Baksos Makassar: Harapan Dalam Kesembuhan

Jurnalis : Veronika Usha, Fotografer : Veronika Usha
 
 

fotoDalam baksos kesehatan, tim medis berusaha sepenuh hati menjawab harapan para pasien.

Berbeda dengan anak-anak lainnya yang menangis ketika keluar dari ruang operasi, Muhammad Nur Alamsyah justru terlihat sangat tenang. Beberapa relawan Tzu Chi yang mengantarnya dari ruang operasi pun menjelaskan kepada orang tua Alam, kalau anaknya sangat tenang ketika menghadapi operasi. “Anak ini pintar sekali yah. Di dalam, dia juga tidak menangis sama sekali.

Hernia sejak Kecil
Sejak lahir, anak pasangan suami-istri Herawati dan Basri Bareng ini memang sudah menderita penyakit hernia (pembengkakan pada alat kelamin –red). “Pernah suatu kali waktu dia berumur satu setengah tahun, badannya panas dan suka menangis. Saya pikir karena itunya yang membesar. Langsung saya bawa ke dokter, dan setelah itu saya tahu kalau Alam menderita hernia dan harus dioperasi,” jelas Herawati.

Namun karena biaya operasi yang cukup besar, lebih kurang 5 juta rupiah, maka Herawati dan suaminya memutuskan untuk menunda operasi Alam hingga ia berusia tiga tahun. “Bapaknya hanya tukang ojek, mana bisa kami menyiapkan uang segitu besar, dalam waktu yang singkat,” kenang Herawati.

Meskipun menderita hernia sejak lahir, Alam selalu tampak aktif dan tidak pernah mengeluh tentang penyakitnya. Dia hanya bertanya kepada ibunya, mengapa ukuran alat kelaminnya berbeda dengan kakak-kakaknya. “Walaupun sering diledek oleh teman-temannya, Alam tidak pernah menangis. Paling kalau dia sudah jengkel, dia suka memperlihatkan alat kelaminnya kepada teman-temannya untuk menakuti mereka.

foto  foto

Ket : - Alam sangat tenang menghadapi operasi hernia yang harus dijalaninya, namun sang ibu Herawati tak               sanggup menahankan rasa khawatirnya. (kiri)
          - Kebanyakan pasien anak merasa takut pada operasi hingga mereka pun menangis. Para relawan             berusaha menghibur dan menenangkan mereka kembali. (kanan)

Alam Ingin Sembuh
 Doa Herawati untuk kesembuhan Alam pun terjawab. Melalui salah satu tetangganya yang mendapatkan bantuan bedah rumah dari Tzu Chi, Herawati mendapat informasi tentang kegiatan baksos ini. “Awalnya saya sempat takut dan tidak percaya kalau Alam bisa dioperasi dengan gratis, karena kalau sampai harus membayar, saya tidak punya uang. Tapi setelah mendengar langsung dari tetangga yang pernah dibantu, akhirnya saya pun percaya untuk membawa Alam ke sini,” tegas Herawati.

Walaupun tahu akan dioperasi, Alam sama sekali tidak menunjukkan ketakutannya. Bahkan menurut Herawati, anak ketiganya itu justru bersemangat memilih warna baju operasi yang dikenakannya. “Dia tidak mau memakai baju operasi yang berwana biru tua, katanya kurang bagus. Dan sepertinya dia juga sudah tidak sabar untuk segera operasi. Katanya dia ingin cepat sembuh,” tambah Herawati haru.

Walaupun Alam tidak menunjukkan ketakutan, namun Herawati mengaku cemas ketika melepas anaknya untuk dioperasi. “Waktu melihat Alam di tempat tidur, rasanya sekujur tubuh saya merinding, dan mau pingsan. Takut sekali,” ungkapnya. Tidak hanya Herawati, rasa takut akan keselamatan Alam juga dirasakan oleh kakak-kakaknya. “Mereka tidak tega melihat adiknya yang masih kecil harus menjalani operasi,” tambah Herawati.”

