Baksos Palembang: Mata yang Kembali Terang
Jurnalis : Juliana Santy, Fotografer : Juliana Santy Luteria Siregar (71) tengah didampingi oleh relawan Tzu Chi. Meskipun sudah pernah menjalani operasi katarak, sedikit perasaan takut tetap dirasakannya, namun ia tetap semangat dan berani untuk melakukan operasi hari itu. |
| ||
Pemeriksaan awal katarak yaitu screening telah dilakukan pada Minggu 24 april 2011 lalu berlokasi di tempat yang sama. Screening ini diikuti oleh 343 orang pasien, namun setelah dilakukan pemeriksaan terhadap mata dan sejumlah tes kesehatan lainnya, ternyata hasilnya hanya 143 pasien yang memperoleh kertas keterangan berwarna kuning yang menyatakan mereka lolos untuk bisa mengikuti baksos operasi mata selanjutnya. Hal ini dikarenakan saat pemeriksaan banyak di antara mereka yang ternyata hanya menderita kelainan mata dan bukan katarak. Ada pula yang tingkat kataraknya masih rendah, dan ada pula karena faktor medis lain yang tidak memungkinkan mereka untuk dilakukan operasi. Hari pertama operasi pengobatan mata pada bakti sosial ini dimulai pada hari Jumat, 29 April 2011, pukul 14.00 WIB. Baksos hari itu berhasil mengoperasi 37 pasien katarak dan ditangani oleh 6 orang dokter yang berasal dari Jakarta dan 9 orang perawat mata, serta 7 orang tim medis lainnya. Baksos hari itu berjalan lancar tak lepas karena kerjasama yang baik dari 56 relawan Palembang yang hadir membantu di tiap bagian-bagian yang telah ditentukan.
Keterangan :
Harapan melihat kembali “Saya senang, ini anak saya,” canda seorang pasien yang bernama Luteria Siregar (71), saat seorang relawan memijatnya. Ia berasal dari Medan, ia datang ke Palembang untuk mengunjungi anaknya. Sudah 15 tahun ia menderita tekanan darah tinggi dan 10 tahun ini ia terkena stroke sehingga membuatnya harus selalu berobat. Ia sudah pernah menjalani operasi katarak di mata sebelah kanan 5 tahun lalu, dan kini ia menjalani operasi untuk mata kirinya. Saat di gereja ia mendapatkan informasi pengobatan katarak gratis, lalu ia pun mencoba ikut. Saat menjalani pemeriksaan, tekanan darahnya yang tinggi membuatnya hampir tidak bisa mendapatkan operasi, namun karena beberapa tahun ini tekanan darahnya memang seperti itu, maka dokter pun memperbolehkannya melakukan operasi. Meskipun sudah pernah menjalani operasi katarak, sedikit perasaan takut tetap dirasakannya. namun begitu ia tetap semangat dan berani untuk melakukan operasi hari itu. Relawan Tzu Chi menghiburnya dan memberinya semangat agar ia merasa tenang. “Enak kali,” ucapnya sambil tertawa saat dipijat oleh relawan. Sekarang setelah dioperasi ia merasa senang. “Mudah-mudahan terang matanya seumur hidup,” ucapnya penuh harapan.
Keterangan :
Persiapan Hari Esok Di sela-sela bakti sosial berlangsung, terdengar lantunan lagu Satu Keluarga yang cukup kencang dari sekelompok orang di luar gedung. Ternyata tampak relawan dan tentara sedang berlatih isyarat tangan untuk acara seremonial pada tanggal 30 april 2011. Dengan bimbingan dari relawan mereka mengikuti gerakan lagu tersebut. Tampak keseriusan mereka untuk menampilkan yang terbaik di keesokan harinya. Sebelum relawan-relawan bersiap untuk pulang, mereka mendapatkan briefing dari seorang relawan Tzu Chi. Ia melihat baiknya kerja sama antar dua generasi relawan (tua dan muda) pada operasi hari pertama itu. Ia berpesan agar pada esok harinya para relawan lebih memerhatikan pasien, melayani dengan baik dan menganggap mereka sebagai keluarga, jangan sampai pasien merasa gelisah seorang diri karena ingin dioperasi. | |||
Artikel Terkait
Bantuan untuk Pengungsi Sinabung
15 Juli 2015Cap Go Meh Bersama Opa Oma
16 Februari 2017Menjadi Teladan Kebersihan di Apel Kebangsaan
05 Desember 2016Ribuan orang dari berbagai elemen masyarakat memadati Lapangan Gasibu, Bandung untuk mengikuti acara Apel Kebangsaan. Relawan Tzu Chi Bandung berpartisipasi dalam acara yang digelar pada Rabu, 30 November 2016 tersebut. Selain mengikuti kegiatan, relawan juga mengitari Lapangan Gasibu dengan membawa plastik sampah dan memungut sampah yang berserakan di lapangan.