Bakti Sosial Kesehatan di Seruyan
Jurnalis : Nadya Iva Nurdiani (Tzu Chi Perwakilan Sinar Mas), Fotografer : Nadya Iva Nurdiani, Ikhsan, drg. Felix.N (Tzu Chi Perwakilan Sinarmas) Sabtu, 14 April 2012, para relawan Tzu Chi perwakilan Sinar Mas melaksanakan kegiatan bakti sosial kesehatan umum dan gigi di Desa Rungau, Kecamatan Danau Seluluk, Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah. |
| ||
Kabupaten Seruyan tempat bakti sosial dilaksanakan harus ditempuh dengan perjalanan darat selama 3 jam dari Pangkalan Bun dan 8 Jam dari Palangkaraya. Walaupun menempuh perjalanan panjang dan melelahkan, hal tersebut tidak memadamkan semangat para relawan tim medis dari TIMA. Selain TIMA, pada saat kegiatan juga bergabung tim medis dari Perkebunan Sinar Mas dan Puskesmas setempat. Untuk poli umum terdapat 13 dokter umum dan 17 perawat umum. Poli gigi ada 9 dokter gigi yang terdapat spesialis ortodonti dan spesialis bedah mulut dan 2 perawat gigi serta terdapat 4 apoteker dan asisten apoteker. Hadir dalam kegiatan tersebut adalah Camat Danau Seluluk Bapak Saifudin Juhri di mana begitu antusias dengan kegiatan ini. Didampingi oleh Hendra O Mapasa Shixiong, ia berkeliling untuk melihat pemeriksaan kesehatan umum dan gigi dan sangat terkesan dengan kecekatan dan keramahan para relawan Tzu Chi. Ia juga menyampaikan bahwa ada beberapa warganya yang menderita bibir sumbing dan melalui baksos ini, kasus tersebut akan ditindaklanjuti oleh relawan Tzu Chi. Pasien Marsi dari Desa Sebabi merasa tertolong dengan kegiatan ini karena sejak lama beliau menderita sakit gigi. Setelah diperiksa oleh dokter, ada giginya yang sudah rusak parah dan harus tindakan cabut. Walaupun awalnya takut dengan dokter dan instrumen gigi di poli, namun beliau akhirnya merasa nyaman dan percaya untuk dilakukan tindakan pencabutan gigi. “Saya bingung di sini orang kok baik-baik sekali datangi saya ke rumah, mengantar ke sini karena sudah lama sekali saya menderita gara-gara gigi ini. Tadi sempat takut, tapi akhirnya saya berani dan percaya sama bu dokter,” katanya dengan mantap sambil memegang kantung obat di tangan kanannya.
Keterangan :
Siang hari dilakukan kunjungan ke pasien ke Desa Sebabi yang terletak di seberang Sungai Seruyan, karenanya tim medis yang terdiri dari drg. Linda Verniati Sp.Ort, dr. Hendrawati E. Yapadita, dan dr. Mahendra, perawat Ester Maria serta 4 relawan Tzu Chi Sinar Mas harus menggunakan klotok (perahu motor). Salah satu pasien yang kami kunjungi adalah Bapak Teguh yang berusia 41 tahun. Sejak 2005 beliau mengalami kelumpuhan, dengan seksama para dokter memeriksa dan menanyakan riwayat sakit. Agak sulit untuk mengingat kembali awal mula kelumpuhan, segala macam hipotesa dikemukakan namun terasa ada yang janggal. Tak lama, pasien ingat sekitar tahun 2003an beliau pernah tertimpa balok kayu di area leher dan punggung . Namun karena hanya memar maka tidak dilakukan pengobatan lebih lanjut hanya dengan pemakaian obat gosok, setelah itu pun beliau tetap bekerja mengangkut barang di pasar dengan beban yang lumayan berat. Lalu secara perlahan tidak dapat menggendong anak dan kemudian lumpuh. Diperkirakan ada saraf yang terputus akibat trauma. Kini pasien hanya dapat tertidur, dokter menganjurkan untuk pemberian kursi roda agar pasien dapat merasakan hangatnya sinar matahari dan udara bersih di luar rumah. Walaupun lumpuh, semangat hidup di mata pasien masih menyala karenanya tidak boleh berputus asa dengan tertidur terus di kamar yang gelap. Oleh drg. Linda juga disampaikan bahwa keluarga juga harus dapat memberikan semangat dan motivasi bagi pasien. Pastilah akan ada jalan keluar sebab manusia di dunia ini tidak ada yang tidak berguna asal mau berusaha. Tidak peduli seberapa jauh jalan yang harus ditempuh dan selalu berusaha sebaik mungkin mencapai tujuan dengan kemampuan yang dimiliki. Lain lagi dengan pasien terakhir