Bakti Kepada Orang Tua
Jurnalis : Virny Arpriliyanty (He Qi Barat), Fotografer : Halim Ong (He Qi Barat)
|
| ||
Sebuah judul menarik yang diangkat menjadi tema bedah buku Xie li (area) Cengkareng Barat pada hari Rabu, 1 Mei 2013 pukul 18.30 WIB. Tema tersebut adalah “Bakti Kepada Orang Tua”. Tema ini dipilih dalam rangka menyambut Hari Ibu Internasional yang jatuh pada bulan Mei. Kumuda Yap Shixiong mendapat ladang berkah sebagai pembicara pada kesempatan kali ini. Total ada 34 relawan yang hadir di rumah Tjioe Sanny Shijie di kawasan Perumahan Taman Surya 5 Blok HH 1 no 19, yang merupakan lokasi acara bedah buku kali ini. Kita semua pasti pernah merasakan kehangatan cinta dan kasih orang tua dari dalam kandungan sampai waktu yang tak terbatas. Ibu bagaikan bumi yang menopang dan ayah bagaikan langit yang menyelimuti. Ibu memberikan kehangatan dan rasa nyaman, saat ayah juga memberikan perlindungan dan rasa aman, anak-anak tumbuh dengan stabil dan nyaman. Orang tua rela mengorbankan semua hal yang mereka miliki demi kebahagiaan anak. Orang tua juga membekali diri mereka dengan seribu pintu maaf. Karena sebesar apapun kesalahan yang dibuat anak, pintu maaf orang tua selalu terbuka dan tersedia. Namun semua pengorbanan yang dilakukan orang tua, tak sontak membuat mereka dipandang sebagai malaikat. Justru banyak hal yang dikeluhkan anak tentang orang tuanya, seperti, orang tua terlalu protektif, orang terlalu suka mengatur, orang tua kadang berbuat kesalahan, orang tua saya selalu berpikiran kolot, atau bahkan malu dengan fisik orang tua. Namun setiap anak harus ingat bahwa, ayah dan ibunya mungkin tak sempurna, tapi kasih sayang mereka sempurna. Anak pun juga bukan orang yang sempurna. Karena itu amat disayangkan ketika ketidaksempurnaan dijadikan sebuah dasar bagi anak untuk tidak menghargai dan menghormati orang tuanya. Saat ego anak tinggi, anak sering merendahkan orang tuanya. Tapi lagi-lagi kita bisa melihat bagaimana orang tua hampir tidak pernah merendahkan anaknya. Mereka selalu berlomba-lomba menceritakan kebaikan anak mereka. Ada sebuah pepatah yang mengatakan bahwa “Orang tua umur seratus tahun, masih akan memikirkan anak mereka yang berusia 80 tahun.” Hal ini mengibaratkan bahwa perhatian orang tua tidak berhenti sampai kapanpun, bahkan sampai mereka lanjut usia.
