Baksos NTT: Cinta Kasih di Tarimbang (Bag.1)

Jurnalis : Teddy Lianto, Fotografer : Metta Wulandari, Teddy Lianto
 
 

fotoDengan penuh sukacita relawan Tzu Chi memberikan bantuan beras kepada warga Desa Tarimbang, Sumba Timur, NTT.

Selasa, 10 April 2012, dini hari pukul 04.00 WITA, aku terbangun dari tidurku setelah mendengar suara lolongan anjing. Lolongan yang memilukan itu berasal dari lapangan luas di depan mes Bupati Sumba Timur tempat aku dan para relawan Tzu Chi menginap. Mes ini terletak tidak jauh dari bandara tempat kami mendarat sore sebelumnya. Ketika aku terbangun, terlihat cahaya lampu di ruang dapur. Samar-samar terdengar suara kompor yang menyala dan suara besi yang sedang beradu.

 

Aku memberanikan diri untuk menghampiri. Ternyata, suara-suara itu disebabkan oleh Salim Shixiong, relawan Tzu Chi yang sedang memasak nasi goreng untuk sarapan, dan masakan lain untuk bekal di perjalanan nanti, bagi relawan Tzu Chi yang akan membagikan beras di beberapa desa di daerah Waingapu, Nusa Tenggara Timur.

Beberapa menit kemudian, para relawan Tzu Chi yang tidur di ruang tengah mulai terbangun. Mereka segera bersiap diri sebaik mungkin, mengingat tugas yang mereka emban tidaklah ringan. Kedua belas relawan itu dibagi menjadi enam tim, masing-masing tim terdiri dari dua orang relawan, dua orang dari Dinas Sosial dan dibantu dua orang dari Tim Tagana (Taruna Siaga Bencana). Hanya 3 tim yang akan pulang kembali pada hari ini, sisanya akan menginap di rumah penduduk yang terdekat dengan desa yang akan dibagikan beras keesokan harinya, mengingat jarak antara desa yang dituju dengan mesBupati Sumba Timur cukup jauh, lebih kurang 100 KM.

Pukul 05.30 WITA, rombongan Tim I mulai bergerak menuju tempat pembagian beras pertama, Desa Tarimbang, Kecamatan Tabundung, Waingapu. Sepanjang perjalanan, hamparan sabana terlihat begitu indah memanjakan mata, ditambah dengan barisan pegunungan yang seakan tertata rapi membentuk barisan. Tiada kata lain yang dapat mewakili bagaimana indahnya pemandangan yang terpampang di depan kami, selain betapa kayanya alam Indonesia.

Selang beberapa menit, pemandangan berubah 180 derajat dari semula karena kami telah memasuki kawasan hutan menuju desa yang kami tuju. Jalan berkelok dengan batu kapur menjadi alasnya. Tanjakan dan turunan terjal mencapai sudut 45 derajat menjadi pemandangan selanjutnya. Sempat ada kekhawatiran dan rasa takut yang merayap di hati kami, namun rasa itu seakan sirna saat melihat semangat dan perhatian para relawan pada tim kami.

foto   foto

Keterangan :

  • Olimpas, seorang janda dengan empat orang anak yang berjuang menghidupi keluarganya, berhasil menyekolahkan anak-anaknya hingga ke perguruan tinggi (kiri).
  • Dari 314 keluarga yang mendaftar, ada 125 di antaranya yang lulus survei. Setiap keluarga menerima sekarung beras seberat 20 kilogram (kanan).

Tak lama-lama kami menikmati rasa takut dengan medan yang sedang kami lewati, karena selanjutnya kami disibukkan dengan pemandangan sekitar. Rumah yang satu dengan yang lain memiliki jarak yang cukup jauh. Melihat rumah yang berdindingkan papan, beratap jerami dan tiadanya listrik berbanding terbalik dengan susunan perumahan di perkotaan yang saling berhimpitan, berbilik semen, berlantai keramik dan atap dari genteng dan baja ringan.

Keadaan ini membuat kami teringat dengan bagaimana seharusnya rasa syukur selalu tertanam dalam diri kami. Dibanding dengan apa yang kita miliki sekarang, begitu banyak warga yang kurang beruntung. Warga pegunungan tidak memiliki penghasilan yang tetap, karena mereka hanya mengandalkan sektor pertanian yang sering dilanda kegagalan, selain itu akses transportasi maupun komunikasi juga sangat terbatas. Warga di sekitar gunung ini tidak dapat turun setiap saat ke kota, karena kondisi jalan yang rusak dan jarak yang sangat jauh, yaitu lebih kurang 88 KM, atau sekitar 4,5 jam perjalanan.

Tebaran Cinta Kasih
Di sinilah kami sekarang berdiri, Desa Tarimbang. Desa dengan pemandangan alam yang menawan ini adalah sasaran pembagian beras cinta kasih oleh Tim I yang dipimpin oleh Suherman Shixiong dan Salim Shixiong. Beras yang dibagi kali ini sebanyak 125 karung dengan masing-masing karung berisi 20 kg beras. Berawal dari 314 KK yang mendaftar, ada 125 yang lolos survei dan akhirnya hari ini tiba juga waktunya bagi mereka untuk memperoleh tebaran cinta kasih.

Bersambung ke Bagian 2.

  
 

Artikel Terkait

Tzu Chi Bersama Pemprov DKI Jakarta Bersiap Melakukan Program Bebenah Kampung Dimulai Dari Palmerah

Tzu Chi Bersama Pemprov DKI Jakarta Bersiap Melakukan Program Bebenah Kampung Dimulai Dari Palmerah

08 Agustus 2023
Tzu Chi Indonesia kembali menjalin kemitraan dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, kali ini dalam program Bebenah Kampung. Program kemitraan ini rencananya akan dilaksanakan secara bertahap di 5 Kota di DKI Jakarta melalui pembangunan rumah tinggal layak huni.
Pemberkahan Akhir Tahun 2022

Pemberkahan Akhir Tahun 2022

03 Januari 2023
Rasa sukacita meliputi Tzu Chi Indonesia yang tahun ini dapat kembali menyelanggarakan Pemberkahan Akhir Tahun 2022. Kegiatan ini mengusung tema: Berbuat Baik Dengan Welas Asih Mendatangkan Berkah, Membawa Diri Dengan Kebijaksanaan Mewariskan Nilai Luhur Bagi Keluarga.
Pendidikan Budi Pekerti yang Didasari Cinta Kasih

Pendidikan Budi Pekerti yang Didasari Cinta Kasih

01 April 2015 Hari itu, 1 Maret 2015 dipilih untuk menjadi momen perkenalan perdana kelas Qin Zi Ban di tahun ajaran 2015 sekaligus melakukan ramah tamah perayaan imlek karena suasana hari raya imlek masih terasa hangat.
Dalam berhubungan dengan sesama hendaknya melepas ego, berjiwa besar, bersikap santun, saling mengalah, dan saling mengasihi.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -