Baksos Makassar: Ungkapan Rasa Syukur
Jurnalis : Himawan Susanto, Fotografer : Himawan SusantoWindy, pasien penanganan khusus asal Poso yang ditangani Tzu Chi di Jakarta bersama ibunya menyerahkan suvenir dari Korem 132 Tadulako sebuah miniatur kapal layar kepada Soandy Gozal, relawan Tzu Chi Makassar. |
| ||
Sedikit Flashback Untuk itu, Windy dan Jasnia harus tinggal sementara di Jakarta. Tidak pulang bersama dengan warga Poso lainnya yang telah sukses menjalani pengobatan. Hari-hari mereka lalui penuh kesabaran, 1 hari, 2 hari, hingga 1 bulan. Hingga kemudian di tanggal 23 Desember 2009, Windy menjalani operasi bibir sumbingnya di Omni Hospitals Rawamangun, Jakarta Timur. Empat hari berselang, mereka lantas meninggalkan Jakarta dan menuju Palu. Satu hari menginap di Palu, Windy kemudian kembali pulang ke kampung halamannya di Desa Potugu, Kecamatan Momunu, Kabupaten Buol Toli-Toli. Sebuah Pertemuan Tak Terduga
Ket : - Sabtu pagi, tanggal 15 Mei 2010, diadakan acara pembukaan Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi ke- 66 bekerja sama dengan Kodam VII/ Wirabuana. (kiri) Saya langsung bergegas menyalami Jasnia, sayang Windy tak mau. Ia masih seperti dahulu, masih sangat malu-malu (tidak mau difoto) apalagi kalau melihat kamera mengarah kepadanya. Kami pun menanyakan kabar kami masing-masing. Saat ditanya, Jasnia mengatakan bahwa kondisi mereka kini lebih baik khususnya Windy yang sudah terlihat lebih cantik. “Windy, alhamdullilah lebih sehat,” kata Jasnia. Jasnia juga berkata bahwa Windy kini sudah kembali bersekolah. Di sana ia makin dikenal teman-temannya karena Windy memiliki sebuah foto yang menampilkan dirinya sedang diwawancarai oleh tim media cetak Tzu Chi. Sebuah hadiah kecil yang makin membuat Windy percaya diri. Windy makin percaya diri karena bentuk bibirnya sudah lebih baik dari sebelumnya, walau suaranya tak dapat kembali normal. “Menurut dokter bedah plastik, Suara Windy tidak dapat normal karena ada bagian kecil di dalam mulut yang tidak ada,” Jasnia menerangkan. Walau demikian, Jasnia tetap bersyukur karena buah hatinya kini sudah makin terlihat cantik. Di pertengahan acara pembukaan baksos, Windy dan Jasnia maju ke depan. Mereka didaulat untuk menyerahkan suvenir dari Korem 132 Tadulako berupa sebuah miniatur kapal layar kepada Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Saat itu, Soandy Gozal, selaku relawan Tzu Chi Makassar menerima pemberian suvenir tersebut. Menurut Jasnia, suvenir itu adalah perlambang ungkapan rasa syukur dan terima kasih warga Poso kepada Yayasan Buddha Tzu Chi yang telah berkenan mengobati mereka tahun lalu di Jakarta. Usai acara pembukaan, saya memberikan Windy dan Jasnia Majalah Dunia Tzu Chi yang memuat artikel tentang mereka. Senyum bahagia, puas, dan tak percaya terpancar jelas di wajah mereka. Mereka melihat wajah mereka sendiri saat hendak ikut baksos dan saat bersama dengan para relawan pendamping pasien penanganan khusus bersama mereka. “Salam ya, sama ibu Enjah dan pak Toni (Pengemudi di Yayasan Buddha Tzu Chi yang khusus mengantar pasien ke rumah sakut),” pesan Jasnia. Jarak yang jauh ternyata bukanlah penghalang jika kita memang sudah memiliki ikatan jodoh yang sama.
Ket : - Jasnia tengah memperlihatkan foto Windy yang terpampang di Majalah Dunia Tzu Chi. Tujuh bulan lalu, Windy pernah datang dan berobat di Jakarta. Sebulan lebih Windy menginap di Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi. (kiri). Sebuah Pertemuan Tak Terduga Lainnya Keadaan itu berakhir saat mereka lulus dari SMA. Naomi kuliah di Fakultas Kedokteran, sementara Sian melakukan hal yang berbeda. Hubungan komunikasi mereka lambat laun terputus. Tidak ada komunikasi sama sekali karena saat itu memang belum ada yang namanya email, telepon genggam, ataupun facebook yang saat ini menjadi fenomena dunia pertemanan di dunia maya. Setelah lulus, Naomi kemudian hijrah ke Samarinda, sementara Sian tetap di Makassar. Naomi tinggal di Samarinda selama 13 tahun, saat sang suami meninggal, oleh keluarga ia diminta tinggal di Jakarta. Di kota inilah, Naomi kemudian bergabung menjadi tim medis Tzu Chi dan ikut dalam baksos di Makassar. Sore hari, 15 Mei 2010, pukul 15.00 Wita, Naomi baru saja hendak keluar dari ruang operasi. Ia hendak menuju ke kamar kecil setelah beberapa lama mengobati para pasien katarak. Baru saja membuka pintu, ia tertegun kepada salah satu relawan abu putih yang hendak membawa satu pasien ke dalam. Naomi sepertinya tak asing dengan wajah relawan itu. Si relawan yang dilihat juga tampak tertegun, ia juga sepertinya kenal Naomi. Mereka pun saling menebak, “Naomi.” “Sian,” kata Naomi. “Iya,” jawab suara itu. Mereka kemudian tersenyum satu sama lain. Sahabat yang lama tak jumpa telah bertemu kembali. Mereka kemudian duduk dan bercerita serta mengenang masa lalu yang telah masing-masing lalui. “Dari A sampe Z. Dari Utara sampe Selatan,” kata Naomi. Saat saya tanya bagaimana mereka bisa saling ingat wajah mereka, Naomi dan Sian kompak mengatakan meski sudah tua begini, kita masih ingat bentuk wajah masing-masing. “Benar-benar sahabat sejati, sampe masih kenal bentuk wajah masing-masing,” itulah yang ada di pikiran saya. Bagaimana perasaan mereka dengan adanya pertemuan tak terduga ini? “Bahagia bisa bertemu apalagi pas baksos Tzu Chi,” kata Sian. Kalau Naomi? “Bahagia juga karena yang tua-tua masih hidup,” ujarnya penuh canda. Hari ini, dua pertemuan tak terduga terjadi, itu semua dapat terwujud berkat adanya benih dan ikatan jodoh yang baik. Dalam baksos kesehatan Tzu Chi ke-66 di Makassar ini, ungkapan rasa syukur itu terlihat nyata. | |||
Artikel Terkait
Bazar Vegetarian Menyambut Bulan Tujuh Penuh Berkah
20 Agustus 2018Berbelanja Sambil Beramal
05 April 2023Bertempat di Depo Pelestarian Lingkungan, Pangeran Jayakarta No 131, para relawan Tzu Chi di komunitas He Qi Pusat mengadakan bazaar murah meriah bertema Bazaar Amal Pangjay.