Setelah lebih kurang satu jam berada di ruang operasi, kecemasan Herawati akhirnya berganti dengan rasa haru dan lega. Tiada henti wanita yang tinggal di Jl Nuri Lorong 300, Mariso ini mengucapkan terima kasih atas operasi yang berhasil dilakukan kepada anaknya, “Yayasan ini memang luar biasa. Mereka memang orang-orang yang berhati mulia. Walaupun warna kulit kami beda, tapi mereka bersedia melayani kami dengan sepenuh hati.”

foto  foto

Ket : - Jodoh yang baik memberikan kesempatan pada Firman untuk menjalani operasi bibir sumbing dalam             baksos kesehatan Tzu Chi. Ini adalah rencana operasinya yang keempat. (kiri).
         - Baksos kesehatan Tzu Chi di Makassar ini memberi pelayanan pengobatan seperti operasi hernia dan             bibir sumbing. Banyak pasien yang berasal dari luar Makassar datang untuk mengikuti baksos ini.             (kanan)

Operasi Keempat
Berbeda dengan Alam yang tenang saat menghadapi operasi, Firman, salah satu pasien berumur 7 tahun dari Desa Bangga, Palu Selatan, justru terlihat sangat tegang menghadapi operasi untuk kelainan di bibirnya. Maklum saja, ini merupakan rencana operasi keempat yang akan dijalaninya. “Aku sudah tiga kali gagal operasi, kakak, jadi agak takut,” tuturnya membela diri.

Pada operasi sebelumnya, Firman terpaksa batal menjalani operasi karena obatnya habis, dan terlambat datang ke lokasi pelaksanaan baksos. Oleh sebab itu meskipun merasa cukup takut, murid kelas tiga MIS Al-Khirat ini mencoba memberanikan diri untuk tetap menjalani operasi. “Kalau biaya sendiri bapak tidak mampu. Bapak cuma tukang kayu, dan harus sekolahin tiga adik lagi,” tambah Firman.

Firman yang mengaku cukup betah berada di Makassar tidak pernah merasa malu dengan cacat pada bibirnya. “Kenapa malu? Tidak perlu malu, tapi susah untuk bicara itu yang sulit kak,” ujarnya. Bagi Firman, alasan ia mau sembuh dari bibir sumbing yang dideritanya tak lain agar bisa berbicara dengan lancar. “Kalau sudah lancar, bisa pintar, lalu bekerja, dan bantu bapak,” tegasnya mantap.

  
 
 

Artikel Terkait

Menanam Dharma ke dalam Batin

Menanam Dharma ke dalam Batin

09 Oktober 2014 Pada 5 Oktober 2014, Yayasan Buddha Tzu Chi Singkawang mengadakan Xun Fa Xiang (Menghirup Keharuman Dharma) untuk pertama kalinya di Kantor Penghubung Singkawang.
Empati Berlabuh di Hati, Kebajikan Menyertai

Empati Berlabuh di Hati, Kebajikan Menyertai

01 April 2015 Tangis oma Wiwik meledak keras ketika Ridwan, salah seorang relawan Tzu Chi mencium tangan oma Tanti yang duduk di depan oma Wiwik. Tangis itu adalah tangis nelangsa karena oma Wiwik  teringat pada keluarga yang hampir tidak pernah mengunjunginya di Panti Jompo tempat dia dirawat. Air mata Oma Wiwik pelahan surut, ketika sentuhan lembut merangkul pundaknya, menghibur dan membisikkan kata penuh kasih.
Berbagi Keceriaan di Panti Asuhan Cipta Generasi Baru

Berbagi Keceriaan di Panti Asuhan Cipta Generasi Baru

14 Oktober 2024

Relawan Tzu Chi Makassar melakukan kunjungan kasih ke Panti Asuhan Cipta Generasi Baru, Desa Bonto Bunga, Kec. Moncongloe, Maros, Sulawesi Selatan. Relawan memberikan makanan dan bingkisan kepada 70 anak penghuni panti ini. 

Hanya dengan mengenal puas dan tahu bersyukur, kehidupan manusia akan bisa berbahagia.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -