Baksos Makassar: Barisan Kemanusiaan Tzu Chi

Jurnalis : Veronika Usha, Fotografer : Veronika Usha
 
 

fotoKegiatan baksos kesehatan kali ini, didukung juga oleh beberapa relawan dari beberapa elemen seperti mahasiswa, maupun para warga dari peserta bedah rumah yang dilakukan Tzu Chi Makassar.

Hujan deras yang sudah mulai membasahi bumi Makasar sejak pagi hari, tidak menghalangi jejak langkah Siti Nikmah dan Muhammad Yunus Laega untuk menuju tempat penyelenggaraan Baksos Kesehatan Tzu Chi di RS. Pelamonia, Jl. Panglima Sudirman, Makassar, Sulawesi Selatan.

 

Bersama dengan sembilan orang lainnya yang merupakan warga peserta bedah rumah Tzu Chi di Jl. Rajawali Lorong 10, Lette, Mariso, pasangan suami-istri ini bersedia sepenuh hati menjadi relawan dalam baksos kesehatan Tzu Chi. Kali ini baksos terselenggara bekerja sama Kodam VII Wirabuana.

Ungkapan Rasa Syukur
Sudah hampir satu minggu ini Nikmah dan Yunus sibuk membantu persiapan baksos. Mulai dari proses screening, memasang bendera, mengurus undangan, hingga membantu mempersiapkan makan siang untuk para pasien, mereka lakukan dengan penuh sukacita. “Rasanya senang sekali bisa ikut membantu kegiatan Tzu Chi,” ucap Nikmah.

Ia menjelaskan, sebenarnya ini bukanlah kegiatan pertama yang mereka lakukan bersama Tzu Chi. “Biasanya kami memang suka membantu, kalau kantor Tzu Chi Makassar sedang mengadakan kegiatan,” katanya. Nikmah dan warga bedah rumah lainnya mengaku tidak pernah mendapatkan paksaan untuk turut serta menjadi relawan Tzu Chi. “Kami tidak pernah dipaksa. Biasanya kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh Tzu Chi, diberitahukan oleh Willy Ruslim Shixiong (salah satu relawan koordinator kegiatan bedah rumah Tzu Chi Makassar -red), lalu setelah itu, kami sendiri yang mendaftarkan diri menjadi relawan,” ungkap Nikmah.

foto  foto

Ket : - Cinta kasih yang dahulu diterima oleh para warga Jl Rajawali Lorong 10, Lette, Mariso, melalui bantuan             rumah dan perhatian relawan, kini kembali mereka terapkan kepada para pasien baksos. (kiri)
       - Keseriusan Tzu Chi dalam meringankan penderitaan orang miskin, membuat Effendy tersentuh dan             memutuskan untuk bergabung dalam barisan kemanusiaan Tzu Chi. (kanan)

Ditanya alasannya mengapa bersedia untuk menjadi relawan Tzu Chi, Nikmah pun menjawab, “Kalau dulu mereka sudah membantu kami dengan membangun sebuah rumah yang baik, kenapa kami sekarang tidak bisa membantu mereka yang membutuhkan tenaga kami. Mungkin saya tidak bisa memberikan apa-apa untuk membalas jasa mereka (Tzu Chi -red), tapi selama saya mampu, saya tetap akan sumbang tenaga untuk Tzu Chi,” tegasnya.

Tidak hanya Nikmah dan suaminya, mayoritas jawaban dari para warga yang sudah mendapat bantuan perumahan dari Tzu Chi dua tahun lalu itu pun juga tidak jauh berbeda. Mereka bersedia menjadi relawan Tzu Chi sebagai ungkapan rasa syukur atas atas jalinan jodoh yang sudah terjalin baik dengan Tzu Chi, baik dari pembangunan rumah, maupun pendampingan yang dilakukan oleh para relawan Tzu Chi kepada mereka.

Bahkan, Suryanti, salah satu penerima bantuan bedah rumah yang juga menjadi relawan di acara baksos tersebut sudah dua kali menyerahkan celengan cinta kasihnya kepada Tzu Chi. “Bagaimana rasanya yah, setelah rumah kami yang gubuk itu diperbaiki sama Tzu Chi perlahan-lahan kehidupan keluarga saya menjadi lebih baik. Anak-anak sudah bekerja semua, kami juga tidak takut lagi kehujanan, jadi hidup lebih tenang. Makanya, selama masih diberikan kesehatan dan bisa berguna untuk orang lain, saya juga mau membantu Tzu Chi bantu orang,” tuturnya haru.

foto  foto

Ket : - Melalui para pasien ini, para relawan bisa terus melatih diri dan bersyukur atas kehidupan yang telah              diterimanya. (kiri)
         - Para relawan Tzu Chi juga dibantu oleh para tentara dalam menyiapkan makan siang untuk para relawan             dan pasien yang terlibat dalam baksos.(kanan)