yang kami kunjungi yakni Bapak Hasan, beliau mengalami stroke beberapa bulan lalu. Ketika diperiksa oleh dr. Mahendra dengan memijit bagian telapak kakinya ternyata masih ada reaksi kejutan ke bagian atas kaki dan pangkal paha. Tangan pun masih bisa digerakkan walau sedikit. Kondisi ini masih bisa diperbaiki walaupun tidak menjadi normal seperti sedia kala dengan rutin melakukan pijatan di bagian telapak kaki setiap hari. Kaki pasien pun harus digerakkan dan mencoba untuk terapi jalan perlahan-lahan agar otot tidak mengecil. Terapi ini harus dilakukan dengan dukungan keluarga sebagai orang-orang terdekat di rumahnya. Dokter Mahendra mengajarkan cara memijat dan menggerakkan kaki kepada istri pasien. Pada mulanya istri pasien takut untuk menyentuh kaki, namun setelah diberikan arahan akhirnya beliau berani untuk memijat bahkan tampak motorik suaminya bereaksi walaupun sedikit. Canda dan tawa mengiringi kunjungan pasien saat itu, tampak pasien begitu bahagia dengan perhatian yang diberikan para relawan yang menyempatkan diri untuk berkunjung ke rumahnya. Penyuluhan Kesehatan di Sekolah Antusiasme siswa siswi SMP Semilar terlihat dari keseriusan mereka menyimak penjelasan dari dokter Andreas. Materi yang disampaikannya pun menarik seputar kesehatan organ intim manusia di mana dalam kesehariannya hal tersebut masih tabu dibicarakan padahal pendidikan seks usia dini sangatlah penting mengingat semakin tingginya tingkat aborsi dan kehamilan di luar pernikahan serta penularan penyakit seksual di kalangan pelajar. Selain itu, penyuluhan ini juga mengingatkan kepada para siswa siswi untuk lebih menghargai, menyayangi dan menghormati diri sendiri dengan tidak melakukan hubungan intim selain dengan suami atau istrinya kelak.
Keterangan :
Keceriaan juga tampak di mata anak-anak SD Eka Tjipta Semilar ketika drg. Linda mengajarkan bagaimana cara merawat kesehatan gigi. Hal-hal yang biasa dilakukan setiap hari namun luput dari perhatian betapa pentingnya merawat diri sebelum jatuh sakit. Di akhir kegiatan, terdapat 684 pasien kesehatan umum dan 148 pasien gigi dengan 53 kasus rujukan yang akan ditindaklanjuti menjadi pasien kasus bagi relawan tzu chi di perkebunan Kalimantan Tengah. Rasa syukur yang mendalam disampaikan para relawan ketika sesi sharing pada saat penutupan baksos, bahwa melalui kegiatan Tzu Chi kita melatih diri untuk menjadi lebih baik. Hendra Shixiong mengatakan, “Selama ini kita sibuk dengan aktivitas kita, namun hari ini semua tampak berebut untuk saling membantu. Biasanya dalam keseharian kita bekerja dengan instruksi yang keras, tapi kali ini begitu ada yang butuh langsung siap membantu tanpa ada instruksi. Dilakukan dengan senyum dan ikhlas, mungkin hal ini yang bisa kita terapkan nantinya di tempat kerja maupun dalam kehidupan sehari-hari.” Supriyadi Shixiong juga menyampaikan, ”Hari ini saya begitu takjub dengan banyaknya senyuman di sekitar kita. Biasanya kita bekerja harus marah dan galak baru bisa jalan tapi hari ini semuanya bisa berjalan baik dengan senyum. Semoga hal ini tidak kita lupakan untuk diterapkan di luar kegiatan baksos ini.” Pernyataan tersebut disambut dengan tawa dan senyum semua relawan yang berjumlah 200 relawan dari 13 perkebunan di Region Kalimantan Tengah 2 dan 3. Komitmen para relawan tersebut juga terlihat dari jumlah donatur yang terkumpul sebanyak 13.000 donatur sepanjang tahun 2011 kemarin dan akan terus bertambah di tahun 2012 ini. Seperti yang didharmakan oleh Master Cheng Yen, “Lahan batin manusia bagaikan sepetak sawah, bila tidak ditanami dengan bibit yang baik, tidak akan bisa menuai hasil yang baik”. Rangkaian kegiatan bakti sosial ini diakhiri dengan pemotongan tumpeng dalam rangka HUT Yayasan Buddha Tzu Chi ke-46 tahun sekaligus hari lahir dari pendirinya, Master Cheng Yen. Dengan penuh rasa syukur pemotongan tumpeng tersebut dilakukan oleh para relawan. | |||