Baksos Papua: Sebuah Panggilan Jiwa (Bag. 2)

Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Hadi Pranoto
 
 

foto Sudah sejak tahun 1999 dr. Danny berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan Tzu Chi. Menurutnya, kebahagiaan yang terbesar baginya adalah ketika bisa menjadi manusia yang bermanfaat bagi banyak orang.

Bagi dr. Danny yang seorang Muslim, ia tidak merasa terkendala ataupun terbebani tatkala harus bergabung dalam kegiatan baksos kesehatan yang diadakan oleh yayasan dari berbagai agama yang berbeda-beda. Menurutnya, “Dalam hal menolong sesama kita nggak boleh membeda-bedakan agama dan suku bangsa apa, apalagi saya diberi suatu kemampuan atau keahlian untuk membantu orang-orang yang membutuhkan dan itu menjadi tanggung jawab saya, semacam panggilanlah ya. Jadi saya sukarela kemana aja jika ada waktu dan tidak ada keperluan pasti saya akan membantu dengan senang hati,” tegas dr. Danny.

Jumlah pasien baksos kesehatan yang banyak juga menuntut kecepatan, ketepatan, dan kesempurnaan dalam melakukan operasi. Dan sebagai dokter, tugas berat tentunya bagi dr. Danny untuk menangani pasien yang jumlahnya melebihi waktu normal praktiknya. “Ini mungkin juga bantuan dari Yang Di Atas, rasanya kuat aja. Dari Allah memberikan kekuatan,” ungkap dr. Danny, “sering ikut baksos juga lama-lama kita akan terlatih. Kemampuan untuk membedah menjadi bertambah. Tingkat kesulitan dari setiap pasien berbeda-beda, sehingga semakin sering memangani kita semakin mengasah kemampuan kita.” Untuk menghadapi situasi ini dr. Danny punya kiat tersendiri. Ia selalu mendahulukan pasien bayi dan anak-anak. “Karena anak-anak lebih sulit dan resikonya lebih besar. Lagi pula kalau mereka harus puasa lebih lama kasihan, jadi didahulukan yang bayi dan anak-anak dulu,” terangnya.

Peran dokter bedah plastik sangat penting dalam pemulihan pasien bibir sumbing maupun luka bakar. Banyak penderita bibir sumbing yang merasa rendah diri dan kemudian akhirnya memilih mengucilkan diri dari ‘dunia luar’, bahkan ada juga yang memutuskan untuk berhenti sekolah akibat tak tahan dengan ejekan-ejekan teman-temannya. Tak heran jika ada sebagian relawan yang menganggap operasi bibir sumbing ini sebagai upaya mengubah hidup manusia. “Jadi masalah kelainan bibir sumbing ini bukan semata-mata masalah bedah plastik saja, penampilan saja, tapi juga kejiwaan pasien. Karena akibat kekurangan yang dimilikinya itu mereka cenderung menutup diri,” ungkap dr. Danny.

foto  foto

Keterangan :

  • Melalui Baksos Kesehatan Tzu Chi di Manokwari inilah dr. Danny kemudian bisa bertemu dengan Desi Workrar, salah satu pasien yang sebelumnya tak pernah ia tahu dan kenal sama sekali (kiri).
  • Bagi dr. Danny yang seorang muslim, ia tidak merasa terkendala ataupun terbebani tatkala harus bergabung dalam kegiatan baksos kesehatan yang diadakan oleh yayasan dari berbagai agama yang berbeda-beda. (kanan).

Sebagai dokter yang aktif mengikuti baksos kesehatan, sudah banyak pasien-pasien yang ditangani olehnya, baik di Jakarta maupun kota-kota lainnya di Indonesia. Tak jarang apa yang dilakukan oleh dr. Danny begitu berkesan di hati pasien. Ada beragam cara yang dilakukan pasien untuk menyampaikan rasa terima kasihnya, mulai dari bertemu secara langsung maupun mengirimi surat. Dan rasa haru juga akan menyelimuti dr. Danny jika mengetahui kehidupan mantan pasien yang ditanganinya ini mengalami perubahan dalam hidupnya. “Dalam melakukan operasi itu sepertinya memberi kebahagiaan tersendiri, apalagi kalau keluarganya merasa senang dan beberapa tahun kemudian ketemu lagi, bisa melihat kehidupan mereka yang normal dan berkeluarga. Lebih senang lagi kalau mereka bisa memiliki prestasi yang baik, wah rasanya kita senang dan bangga sekali,” kata dr. Danny.