Berawal Dari Bedah Rumah
Kegiatan bedah rumah yang diadakan di Jl Rajawali Lorong 10, Lette, Mariso, kepada lebih kurang 55 keluarga ini merupakan bagian dari program Bebenah Kampung Tzu Chi Makassar. “Hingga saat ini, pembangunan rumah yang sudah kami lakukan adalah sebanyak lebih kurang 107 rumah,” ucap Willy. Ia menjelaskan, meskipun bantuan pembangunan rumah ini diberikan secara cuma-cuma kepada masyarakat, namun awalnya tidak semua dari mereka bersedia menerima bantuan rumah tersebut. Bahkan tidak jarang para warga menganggap bantuan itu hanya omong kosong belaka.

Dulu, saat tim survei dari Tzu Chi turun langsung ke lapangan, banyak warga yang tidak percaya rumahnya akan dibangun karena trauma dengan janji-janji yang diberikan oleh beberapa LSM yang sebelumnya juga menjanjikan hal serupa. “Ada juga warga yang takut kalau kami akan mengambil tanah mereka secara paksa, oleh karena itu kami pun terus melakukan pendekatan kepada mereka,” tambah Willy, yang mengaku sebuah rumah warga dapat selesai pembangunannya dalam waktu lebih kurang 28 hari.

Tidak hanya membangun rumah mereka, para relawan Tzu Chi juga giat melakukan pendampingan sehingga berhasil menumbuhkan bibit cinta kasih di hati para penerima bantuan rumah ini. Kini bibit-bibit tersebut sudah mulai tumbuh dan bersemi. Para penerima bantuan yang dulu menerima, kini sudah mulai belajar untuk memberi kepada orang lain.

Bukan Sekadar Kata-Kata
Tindakan nyata yang dilakukan oleh para relawan Tzu Chi dalam meringankan penderitaan masyarakat yang membutuhkan,  memberikan inspirasi kepada beberapa orang yang melihatnya. Hal inilah yang dirasakan oleh Effendy, salah satu relawan Tzu Chi yang baru saja bergabung selama lebih kurang satu tahun lalu.

Bagi kakek usia 65 tahun ini, apa yang telah dilakukan oleh Tzu Chi dalam bidang kesehatan, maupun pembangunan rumah untuk mereka yang membutuhkan merupakan langkah nyata relawan Tzu Chi dalam meringankan penderitaan masyarakat miskin. Oleh karena itu, ia mengaku sangat terinspirasi untuk ikut serta dan bergabung bersama Tzu Chi. “Sebenarnya sejak dulu saya sudah sering mengikuti kegiatan kemanusiaan. Tapi setelah saya mendengar tentang Tzu Chi yang katanya lintas agama dan nyata ini, akhirnya saya langsung mencari tahu ke kantor Tzu Chi Makassar. Setelah saya bergabung, baru saya merasakan bahwa ternyata apa yang orang bilang tentang Tzu Chi itu benar,” ucap Effendy.

Barisan kemanusiaan Tzu Chi akan semakin panjang, apabila setiap manusia mau membuka hatinya untuk terus peduli dan menebarkan cinta kasih kepada sesama mereka yang membutuhkan, tanpa memandang suku, ras maupun agama.

  
 
 

Artikel Terkait

Mewariskan Ajaran Jing Si kepada Generasi Mendatang

Mewariskan Ajaran Jing Si kepada Generasi Mendatang

17 Oktober 2013 Dalam ceramahnya, Master Cheng Yen sering menyampaikan bahwa sejarah yang tidak tercatat (dokumentasikan), maka akan berlalu begitu saja. Mengingat pentingnya hal tersebut maka Master Cheng Yen menekankan pentingnya mencatat dan merekam jejak langkah insan Tzu Chi di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Mengawali Bedah Rumah Tahap ke-3 di Kamal Muara

Mengawali Bedah Rumah Tahap ke-3 di Kamal Muara

21 Maret 2022

Setelah bedah rumah tahap pertama dan kedua, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia kini kembali memulai program bedah rumah tahap ke-3 di Kamal Muara, Penjaringan, Jakarta Utara.

Belajar dan Berlatih untuk Pengembangan Diri

Belajar dan Berlatih untuk Pengembangan Diri

05 Maret 2018
Sebanyak 125 relawan pendidikan memasuki ruangan Gan En Lou (Tower 1) Lantai 3, Jing Si Tang PIK dengan antusias untuk mengikuti training. Para relawan pendidikan yang biasa disebut sebagai Daai Mama dan Daai Papa ini mulai mendaftar satu persatu untuk mengikuti kelas yang sudah dipersiapkan.
Umur kita akan terus berkurang, sedangkan jiwa kebijaksanaan kita justru akan terus bertambah seiring perjalanan waktu.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -