Harvey, dengan senyum manisnya, begitu senang ketika tiba di Rumah Sakit Pelamonia Makassar. Harvey sudah tak sabar ingin sembuh dari hernia.
Keinginan Harvey (14) untuk operasi hernia akhirnya terwujud di Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi ke-141, di Rumah Sakit Pelamonia Makassar, 20-21 Oktober 2023. Hernia merupakan benjolan yang muncul akibat keluarnya organ dalam tubuh melalui jaringan di sekitarnya yang melemah. Jika tak ditangani aliran darah akan tersumbat dan menimbulkan kematian jaringan.
Harvey sendiri menderita hernia sejak kecil. Hernia yang dialaminya kerap mengganggu aktivitasnya baik di sekolah maupun saat bermain. Padahal Harvey paling suka bermain sepak bola. Kalau sudah kambuh, alamak..
“Sakit terasa. Kalau kambuh itu susah gerak,” kata Harvey.
Meski sering kesakitan, Harvey jarang bercerita pada ibunya, Nelce. Sang ibu jelas tahu kalau Harvey memiliki hernia, namun ia tak menyadari jika hernia tersebut makin lama makin besar seiring bertambah usia Harvey. Sampai satu ketika, saat Harvey kelas 6, Harvey ingin sunat atau dikhitan. Dokter pun menyarankan agar Harvey operasi hernia dulu, baru dikhitan.
“Saya memang ada BPJS, tapi saya dengar dari teman-teman katanya BPJS bisa dipakai, tapi ada juga obat yang tak ditanggung. Makanya saya bilang aduh saya tidak ada kemampuan ke situ,” ujar Nelce. Alhasil keinginan Harvey untuk khitan pun tertunda sekitar dua tahun.
Hingga datanglah kabar baik, Nelce menerima informasi dari seorang teman adanya Baksos Kesehatan Tzu Chi di Rumah Sakit Pelamonia yang juga melayani operasi hernia.
“Ayo Dek kita ke sana saja dulu, kita coba. Tidak ada salahnya kita mencoba,” ajaknya pada sang anak. Ia pun mengantar Harvey mengikuti skrining pada 14 Oktober 2023. Harvey dinyatakan bisa mengikuti operasi pada 21 Oktober 2023.
“Puji Tuhan ada peluang untuk kami orang kecil, untuk bisa terlayani,” katanya tercekat. “Saya bilang ‘bersyukur kau dedek ada jalannya’.”
Harvey diantar perawat dan relawan Tzu Chi naik meja operasi.
Sehari jelang operasi, Harvey sudah tiba di Rumah Sakit Pelamonia untuk menginap. Sebelum operasi, ia mesti berpuasa selama 6-12 jam. Perhatian relawan Tzu Chi yang turut menemani keluarga pasien saat menunggu membuat Nelce sedikit lebih tenang, meski ia sendiri belum makan siang. Kata Nelce, makanan tak dapat tertelan karena ia sudah tak sabar menanti Harvey keluar dari kamar operasi.
Ketika pintu ruangan operasi terbuka, Suster Wenny memanggil namanya dengan membawa sebuah map. “Ibu Nelce, ada Ibu Nelce, ibu dari pasien Harvey?”
“Saya Dokter..” sahut Nelce yang mengira Suster Wenny seorang dokter.
“Anaknya minta disunat sekalian, apa boleh? Bagaimana? Apakah setuju?”
“Setuju dokter, memang anaknya sudah lama ingin sunat,” jelas Nelce.
Sungguh lega, operasi Harvey sukses, bahkan ia dapat bonus dikhitan yang sudah lama ia inginkan.
Suster Wenny tersenyum, sebuah kebetulan yang pas, pikirnya. Ia lalu menyodorkan sebuah formulir yang mesti ditandatangani Nelce. Tampak wajah Nelce senang, tak hanya operasi hernia, Harvey juga dapat bonus khitan. Setelah proses khitan selesai, para relawan Tzu Chi yang bertugas, mengantar Harvey ke ruang pemulihan. Air mata penuh syukur menetes di pipi Nelce.
“Semoga Yayasan Buddha Tzu Chi bisa jadi berkat. Bersyukur kami orang-orang kecil bisa terlayani, Puji Tuhan. Bisa terus berkembang pelayanannya, banyak orang-orang bisa terjangkau. Pelayanannya baik, tanpa pilih-pilih. Terima kasih banyak atas pelayanannya.” Ujar Nelce.
Hadiah yang Indah Bagi Zulfitra
Fitra jelang operasi, sedikit takut tapi ia senang akhirnya bisa operasi bibir sumbing.
Keinginan kuat untuk operasi juga datang dari remaja lainnya, Zulfitra (16). Saat ini ia duduk di bangku kelas 12 di SMA 19 Gowa. Sudah lama Fitra, panggilannya, ingin operasi bibir sumbing. Sebenarnya sumbing di bibir Fitra, tak begitu kentara. Jika diperhatikan dengan saksama, hanya terlihat seperti bekas luka vertikal dari bibir ke hidung, sangat tipis. Nada bicaranya pun tak terdengar sengau sama sekali.
