Baksos NTT: Pelipur Lara di Kala Duka
Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Anand YahyaRelawan Tzu Chi (kanan) dengan penuh rasa hormat memberikan kupon beras kepada warga Desa Pambotanjara, Waingapu, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). |
| |
Bagi Manaina Ndapa Huda berita adanya pembagian beras dari Tzu Chi ini cukup menyejukkan hatinya. Dengan berjalan kaki, pria berusia 49 tahun ini pun segera menuju kantor desa. Dua jam perjalanan dilaluinya dari rumahnya yang berada di atas bukit. Manaina Ndapa Huda sendiri adalah seorang petani jagung, namun karena curah hujan sangat minim membuat ia mengalami gagal panen. Ia baru saja menanam kembali ladang jagungnya di musim penghujan ini. Meski tanaman jagungnya saat ini sudah tumbuh setinggi lutut orang dewasa, namun bapak 6 orang anak ini tetap saja merasa khawatir. “Kalau curah hujan tinggi, bisa banjir, rusak pula tanaman jagung,” ujarnya. Dengan ladang seluas 50 are (sekitar ½ hektar), Manaina bertanam jagung hanya cukup untuk kebutuhan hidup ia dan keluarganya saja. Setiap kali panen, hasil yang didapat tidak lebih dari 50 ikat yang cukup ia gunakan sebagai cadangan makanan sampai 5 bulan. Sudah sejak 2 tahun lalu hasil panen Manaina selalu turun hasilnya. “Kalau dulu (3 tahun lalu –red) saya bisa dapat 100 ikat,” keluh Manaina. Menurutnya cuaca atau iklim kini sudah makin tidak bersahabat bagi para petani pada umumnya di Sumba Timur ini. Dari 6 orang anaknya, tidak ada yang melanjutkan ke SMP (Sekolah Menengah Pertama). Selain jarak sekolah yang cukup jauh, Manaina sendiri tak sanggup jika harus membiayai anaknya sekolah. Penghasilan tambahan Manaina hanya diperoleh dari penjualan telur ayam kampung dari 2 ekor ayam miliknya.
Keterangan :
Manaina sangat bersyukur dan berterima kasih dengan adanya pembagian beras ini. Ia merasa pembagian beras ini sangat tepat waktu dan sasarannya, mengingat saat ini ia baru saja memulai masa tanam setelah beberapa bulan lalu mengalami kekeringan (gagal panen). “Senang, terima kasih sekali,” ungkapnya. Menurut Sekretaris Desa Petrus Pilla, mayoritas warga di desanya adalah warga yang kurang mampu. Kesulitan masyarakat semakin bertambah dengan adanya kekeringan sehingga membuat mayoritas warga mengalami gagal panen. Tak heran jika untuk menyambung hidup warga terpaksa harus memakan iwi (ubi hutan) dan makanan-makanan alternatif lainnya. “Kami sangat bersyukur dengan adanya bantuan ini,” kata Petrus Pilla, “Beras boleh habis tetapi cinta kasih ini akan terus berkelanjutan.” Mewakili warganya Petrus menyampaikan rasa haru dan bangganya akan perhatian dari relawan Tzu Chi yang sudah mau datang jauh-jauh dari Jakarta untuk membantu masyarakat Desa Pambotanjara. “Merupakan kebangaan bagi kita dan masyarakat Sumba Timur, cinta kasih ini bisa sampai kemari. Semoga kita bisa saling mengasihi dan membantu satu sama lain,” katanya, “Yang mendapat beras bantuan ini semoga bisa memberi juga kepada sanak keluarga dan tetangga yang tidak dapat.” |
Artikel Terkait
Latihan Prosesi: Awal Masyarakat Penuh Berkah
07 Mei 2015 “Ada sesuatu yang berbeda dengan waisak dari wihara umumnya. Perasaan ini membuat saya ingin mengajak teman lainnya untuk merasakan apa yang saya rasakan pada ritual tahun kemarin di Jakarta. Dengan kegiatan Doa Jutaan Insan ini, semoga dunia bebas bencana,” tambah Sukendro yang kini juga menjadi relawan Tzu Chi.Pelestarian Lingkungan dengan Aktivitas Sehat
15 Mei 2018Dalam rangka merayakan Earth Day dan Ulang Tahun Tzu Ching UNPRI yang ke-3, Tzu Ching Medan bekerjasama dengan Tzu Ching UNPRI melakukan acara funwalk dengan tema “GO GREEN FUNWALK”. Kegiatan ini untuk menggalang bibit baru barisan Tzu Ching serta merayakan Earth’s Day.