foto  foto

Keterangan :

  • Dalam baksos kesehatan ini berhasil ditangani 129 pasien bedah minor, 80 bedah mayor, 12 bibir sumbing, 136 katarak, 65 pterygium, dan 1 entropion (kiri).
  • Abner Workrar dan istrinya yang menggendong putri mereka seusai Desi menjalani operasi. Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-84 ini menjadi sebuah jalan bagi keluarga ini untuk mencapai kebahagiaan yang lebih lengkap (kanan).

Bagi dr. Danny, kebahagiaan yang terbesar baginya adalah ketika bisa menjadi manusia yang bermanfaat bagi banyak orang. “Kita diberikan satu kemampuan untuk menolong orang, dan ini menjadi tanggung jawab saya, ingin berbagi dengan sesama dengan kemampuan yang saya miliki,” tegasnya. Dokter yang murah senyum ini merasa sangat terbantu dengan adanya kegiatan-kegiatan bakti sosial kesehatan bagi masyarakat kurang mampu, khususnya yang diadakan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.”Saya diberi kesempatan untuk membantu, ini sangat membahagiakan, kalau nggak kan saya yang harus mencari-cari sendiri (pasiennya), itu juga belum tentu dapat. Jadi saya berterima kasih dah diberi kesempatan ini,” kata dr. Danny. Dan melalui Baksos Kesehatan Tzu Chi inilah ia kemudian bisa bertemu dengan Desi Workrar, salah satu pasien yang sebelumnya tak pernah ia tahu dan kenal sama sekali. Tentunya akan ada banyak Desi-Desi lain yang bisa tertangani dan disembuhkan, sehingga kehidupan dan masa depan mereka menjadi lebih gemilang. Dan ini tentunya sangat membutuhkan kerja sama dan kesungguhan hati di antara dokter, perawat, pasien, dan juga insan Tzu Chi.

Selesai.

  
 

Artikel Terkait

Baksos Kesehatan dan Sosialisasi Budaya Humanis

Baksos Kesehatan dan Sosialisasi Budaya Humanis

22 Juli 2018
Hari Sabtu, 21 Juli 2018 diadakan pemeriksaan kesehatan dan pengobatan bagi seniman bangunan (istilah untuk pekerja pembangunan Rumah Sakit Tzu Chi Indonesia) di Tzu Chi Center, PIK, Jakarta Utara. Kegiatan yang rutin diadakan satu bulan sekali ini diikuti oleh sekitar 150 orang peserta. Dalam kegiatan ini juga disosialisasikan tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan dengan cara menjaga kebersihan lingkungan, memilah dan mendaur ulang sampah.
Bacang Cinta Kasih untuk Gan En Hu

Bacang Cinta Kasih untuk Gan En Hu

01 Juli 2013 “Perbuatan baik yang dilakukan oleh banyak orang lebih besar daripada yang dilakukan oleh satu orang saja. Tak peduli sebesar apa sebuah lilin, cahayanya tetap terbatas. Namun bila sebuah lilin kecil dapat menyulut ratusan ribu lilin lainnya, cahaya mereka dapat bersinar kemana saja.”
Menjadi Aliran Jernih, Mencatat Sejarah Tzu Chi

Menjadi Aliran Jernih, Mencatat Sejarah Tzu Chi

21 November 2014

Zhen Shan Mei Camp ke-2 (15 - 16/11) bertemakan, “Di Dalam Keindahan Ada Aku, Anda, dan Dia” yang diselenggarakan di Aula Jing Si telah usai. Namun, semangat untuk mencatat sejarah Tzu Chi dan menjadi aliran jernih masih menyelimuti para peserta kamp. Bagaimana tidak? Dalam kamp ini dihadirkan trainertrainer yang sudah lama berkecimpung dalam perkembangan relawan Zhen Shan Mei di Taiwan. Sebut saja Lai Rui Ling, Dylan Yang, Zhang Yi Hong, Zhuang Hui Zhen, dan Xiao Hui Ru.

Giat menanam kebajikan akan menghapus malapetaka. Menyucikan hati sendiri akan mendatangkan keselamatan dan kesejahteraan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -