan, seperti hipertensi, diabetes, dan lainnya. Kegiatan ini dikoordinir oleh Desi Widjaja. Relawan dibantu oleh 6 ibu warga setempat sebagai relawan informasi serta 6 orang warga yang secara spontan bergabung menjadi relawan. “Kali ini juga ada relawan dari staf DAAI TV yang turut terlibat. Mereka ikut ambil bagian dalam baksos ini sebagai salah satu program pelatihan kerja mereka untuk peduli kepada sesama,” kata Desi Widjaja.

Menurut informasi yang diperoleh, sudah lebih dari dua kali, Tzu Chi mengadakan baksos kesehatan di wilayah Cilincing dan sekitarnya. Pertama kali bekerjasama dengan Yayasan Atmabrata, yang dikelola oleh Bruder Petrus, di bawah naungan Gereja Paroki Salib Suci, Kelapa Dua, Cilincing, Jakarta Utara dengan mengadakan bakti sosial penyuluhan kesehatan gigi anak pada bulan September 2014 dan Maret 2015 lalu. Tzu Chi juga pernah mengadakan bakti sosial kesehatan bagi para lansia di Wihara Lalitavistara, Cilincing pada Desember 2013 silam.

Sebanyak 261 pasien yang berusia lanjut memeriksakan kondisi kesehatannya. Bagi yang sakit juga langsung memperoleh layanan kesehatan dari Tim Medis Tzu Chi.

Relawan Tzu Chi, Dian Ariyani mengantarkan pasien ke ruang penyuluhan dan pemeriksaaan kesehatan.

Setelah kesiapan logistik lengkap, khususnya administrasi data peserta baksos rampung disusun maka kegiatan baksos kesehatan pun dimulai. Banyak warga yang berusia lanjut (lansia) yang datang. Mereka kemudian  melakukan registrasi dan screening, seperti pemeriksaan tensi tekanan darah dan timbangan berat badan. Para pasien ini kemudian diajak para relawan mendengarkan penyuluhan kesehatan terlebih dahulu yang disampaikan oleh dr. Mozes Bernard.

Selain melakukan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan, dalam bakti sosial ini sebagian tim dokter dengan didampingi relawan melakukan kunjungan kasih ke rumah warga lansia yang karena kondisi fisiknya tidak mampu datang ke lokasi baksos. Dalam kunjungan kasih ini tim dokter dan relawan Tzu Chi dibagi menjadi dua tim. Satu tim terdiri dari 2 dokter, 1 perawat, 2 relawan yang membawa peralatan medis dan obat-obatan, serta 2 warga setempat sebagai penunjuk jalan. Mereka mengunjungi 23 warga yang berusia lanjut di wilayah RW 011, Kelurahan Semper ini. Menurut dr. Mozes Bernard, “Umumnya keluhan yang ditemui di lapangan adalah kasus-kasus seperti hipertensi, diabetes, gangguan katarak, gangguan persendian tulang dan gangguan pernapasan.”

Saat dokter Williana dan Fernando memberikan fisioterapi ringan kepada pasien, Johan Kohar (biru putih) membantu pasien ini lebih tenang dan rileks.

Dengan hati-hati dokter dan relawan harus melewati jalan tanah yang becek dan berbau tak sedap saat melakukan kunjungan kasih ke rumah para pasien lansia.

Dalam kunjungan kasih ke rumah para lansia ini, tim dokter dan relawan Tzu Chi mesti berjalan kaki di bawah terik matahari yang menyengat. Mereka juga harus keluar-masuk gang-gang sempit, menyusuri tanah-tanah yang becek, dan gunungan sampah yang berbau tak sedap untuk mendatangi rumah yang tertera dalam data survei. Lokasinya memang terpencar-pencar dengan jarak yang cukup jauh. Sempat juga timbul perasaan untuk mundur, merasakan beratnya medan yang mesti dilalui, tetapi ini pantang dilakukan relawan Tzu Chi. Mereka tetap teguh dengan visi dan misi Tzu Chi.

Kunjungan kasih ini memberi pengalaman baru bagi dr. Williana. ”Walaupun jalan yang mesti dilalui itu berat, tetapi sewaktu saya melihat kondisi pasien yang jarang mendapatkan pengobatan membuat saya tergerak untuk membantu,” ujarnya. Inilah salah satu contoh bentuk implementasi pelatihan diri nyata sebagaimana yang selalu menjadi ajaran Master Cheng Yen, melakukan perbuatan baik dengan sepenuh hati, di manapun, dalam kondisi apapun, dan kepada siapa pun yang membutuhkan bantuan.

“Melakukan dengan tulus, menerima dengan sukacita. Demikian cara menjalankan suatu misi, bukan melihatnya sebagai suatu tekanan”

(Kata Perenungan Master Cheng Yen)


Artikel Terkait

Mewujudkan Mimpi Menjadi Nyata

Mewujudkan Mimpi Menjadi Nyata

25 September 2015
Sambil memegang erat kertas kuning tanda lolos seleksi operasi, Neneng juga menggandeng erat tangan Yanto, mengajaknya menemui tetangganya dalam satu rombongan dari Kampung Sigobang, Desa Banjarsari, Rangkasbitung, Banten.
Baksos untuk Warga Desa Besar

Baksos untuk Warga Desa Besar

17 September 2015 Bertempat di Gereja HKBP Huria, Desa Besar, Sumatera Utara, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Perwakilan Sinar Mas bekerjasama dengan PT Inti Bangun Sejahtera (IBS) mengadakan Bakti Sosial Kesehatan (Kulit, THT, dan Mata) bagi masyarakat sekitar. Baksos kesehatan ini pada umumnya diikuti oleh para pasien yang telah berusia lanjut.
Sentuhan Cinta Kasih Tzu Chi kepada Warga Kelurahan Krendang

Sentuhan Cinta Kasih Tzu Chi kepada Warga Kelurahan Krendang

16 Februari 2015 Setelah beberapa hari Jakarta diguyuh hujan, Sabtu di minggu pertama bulan Februari, relawan komunitas Jembatan Lima kembali merajut jalinan jodoh dengan Sekolah Sinar Dharma. Kegiatan kali ini adalah berupa bakti sosial penyuluhan dan pengobatan gratis bagi penyakit degeneratif (penyakit yang timbul karena faktor usia tua).
Bekerja untuk hidup sangatlah menderita; hidup untuk bekerja amatlah menyenangkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -