Baksos Pertama di Tebing Tinggi

Jurnalis : Relawan Tebing Tinggi, Fotografer : Relawan Tebing Tinggi
 
 

fotoBakti sosial kesehatan pertama di Tebing Tinggi ini merupakan wujud cinta kasih para relawan Tzu Chi kepada masyarakat setempat.

Perkembangan Tzu Chi di Tebing Tinggi setahun terakhir ini terus berkembang pesat dan menjadi satu-satunya Xie Li yang berada di luar kota Medan. Waktu yang harus ditempuh antara Tebing Tinggi dan Medan selama kurang lebih 2 jam, tidak menyurutkan semangat relawan Tebing Tinggi untuk belajar dari relawan-relawan Tzu Chi yang ada di Medan. Suatu ketika, muncul ide dari para relawan Tebing Tinggi untuk mengadakan bakti sosial kesehatan di sana dan langsung disambut baik oleh relawan Medan. Maka pada tanggal 25 Juli 2010, untuk kali pertama, Tzu Chi Medan mengadakan bakti sosial kesehatan di Tebing Tinggi yang bertempat di Perguruan Kharisma.

Seminggu sebelum dilaksanakan bakti sosial, 18 Juli 2010, dengan cuaca yang kurang mendukung relawan Tzu Chi Tebing Tinggi melakukan pembagian kupon kepada warga Tebing Tinggi yang kurang mampu dan memiliki permasalahan dengan kesehatannya. Satu hari sebelum hari “H”, 24 Juli 2010, pukul 18.00 WIB, di lokasi penyelenggaraan bakti sosial, para relawan Tzu Chi telah menyibukkan diri untuk mendirikan tenda–tenda, menyusun meja dan kursi serta mengatur segala sesuatu agar pelaksanaan bakti sosial kesehatan yang akan dilaksanakan keesokan harinya dapat berjalan lancar. Waktu telah menunjukkan pukul 22.30 WIB,  semua perlengkapan di lapangan sudah tertata dengan rapi, relawan pun kembali menuju ke rumahnya masing-masing. Pada Minggu pagi, 25 Juli 2010, para relawan Tzu Chi telah mulai datang secara bergelombang dan kembali memeriksa setiap bagian, apakah masih ada yang perlu dirapikan atau dilengkapi. Terlihat beberapa relawan memasang bendera Tzu Chi di sekitar area bakti sosial. 

Tepat pada pukul 07.30 WIB, Elli Tioe Shijie selaku koordinator untuk bakti sosial kesehatan ini mengadakan pengarahan kepada para relawan mengenai pembagian tugas. Selesai pengarahan, para relawan langsung menempati posisi tugas mereka masing–masing. Ada yang bertugas di meja pendaftaran untuk masing–masing poli mata, kulit dan THT, pengecekan kupon, pengantar pasien ke masing–masing poli dan menuju ke apotik, serta melayani berbagai kebutuhan pasien.

Mewujudkan Rasa Persaudaraan
Tepat pukul 09.00 WIB, rombongan dokter dari TIMA dan relawan dari beberapa Xie Li di Medan tiba di lokasi tersebut. Acara kemudian dibuka dengan kata sambutan dari Ketua Xie Li Tebing Tinggi Wardi Shixiong. Dalam kata sambutannya, Wardi Shixiong mengatakan bahwa bakti sosial kesehatan ini merupakan wujud cinta kasih para relawan Tzu Chi kepada masyarakat setempat. “Besar harapan kami bantuan ini dapat menjadi penyambung tali persaudaraan, mewujudkan persatuan dan kesatuan, meningkatkan rasa saling mengasihi sesama kita. Kami juga berharap agar hal ini akan menjadi katalisator bagi seluruh rakyat Indonesia untuk tetap selalu peduli antara satu sama lain, menjunjung tinggi rasa persaudaraan dan memupuk cinta kasih,” tambahnya. Dr. Mangaen Hasibuan, Sp. THT dalam kata sambutannya mengatakan bahwa TIMA telah melakukan kegiatan tersebut di berbagai daerah di Sumatera Utara. “Ini merupakan pertama kalinya kami hadir di Kota Tebing Tinggi. Semoga kehadiran kami dapat menyebarkan cinta kasih dan kepedulian kepada sesama manusia, dan bisa menginspirasi para medis di kota Tebing Tinggi untuk bergabung dalam TIMA,” demikian harapan Dr. Mangaen Hasibuan, Sp. THT.

foto  foto

Ket :   - "Besar harapan kami bantuan ini dapat menjadi penyambung tali persaudaraan, mewujudkan                   persatuan dan kesatuan, meningkatkan rasa saling mengasihi," harap para tim medis. (kiri)
              - Para relawan Tzu Chi dengan sepenuh hati dan sabar melayani para pasien. Mereka juga mengisi                  masa penantian para pasien dengan pertunjukan isyarat tangan.

