Baksos Papua: Kebajikan dalam Banyak Cara
Jurnalis : Himawan Susanto, Fotografer : Himawan SusantoSetiap pasien yang telah mendaftar oleh relawan Tzu Chi segera diantar menuju ke tenda antrian untuk menunggu giliran waktu pemeriksaan kesehatan dalam screening Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-67 di Biak. |
| ||
Sahabat dari Singapura Maka tak heran jika Cheng juga mengetahui adanya baksos kesehatan ini. Karena itu dia pun bertanya dan mengajukan diri apakah diperkenankan bergabung membantu dalam baksos kesehatan. Jawaban didapat, dia boleh ikut membantu. Awalnya, hubungan Cheng dengan Susanto Pirono adalah hubungan bisnis. Namun kini, dari yang tadinya bisnis kini menjadi hubungan persahabatan. Bahkan sekarang diperlakukan sudah lebih dari sekadar sahabat, sudah seperti saudara. Cheng sendiri datang ke Biak sejak tanggal 14 Mei lalu. Untuk ke Biak, dia menempuh penerbangan langsung dari Singapura ke Jakarta dan berlanjut ke Makassar, serta Biak.
Ket : - Relawan Tzu Chi Biak dalam baksos ini belajar bagaimana berbagi kepada sesama. Mereka senantiasa membantu para pasien screening baksos yang membutuhkan uluran tangan, khususnya mereka yang memiliki keterbatasan fisik seperti yang dialami oleh Wellem Walend(kiri) Menurut Cheng, dia mau membantu di dalam baksos ini karena ini adalah kegiatan Tzu Chi. Agar lebih memahami Tzu Chi, dia juga sebelumnya pernah ke Taiwan untuk tahu lebih jauh lagi Yayasan Buddha Tzu Chi secara menyeluruh. “Yayasan Buddha Tzu Chi benar-benar membantu orang, benar-benar membantu mereka yang membutuhkan di manapun berada. Tidak membedakan warna kulit, kebangsaan, agama, dan lain sebagainya,” ujarnya dalam bahasa Inggris. Maka dia berketetapan hati, tujuan pertamanya datang ke biak ini adalah untuk membantu orang lain, untuk ikut serta berkontribusi, namun ternyata kendalanya ada di bahasa. Setelah tinggal tiga hari di Biak, dia lalu merasa tujuannya membantu orang lain malah menghambat yang lain karena dia tidak bisa berbicara bahasa Biak maupun bahasa Indonesia. Dia berpikir justru malah membuat orang lain menjadi susah. Karena itu dia kemudian sempat memutuskan untuk kembali saja ke Singapura karena tak banyak yang dapat dilakukannya di Indonesia. Namun, Ina, seorang relawan yang bekerja sebagai General Manager Garuda Indonesia di Biak mengatakan, “Kamu ikut dengan saya saja, karena tujuan mulia untuk membantu orang lain jangan terhambat hanya karena bahasa.” Cheng akhirnya setuju dan akan tinggal hingga Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi ke-67 berakhir. Jadi di tanggal 23 Mei pagi saat baksos telah selesai, dia baru akan kembali ke negaranya, Singapura. Benar-benar Terasa
Ket : -Di sebuah gedung baru yang berada di RSUD Biak inilah Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi ke- 67 ini akan digelar. Tampak para calon pasien sedang tertib menunggu giliran diperiksa. (kiri) Saat Cheng pergi membantu baksos kesehatan di Biak ini, dia meninggalkan anak dan istrinya untuk sementara. Mereka tidak melarang dia pergi karena dia memberitahu mereka bahwa akan membantu bakti sosial kesehatan di luar negeri (Biak). Demikian juga saat dia berangkat ke Taiwan, keluarga mendukung aktivitasnya. Bahkan setiap tahun di negaranya, dia juga melakukan kegiatan sosial, meski jika dibandingkan dengan kegiatan sosial ini, dia mengatakan tidak dapat dibandingkan. “Kegiatan ini benar-benar dapat membantu mereka yang membutuhkan. Emosinya di sini, orang-orang ini punya penyakit katarak, sementara standar hidup di Singapura sudah tinggi, jadi sangat terasa sekali dan tersentuh,” pungkasnya. Sukses Menjalani Pemeriksaan Siang itu, mereka mendapatkan nomor antrian 325 yang artinya nomor antrian mereka cukup besar. Mereka tiba ke lokasi screening agak siang karena waktu yang mereka tempuh dari rumah adalah 2 jam lebih perjalanan. Mereka mengetahui adanya baksos kesehatan ini dari pengumuman di Gereja Betlehem Manor hari Minggu lalu. Dari sana mereka kemudian mendaftarkan diri di Puskesmas. Tepat di hari Selasa, mereka berangkat ke Kota Biak dengan menggunakan taksi (angkutan umum). Usai mengikuti beberapa kali tes dan pemeriksaan kesehatan, Martina dinyatakan layak untuk menjalani operasi katarak di hari Jumat nanti. “Semoga (saya) dapat melihat lagi,” katanya berharap.
| |||
Artikel Terkait
Menolong Tanpa Pamrih
26 September 2011Hangatnya Kasih Natal
28 Desember 2012 Selama ini mereka merasa menderita, merasa tidak dapat bisa merayakan Natal dan tahun baru, tetapi dengan diadakan acara ini, seluruh relawan berharap adanya kebahagian yang mereka terima di tahun ini dan tahun yang akan datang.Peresmian Program Bebenah Kampung Tzu Chi di Kamal Muara Tahap III: Rumah Aman Tak Lagi Hanya di Angan
31 Maret 2023Kebahagiaan warga penerima bantuan di Program Bebenah Kampung Tzu Chi di Kamal Muara Tahap III kembali hadir tak terbendung karena rumah yang mereka impikan dan nantikan sudah diresmikan dan bisa ditempati.