Keterangan :
Ketika kita sebagai anak telah berumah tangga, orang tua sering kali diabaikan dan tidak dihargai. Padahal inilah saat terbaik bagi kita untuk berbakti dan membalas jasa orang tua. Anak yang sudah menjadi orang tua harusnya bisa merasakan bagaimana perjuangan ibu dan ayah mereka dalam membesarkan mereka. Orang tua tak butuh materi berlimpah, yang mereka butuhkan hanyalah perhatian dan kasih sayang. Ajaklah orang tua bicara dan selalu berada di sisi mereka saat mereka membutuhkan kita. Beberapa hal ini saja jika dilakukan sudah sangat membahagiakan orang tua kita. Ingatlah bahwa kebahagiaan terindah akan terlihat pada keluarga yang menghargai orang tuanya bukan dengan materi melainkan dengan perhatian dan kasih sayang. Dikala kita berbakti kepada orang tua, kita secara tidak langsung juga mengajarkan kepada anak kita untuk berbakti kepada kita. Anak akan meniru dan meneladani perilaku orang tuanya kepada kakek dan nenek mereka. Ketika kita memperlakukan orang tua dengan tidak baik, maka bukan tidak mungkin anak kita akan melakukan hal yang sama kepada kita nantinya. Ingatlah bahwa bakti diajarkan dan diwariskan dengan memberi contoh teladan. Ceritakanlah selalu kebaikan dari orang tua kita kepada anak-anak kita, sehingga nantinya anak akan tumbuh dengan sebuah gambaran bahwa kakek, nenek, ayah dan ibunya adalah pahlawan bagi keluarga mereka. Ketika orang tua berajak lanjut usia, saat itulah kita sebagai anak harus makin mengerti orang tua kita. Jangan tambahkan beban pikiran mereka dengan berbagai masalah yang kita miliki. Ceritakan hal positif, karena dengan demikian orang tua akan melewati hari-hari mereka dengan kedamaian dan kebahagiaan. Seorang anak yang masih memiliki orang tua juga harus sangat bersyukur. Mengapa ? Karena itu berarti mereka masih memiliki ladang berkah yang masih bisa digarap. Dimana jika ladang berkah itu ditanam dengan sepenuh hati, maka akan mendatangkan berkah yang luar biasa. Semua jasa yang telah orang tua kita lakukan tidak akan pernah sanggup untuk kita balas. Mengapa ? karena kasih mereka diberikan tanpa pamrih. Anak yang berbakti akan membalas jasa orang tua mereka dengan menunjukan jalan terbaik bagi orang tuanya. Dalam berkegiatan di Tzu Chi kita juga bisa mengajak orang tua kita untuk ikut bersumbangsih dan berbuat kebajikan. Seperti dengan mengajak mereka menjadi donatur, melibatkan mereka dalam berbagai kegiatan Tzu Chi, atau bahkan mengajak mereka menjadi relawan Tzu Chi. Kita juga harus meyakinkan mereka bahwa jalan yang kita ambil di Tzu Chi adalah jalan yang baik dan benar, sehingga mereka akan merasa yakin dan tidak khawatir dengan langkah kita di jalan Tzu Chi. Di Tzu Chi kita selalu dihimbau untuk menghormati orang tua. Dalam 10 Tzu Chi, Sila ke 8 misalnya berbunyi, “Menghormati orang tua dan menjaga sikap dalam berbicara dan berperilaku”. Dengan demikian, ketika relawan membaca 10 sila Tzu Chi, mereka juga telah berikrar untuk menghormati orang tua mereka. Ada pula kata perenungan Master Cheng Yeng yang berbunyi demikian “Ada dua hal yang tidak bisa ditunda yaitu berbakti kepada orang tua dan berbuat kebajikan.” Mengapa berbakti dulu baru berbuat kebajikan? Karena bagaimana kita bisa berbuat kebajikan bagi orang lain tanpa lebih dulu berbakti kepada orang tua. Hal tersebut sama saja dengan kita keluar untuk membereskan rumah orang lain, tapi rumah kita sendiri berantakan tak terawat. Master Ceng Yen selalu mengimbau kita untuk menghormati orang tua kita masing-masing. Memberi perhatian, cinta, dan kasih sayang yang tulus menjadi sebuah hadiah tak ternilai bagi setiap cucuran cinta yang telah orang tua berikan kepada kita. | |||
Artikel Terkait
Menciptakan Berkah, Seperti Apa?
11 April 2018Berbahagia Mengambil Tanggung Jawab
05 Juli 2018"Saya Harus Sembuh, Saya Harus Kuat"
03 Juli 2020Wati Wahyuti (56), seorang ibu rumah tangga penderita kanker serviks asal Tanjung Balai Karimun menjalani pengobatan di RS Kanker Dharmais. Selama di Jakarta, Wati yang didampingi putranya tinggal di Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi. Tzu Chi juga menyediakan kebutuhan sehari-hari dan transportasi untuknya. Telah 6 bulan lamanya ia berada di Jakarta dan menjalani terapi sinar, didampingi anak bungsunya, Chandra.