Baksos Papua: Sebuah Panggilan Jiwa (Bag. 1)
Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Dimin (He Qi Barat), Hadi Pranoto Tugas dr. Danny memang menuntut ketelitian dan kecakapan khusus, mengingat apa yang akan dilakukannya bukan hanya mengobati pasien dari derita sakitnya, namun juga akan dapat mengubah kehidupan dan bahkan masa depan pasien di hadapannya. |
| ||
Tak tampak kelelahan atau pun wajah yang kecewa dari para Tim Medis Tzu Chi ini, meski mereka baru saja menginjakkan kaki di Bumi Papua pukul 10.00 waktu setempat (WITA). Perjalanan panjang lewat udara yang dimulai pukul 00.00 WIB dinihari tak melunturkan semangat para dokter untuk menebar cinta kasih di Bumi Cendrawasih ini. Praktis, hanya selang 3 jam saja waktu para dokter itu untuk beristirahat dan makan siang sebelum kemudian langsung bertugas. Mengubah Hidup
Keterangan :
Dengan sangat berhati-hati dokter yang sudah mulai mengikuti Baksos Kesehatan Tzu Chi sejak tahun 1999 ini pun mulai “menandai” titik-titik di bibir Desi. Tugas dr. Danny memang menuntut ketelitian dan kecakapan khusus, mengingat apa yang akan dilakukannya bukan hanya mengobati pasien dari derita sakitnya, namun juga akan dapat mengubah kehidupan dan bahkan masa depan pasien di hadapannya. “Kalau melakukan tindakan operasi bibir sumbing kita mengharapkan suatu hasil yang akurat, presisi, dan hasil yang sempurna. Ukuran-ukurannya dan titik-titik tertentu harus diukur terlebih dahulu. Harus sesuai dengan ukuran. Karena setiap kondisi ada teknik-teknik operasinya,” kata Dr. Danny seusai operasi. Selang satu jam kemudian, operasi pun selesai. Abner Workar dan istrinya, Irene tersenyum senang dan haru tatkala melihat putri mereka yang masih dalam kondisi tertidur keluar dari ruang operasi. Perjalanan selama hampir 12 jam dari Biak ke Manokwari yang melelahkan terbayar sudah. Sebelumnya Abner Workrar (46) dan istrinya Irene Sroyer (39) harus menumpang kapal feri dari kota tempat tinggalnya, Biak ke Manokwari, Papua demi untuk kesembuhan buah hati mereka. Desi sejak lahir mengalami bibir sumbing. Sebagai orang tua, Abner dan Irene pun merasa sedih dan kecewa, namun keterbatasan finansial membuat keduanya hanya bisa bersikap pasrah. Meski begitu, semangat mereka untuk mencari kesembuhan untuk Desi tak pernah surut. “Memang sempat sedih, tapi ini kan memang pemberian dari Tuhan, kita mau apa lagi,” kata Abner di sela-sela proses pemeriksaan Desi. Dan melalui Baksos Kesehatan Tzu Chi inilah kemudian apa yang menjadi harapan keduanya terjawab sudah.
Keterangan :
Panggilan Jiwa
| |||
Artikel Terkait
Bukan Sekedar Bantuan Materi
12 April 2019Kelas budi pekerti anak teratai merupakan kelas bimbingan bagi anak-anak penerima bantuan biaya pendidikan Tzu Chi. Tzu Chi dalam memberikan bantuan pendidikan tidak hanya dalam bentuk materi, tetapi juga membimbing agar anak-anak menjadi pribadi yang lebih baik. Sebulan sekali kelas ini diadakan.
Ademnya Melihat Persahabatan Ponpes Nurul Iman dengan Tzu Chi
25 Mei 2023Persahabatan Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman dengan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia yang telah terjalin selama 20 tahun ini menjadi cerminan toleransi umat beragama yang indah di Indonesia. Kali ini Tzu Chi kembali memberikan pelayanan kesehatan kepada 1.000 santri/wati.
Waisak 2019: Sebagai Ungkapan Terima Kasih
20 Mei 2019“Kenapa merayakan? Saya sebagai guru Agama Buddha mengenalkan ke mereka agar kita berterima kasih kepada Buddha yang telah menyebarkan Dharmanya begitu agung, yang kedua terima kasih atas jasa orang tua kepada kita, yang ketiga kepada semua makhluk,” jelas Suwarni, guru Agama Buddha SD Cinta Kasih Tzu Chi.