Setelah acara kata sambutan selesai, acara baksos langsung dimulai. Di lokasi baksos, tampak ramai dipenuhi para pasien. Sejak pagi pukul 08.00, tampak para pasien mulai berdatangan dan para relawan dengan sabar mengarahkan para pasien ke masing–masing poli. Para relawan Tzu Chi dengan sepenuh hati dan sabar melayani para pasien. Relawan menuntun para pasien yang kurang penglihatannya ke meja pendaftaran dan membantu mereka untuk mendaftar, kemudian mengantar pasien ke tempat duduk mereka. Para pasien juga tampak dengan sabar menunggu giliran mereka untuk dipanggil masuk ke ruang pemeriksaan. Tampak juga beberapa relawan menghampiri pasien untuk memberi perhatian, memberikan air dan roti kepada para pasien. Martini, salah satu pasien di poli mata, merasa terharu atas perlakuan yanhg penuh kasih oleh para relawan Tu Chi. “Saya selama ini tidak pernah diperhatikan. Mungkin karena saya orang tidak mampu. Hanya Tuhan yang bisa membalas semua pahala kalian,” ujar Martini dengan berlinang air matanya. Sambil menunggu giliran, para pasien diperkenalkan tentang sejarah berdirinya Tzu Chi oleh relawan dan juga mengajak pasien untuk sering menonton DAAI TV karena DAAI TV merupakan sebuah media informasi yang menghantarkan cinta kasih ke seluruh pelosok daerah di Indonesia.

Dari Tayangan Televisi
Demikian yang dilakukan oleh salah satu relawan Utami Deni Shijie yang datang menghampiri dan menyapa pasien yang sedang menunggu. “Selamat siang, Pak. Boleh kami tahu nama bapak?” sapa Utami Deni Shijie kepada seorang bapak yang datang untuk menemani orang tuanya. “Ijul,” jawab bapak tersebut. “Bapak datang untuk memeriksakan mata ya?” tanya Utami Deni Shijie kepada Pak Ijul. “Gak. Saya menemani bapak saya ke sini”, jawab Ijul sambil tertawa. Utami Deni Shijie menanyakan apakah sebelumnya Ijul telah mengenal Yayasan Buddha Tzu Chi. Ijul mengatakan bahwa dia mengenal Yayasan Buddha Tzu Chi karena dia sering menonton DAAI TV. “Saya sering mendengarkan ceramah Master Cheng di DAAI TV dan juga dramanya,” jawab Ijul. “Master Cheng Yen, Pak,” Utami Deni Shijie meralat. “Saya sangat terkesan dengan ceramah Master tersebut dan pada pagi hari ini saya dapat melihat Tzu Chi secara langsung. Saya sangat terkesan dan terbantu dengan adanya baksos ini karena kami hanyalah rakyat kecil. Saya juga punya beberapa teman yang menjadi relawan hari ini,” jawabnya. Ijul mengatakan bahwa dia berminat dan lain kali berkeinginan untuk menjadi relawan.

foto  foto

Ket : - Relawan menuntun para pasien yang kurang penglihatannya ke meja pendaftaran dan membantu               mereka untuk mendaftar, kemudian mengantar pasien ke tempat duduk mereka. (kiri)
          - Martini terharu melihat relawan Tzu Chi dengan penuh kasih memberi perhatian kepadanya karena              selama ini tidak ada orang. (kanan)