“Saya ingin mendaftar ke Taruna Pelayaran di Barombong Makassar, (syaratnya) harus dirapikan dulu, kebetulan Om ku alumni di sana,” tutur Fitra menjelaskan alasannya.
Sosok paman yang merupakan pelaut hebat rupanya sangat menginspirasi Fitra. Kata Fitra, sang paman itu berhasil menaikkan derajat keluarga. Fitra pun ingin menjadi pelaut sukses yang bisa membuat kedua orang tuanya bangga. Namun biaya operasi belum dapat dijangkau oleh kedua orang tuanya. Kondisi ekonomi orang tua Fitra sebagai pembuat batu bata sangat pas-pasan.
Masih bengkak, Fitra tak banyak bicara, tapi ia lega sudah menjalani operasi.
Mungkin karena keinginan Fitra yang kuat untuk dapat membahagiakan orang tuanya di masa depan, kesempatan untuk operasi bibir sumbing tiba-tiba datang. Sang paman mengabarkan jika akan ada layanan operasi bibir sumbing di Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi yang akan segera digelar di Rumah Sakit Pelamonia. Rosmiati, sang ibu yang sangat menyayanginya dan selalu mendukungnya itu begitu bahagia, ia pun menemani Fitra mulai dari proses mendaftar, skrining, hingga operasi.
“Kepada Yayasan Buddha Tzu Chi, saya berterima kasih banyak. Ada ini saya bisa operasi. Ini adalah pengalaman tak terlupakan, kebetulan bulan ini ulang tahunku waktu tanggal 16. Saya kira ini hadiah terbesarku ini dioperasi,” kata Fitra.
Empati yang Tulus
Jelang operasi, tampak dr. Deny berbincang dengan tiga pasiennya, menjelaskan asal muasal benjolan dapat tumbuh di badan, seperti di punggung, tangan, juga leher.
Masih di ruangan kamar operasi bedah di mana Harvey dan Fitra menjalani operasi, ada hal yang sangat menarik. Jika biasanya kamar operasi bedah identik dengan suasana menegangkan, itu tak terjadi di kamar operasi Baksos Kesehatan Tzu Chi. Bagaimana tidak? jelang operasi maupun di sela-sela break singkat, seorang dokter biasa berbincang dan bercanda dengan pasien yang membuat pasien merasa tenang.
Tampak juga para perawat menggandeng tangan pasien seolah menggandeng anggota keluarganya sendiri. Keramahan relawan Tzu Chi yang bertugas membantu alur juga membuat para pasien lebih santai dan merasa sangat dihargai. Sebuah bahasa tubuh yang sederhana namun begitu bermakna bagi para pasien.
Suasana seperti ini juga yang salah satunya bikin dr. Deny Handayanto, Sp.B selalu berusaha untuk tidak absen di Baksos Kesehatan Tzu Chi. Dokter Deny telah menjadi anggota Tzu Chi International Medical Association (TIMA) Indonesia sejak tahun 2008. Tak terhitung sudah berapa kali baksos kesehatan Tzu Chi ia ikuti.
“Wajib buat saya (bakti sosial Tzu Chi), padahal operasi saya sebulan itu untuk satu rumah sakit itu sekitar 100 kali praktik, tapi kalau sudah Tzu Chi memanggil, saya datang,” ujar dokter yang berpraktik di tiga rumah sakit di Kota Bogor, Jawa Barat ini.
Kalau pasien kebagian ditangani dr. Deny, dijamin proses operasi akan berkesan. Ini karena dr. Deny adalah sosok yang ramah, murah senyum, dan senang bercerita.
Pasien cilik ini bahkan begitu santai jelang operasi hernia karena ditemani relawan yang baik hati.
Di Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi ke-141 kali ini, jelas sekali antusiasme para pasien untuk sembuh. Ini juga yang membuat dr. Deny begitu bahagia.
“Kemudian juga yang saya lihat dari sini, tidak ada rasa takut, tidak ada kekhawatiran ‘oh aku nanti ada pembayaran, akan ada tagihan’. Mereka itu ‘kapan dok saya dioperasi, sudah lama ini saya menunggu dok, mereka minta dipercepat, agar cepat sembuh. Antusias mereka datang jauh-jauh, ada yang enam jam untuk berobat dengan Tzu Chi. Mereka juga bertanya adakah tahun depan soalnya di kampung saya masih ada lagi dok, mereka bilang begitu,” pungkas Dokter Denny.
Para relawan Tzu Chi Makassar bergotong-royong menyiapkan segala keperluan untuk ruangan operasi bedah.
Pada Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi ke-141 ini, ada 14 pasien hernia, 13 pasien bibir sumbing, kemudian 31 pasien minor lokal dan di minor GA 26 pasien. Sementara pasien katarak berjumlah 110 pasien, lalu pasien pterygium 13 pasien.
Editor: Metta Wulandari