Bakti Anak Terhadap Orang Tua
Jurnalis : Suyanti Samad (He Qi Pusat), Fotografer : Suyanti Samad (He Qi Pusat)
|
| ||
Masih dalam suasana bulan Mei, di minggu ketiga, pada tanggal 19, tahun 2013, He Qi Pusat mengajak semua anak asuh memberikan setangkai bunga mawar kepada mama dan papa, melihat lebih dekat muka mama dan papa yang mulai keriput, menyentuh tangan mama dan papa yang kasar, membasuh sepasang kaki mama dan papa yang sudah lemah, menyuguhkan secangkir teh cinta kasih, dan memeluk mama dan papa lebih dekat. Mama dan papa menangis terharu saat membaca isi hati anak yang terpendam, dan berharap anaknya bisa melakukan hal yang sama seperti di atas setiap hari padanya. Penyesalan Selalu Datang Terakhir Mama melahirkan kita sambil menangis kesakitan. Masihkah kita menyakitkannya ? Masih mampukah kita tertawa melihat penderitaannya? Mencaci makinya? Melawannya? Mengacuhkannya? Meninggalkannya? Mama tidak pernah mengeluh membersihkankan kotoran kita waktu masih kecil, memberikan ASI waktu kita bayi, mencuci celana kotor kita, menahan derita, menggendong kita sendirian. Di saat mamamu tidur, coba kamu lihat matanya dan bayangkan matanya takkan terbuka untuk selamanya. Tangannya tak dapat hapuskan air matamu dan tiada lagi nasihat yang sering kita abaikan. Bayangkan jika mamamu sudah tiada, apakah kamu cukup membahagiakannya? Apakah kamu pernah berpikir betapa besar pengorbanannya semenjak kamu berada di dalam perutnya… Sadarilah bahwa di dunia ini tidak ada satu orang pun yang mau mati demi Mama, tetapi mama justru satu-satunya orang yang bersedia mati untuk melahirkan kita. Mama bukan tempat penitipan cucunya di saat kita jalan-jalan, tetapi di saat mama sudah tua dan tak bertenaga, yang mama butuhkan sekarang adalah perhatian anak, datang dan hampiri dia, bertanyalah bagaimana kesehatannya saat ini dan dengarlah curhatnya, temani dia di saat dia membutuhkan kita. Dengan berbuat itu saja Mama sudah bahagia sekali dan melupakan semua hutang (budi) anak-anak kepadanya.
Keterangan :
Pesan di atas, disuguhkan dalam drama singkat yang berjudul ‘Segelas Susu Hangat’. Seorang anak yang menunda beberapa jam untuk membuatkan segelas susu hangat yang diminta mama di tengah malam saat diopname di rumah sakit. Sekarang ia sudah tidak mempunyai kesempatan memberikan cinta kasih dan kasih sayang pada mama tercintanya. Betapa ia ingin memutarbalikkan waktu supaya ia bisa membuatkan susu hangat pada mama, di saat mama memerlukannya. Tetapi…, menyesal di kemudian hari sudah tidak ada artinya lagi. Bukti Cinta Mama pada Anak “Ada dua hal yang tidak bisa ditunda di dunia ini, berbakti kepada orang tua dan berbuat kebajikan" Mama Kiau Jun (45 tahun), seorang diri mengasuh 2 anak perempuannya. Sejak suaminya meninggal dunia, mama pindah ke Wihara Eka Dharma Mulia, Kemayoran, Jakarta Pusat. Pada tahun 2008, mama pernah meminta bantuan Tzu Chi untuk biaya terapi bagian dalam atas tiroid. Saat itu dokter tidak berani melakukan, tetapi menyarankannya agar tidak mengonsumsi makanan laut. Mama memutuskan bervegetarian. Suatu hari ada seorang relawan menelepon menanyakan soal permohonan bantuan Tzu Chi atas penyakitnya. Mama meminta agar bantuan itu dialihkan ke biaya SPP atas pendidikan Jessi Vitria, anak pertama, kelas 1 SMK Farmasi, Sekolah Penabur, Pintu Air, Pasar Baru. Ia ingin melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah di jurusan farmasi, dengan masa kuliah yang tidak lama agar bisa segera meringankan biaya hidup mamanya. Anak keduanya, Winda (10 tahun), kelas 5 SD, menderita usus buntu sejak November 2012, dan telah menjalani operasi di RS Persahabatan, Rawamangun pada 1 Mei 2013. Biaya operasi ini lebih ringan dengan memakai Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM). Mama berencana meminta bantuan Tzu Chi untuk biaya obat itu yang tidak di-cover (ditanggung) dengan SKTM.
Keterangan :
Mama Masnun (40 tahun), warga RT04 RW10, E4/40 Pademangan Barat, Jakarta Utara memohon bantuan untuk biaya operasi payudara yang kedua. Bantuan ini tidak jadi diambil karena mama sudah mendapat Kartu Jakarta Sehat. Pada bulan Juli 2012, Masnun kembali memohon bantuan biaya SPP untuk anaknya, Keti Nadila (15 tahun), kelas 1 SMK Farmasi, Gatot Subroto Angkatan Darat. Teman-teman Keti menasehati lebih baik mengambil SMK Farmasi, yang lebih menjamin lulus dan mendapat pekerjaan, sehingga dapat menjadi tulang punggung keluarga. Setelah lulus SMK, Nila berencana mengambil pendidikan tinggi, tetapi mencari pengalaman adalah lebih prioritas agar ilmu yang diperoleh di bangku sekolah dapat dipraktikkan di lapangan kerja. Keti berharap agar Yayasan Buddha Tzu Chi lebih selektif dalam memberikan bantuan. Berharap orang yang mampu, jangan memiliki hati serakah, tangan selalu di bawah meminta bantuan, bukan memberi bantuan. Acara Gan En Hu ini dibagi dalam dua sesi. Sesi pagi jam 09.00 WIB khusus anak asuh dari Xie Lie Jakarta Pusat, ada 15 anak mengungkapkan rasa bakti pada orang tua. Sesi siang pukul 13.30 WIB untuk anak asuh dari Xie Lie Sunter dan Pademangan ada 12 anak menunjukkan cintanya pada mama dan papa. Acara ini berjalan lancar berkat bantuan 55 relawan dan 75 calon pemohon bantuan. | |||
Artikel Terkait
Terus Memperhatikan Para Gan En Hu Melewati Masa Pandemi
18 Agustus 2020Pemberkahan Awal Tahun 2021: Sebuah Pengakuan dan Kepercayaan dari Masyarakat dan Pemerintah
21 Februari 2021Pemberkahan Awal Tahun 2021 digelar dalam suasana yang sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, yang mana kali ini berlangsung secara virtual. Lebih dari 1.150 relawan Tzu Chi dari Aceh hingga Papua mengikuti Pemberkahan Awal Tahun melalui berbagai media sosial seperti facebook, instagram, youtube, dan aplikasi Zoom.