Selama perbincangan tampak beberapa pasien menyimak dengan serius apa yang disampaikan oleh Utami Deni Shijie terutama tentang DAAI TV dan juga saat Utami Shijie menjelaskan awal berdirinya Tzu Chi yang dimulai dari 30 orang ibu rumah tangga dengan menyisihkan uang belanja mereka sebesar 50 sen ke dalam celengan bambu. “Dalam berbuat kebajikan bukan harus dengan biaya yang besar. Bapak Ibu bisa berbuat hal yang sama bila Bapak Ibu mempunyai niat untuk membantu yang lain. Hari ini Bapak Ibu memiliki jodoh yang baik dengan Tzu Chi dan harapan kami semoga setelah sembuh, Bapak Ibu bisa kembali membantu yang lain. Nanti di depan meja keluar disediakan celengan dan bagi Bapak Ibu yang berniat untuk ikut bersumbangsih bisa membawa celengan tersebut pulang. Terserah bapak ibu ingin memasukkan berapa ke dalamnya baik seratus atau lima ratus rupiah,” demikian penjelasan Utami Deni Shijie kepada pasien tentang celengan bambu.

Seorang pasien yang bernama Jamirah (36 tahun) yang mempunyai masalah dengan hidung selama 2 tahun mengatakan bahwa dia merasa sangat tersentuh dan terharu dengan kegiatan tersebut. “Saya sangat terharu karena saya bisa dibantu hari ini,” kata Jamirah. Saya sering menonton DAAI TV. Saya merasa luar biasa kagum dan juga menggerakkan hati saya untuk dapat ikut berpartisipasi di lain kesempatan karena sebelumnya saya juga telah berniat untuk menjadi relawan tetapi saya tidak tahu dimana letak Tzu Chi di Tebing Tinggi, demikian jawaban Jamirah saat ditanya apakah dirinya pernah mendengar tentang Yayasan Buddha Tzu Chi. Utami Deni Shijie kemudian menjelaskan kepada Jamirah tentang kegiatan–kegiatan yang telah dilakukan dan akan dilakukan di Tebing Tinggi dan meminta nomor telepon Jamirah agar bisa dihubungi di lain kesempatan Xie Li Tebing Tinggi melakukan kegiatan.

Jumlah pasien yang berhasil diobati pada bakti sosial kesehatan kali ini adalah 745 orang dengan jumlah pasien pada poli mata 454 pasien, THT 151 pasien, dan Kulit 140 pasien. Jumlah dokter yang ikut berpartisipasi dalam baksos tersebut berjumlah 29 dokter dari Medan dan 2 dokter dari Tebing Tinggi. Elli Tioe Shijie selaku koordinator dari bakti sosial kesehatan mengatakan bahwa bakti sosial kali ini dapat berjalan baik berkat bimbingan dan dukungan dari relawan Medan yang telah mempunyai banyak pengalaman karena di Tebing Tinggi ini merupakan baksos pertama yang diselenggarakan oleh Xie Li Tebing Tinggi. Di samping itu juga semangat dan kerja sama yang harmonis dari para relawan Tzu Chi Tebing Tinggi yang besar sangat memberi dukungan yang besar bagi Elli Tioe Shijie dalam menjalankan misi amal ini. Tidak lupa Elli Shijie menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar–besarnya kepada dokter TIMA yang telah rela meluangkan waktunya untuk ikut bersumbangsih dengan tulus dalam baksos tersebut.

  
 
 

Artikel Terkait

Workshop Fotografi Humanis 2013

Workshop Fotografi Humanis 2013

30 Oktober 2013 ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Liu Su Mei memberikan hadiah kepada para pemenang Lomba Foto Aula Jing Si pada Minggu, 27 Oktober 2013 lalu.
Pascabanjir Jakarta: 2.250 Paket Cinta Kasih

Pascabanjir Jakarta: 2.250 Paket Cinta Kasih

05 Februari 2013

Jika semua orang mau menebarkan cinta kasih, mungkin dunia ini akan terbebas dari bencana dan penuh kedamaian. Demikian yang di harapkan oleh Tzu Chi.

Waisak 2556: Semoga Dunia Bebas Bencana

Waisak 2556: Semoga Dunia Bebas Bencana

14 Mei 2012
Tzu Chi Surabaya menyelenggarakan perayaan Waisak, Hari Ibu Internasional dan Hari Tzu Chi Sedunia dengan khidmat pada hari Minggu, 13 Mei 2012, bertempat di Hall D Mangga Dua Centre Surabaya yang dihadiri oleh insan Tzu Chi, donatur, masyarakat umum, dan Gan En Hu (penerima bantuan) Tzu Chi.
Mampu melayani orang lain lebih beruntung daripada harus dilayani.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -