Baksos untuk Satu Keluarga
Jurnalis : Deliana Sanjaya, Fotografer : Cindy Kusuma, Deliana Sanjaya
|
| ||
Bangunan rumah susun dengan suasana abu-abu yang mencerminkan kesederhanaan berdiri berblok-blok tidak jauh dari pinggir laut. Pada tahun 2005, Sebanyak 400 keluarga nelayan yang tinggal di gubuk pinggir pantai dipindahkan ke tempat ini, Rusun Cinta Kasih Tzu Chi 2. Selasa, 27 November 2012, saya dan rekan saya berkesempatan meliput kegiatan bakti sosial kesehatan yang diadakan di Rusun Cinta Kasih Tzu Chi 2, Muara Angke. Hari itu adalah kali pertama saya datang mengunjungi Rusun Cinta Kasih 2, Muara Angke. Walaupun itu merupakan kunjungan pertama, namun perasaan saya dapatkan tidak jauh berbeda dengan Rusun Cinta Kasih 1 yang terletak di Cengkareng. Pada awalnya, saat diminta untuk meliput kegiatan itu, yang terlintas di pikiran saya hanyalah bakti sosial kesehatan biasa yang sering diadakan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi. Menelusuri jalan menuju tempat kegiatan bakti sosial kesehatan yang diadakan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi bekerjasama dengan Bhayangkari Metro Jaya memberikan pemandangan yang cukup asing bagi saya. Jalanan yang penuh dengan air berwarna hitam menutupi jalan menuju Rusun Cinta Kasih 2. Airnya sungguh hitam dan beraroma tidak sedap, padahal kami sudah menutup kaca jendela mobil dengan rapat namun aroma yang begitu menyengat masih tercium oleh kami.
Keterangan :
Tubuh Sehat Hati Senang Sekitar pukul 08.00 pagi kami tiba di Rusun Cinta Kasih 2, tampak umbul-umbul serta hiasan bernuansa merah jambu yang dipasang menghiasi balai warga yang mencerminkan Bhayangkari. Sesampainya di sana, sudah berdiri kokoh tenda kesehatan Yayasan Buddha Tzu Chi. Seperti baksos kesehatan lainnya, terdapat dua poli, yaitu poli umum dengan jumlah tenaga medis 9 orang dan poli gigi dengan 7 tenaga medis. Tenaga medis, perawat, apoteker pada baksos ini merupakan gabungan dari TIMA (Tzu Chi International Medical Association) dan kepolisian Metro Jaya. Koordinator tenaga medis, dr. I Sembiring menuturkan, “Harapan ke depannya, kita ingin membantu masyarakat-masyarakat yang kurang beruntung. Kita siap tenaga, kapanpun dikerahkan daerah-daerah seperti ini kita siap. Anggota tenaga medis, apoteker, kita siap membantu.” Ramai hangat suasana pagi itu. Para pasien berdatangan memenuhi tenda bakti sosial. Alur dimulai dari pendaftaran, lalu akan dipisahkan poli umum atau poli gigi. Hingga pukul 11.30 pasien poli umum berjumlah 373 pasien. Beberapa pasien mengeluh anaknya terkena penyakit kulit, gatal-gatal, dll. “Gatalnya sampai ke kepala. Kasian lihatnya,” ucap salah satu Ibu pasien sambil memperlihatkan kepala anaknya yang gatal. Hati rasanya terasa gatal melihat kepala anak itu, bukan gatal karena geli tetapi gatal karena membayangkan kalau saya yang gatal begitu pasti rasanya sangat tidak nyaman.
Keterangan :
Tidak hanya anak-anak, pasien dewasapun mengikuti baksos tersebut. Poli gigi dipenuhi oleh pemandangan anak-anak SD yang sekolah di sekitar Muara Angke. Sebanyak 99 pasien poli gigi datang bergantian. Kebanyakan pasien poli gigi adalah anak-anak, mereka diantar oleh ayah dan ibu mereka untuk diperiksa giginya. Sebagian besar berani dan menonton teman-teman mereka yang sedang dicabut atau ditambal giginya. “Tadi dicabut dan gak berasa sakit.” Ujar Saluah (6) kepada saya. Saluah juga menjelaskan penyebab giginya bolong adalah karena dia tidak rajin menyikat giginya, “Saya janji akan sikat gigi dengan rajin biar gak dicabut lagi,” ucap Saluah di akhir percakapan kami. Bayu (5), pasien poli gigi, juga menceritakan perasaannya setelah dicabut giginya, “Gak sakit dong!” jelas Bayu dengan penuh semangat. Ibu Hajah Soleha (47) juga ikut mengutarakan perasaannya selagi menunggu pengambilan obat, “Senang sekali rasanya, seandainya gak ada gratis gini kan tentu bayarnya mahal. Kalau di dokter umum kan ya sampai Rp 150.000,00/gigi, kalau ini kan gratis.” Tutur Ibu Soleha yang juga merupakan warga Rusun Muara Angke. Satu Keluarga Selain acara pemberian penghargaan, juga terdapat acara-acara hiburan seperti drama yang dibawakan oleh anak-anak Rusun Muara Angke, serta isyarat tangan Satu Keluarga yang dibawakan bersama oleh Ibu-ibu Bhayangkari, tenaga medis kepolisian, dan beberapa relawan Yayasan Buddha Tzu Chi. Pemandangan dan alunan yang sungguh indah melihat isyarat tangan tersebut. Semoga kerja sama dan jalinan jodoh yang baik ini terus berlanjut sehingga dapat menyebarkan cinta kasih lebih luas ke seluruh lapisan masyarakat. | |||
Artikel Terkait
Pengobatan untuk Opa dan Oma
19 Juli 2011Menanam dan Menerima Berkah
16 September 2015Sebanyak 90 relawan melakukan kunjungan kasih ke rumah para penerima bantuan Tzu Chi pada tanggal 13 September 2015. Sebelum terjun ke lokasi, relawan diberikan pengarahan tentang apa saja yang boleh dilakukan saat kunjungan kasih maupun yang tidak boleh dilakukan. Usai melakukan kunjungan kasih, relawan pun memberikan sharing pengalaman mereka.