Tan Surianto, seorang relawan Tzu Chi mengajak ngobrol seorang pasien agar merasa lebih santai.
Lebih dari sepekan Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi ke-131 di Kota Palu telah berlalu, namun ungkapan sukacita para pasien dan keluarganya terus mengalir dan sampai ke ponsel beberapa tim relawan Tzu Chi. Barangkali itulah gambaran bagaimana masyarakat Palu dan sekitarnya merasa sangat terbantu dengan pengobatan katarak dan hernia tersebut.
Namun sukacita dan kebahagiaan juga sangat dirasakan semua relawan Tzu Chi dan relawan Tim Medis Tzu Chi. Senyuman pasien dan keluarganya, genggaman tangan, bahkan ajakan mereka untuk mampir ke rumah meluruhkan rasa capek para relawan kala menjalankan tugas hingga petang.
Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi ke-131 di Palu ini bermula dari permintaan Kapolda Sulawesi Tengah Irjen Pol Drs. Rudy Sufahriadi yang ia sampaikan kepada Ricky Budiman, relawan Tim Tanggap Darurat (TTD) Tzu Chi saat serah terima pengelolaan Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi di Perumahan Cinta Kasih Tadulako kepada Polda Sulawesi Tengah. Acara serah terima ini berlangsung di Kantor Kemenko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI di Jakarta, 19 Mei 2022.
“Bisa enggak Pak Ricky tahun depan kita adakan baksos,” ujar Kapolda Sulawesi Tengah saat itu. Kapolda mengusulkan agar baksos kesehatan tersebut digelar jelang Hari Bhayangkara Polri.
“Saya bilang, ‘Pak Kapolda kalau kita berjodoh dan wabah Covid-19 ini berlalu, dari kami pasti akan laksanakan baksos’,” jawab Ricky Budiman.
Kapolda Sulawesi Tengah Irjen Pol Drs. Rudy Sufahriadi berbincang santai dengan Ricky Budiman, dan relawan lainnya.
Seolah alam pun merestui niat mulia ini, tak lama pemerintah mengumumkan kelonggaran pemakaian masker sebagai penyesuaian atas menurunnya penularan wabah Covid-19 di Indonesia. Baik Kapolda Sulawesi Tengah, juga Ketua TIMA Indonesia, Dokter Ruth yang sebelumnya telah mendapat laporan dari Ricky kembali menanyakan pada Ricky kelanjutan rencana baksos kesehatan tersebut.
“Waktu itu Dokter Ruth bilang, ‘Shixiong bagaimana? Ok Go Ahead (maju)?’ Go Ahead saya bilang,” jawab Ricky mantap.
Rencana bakti sosial ini tentunya juga atas restu Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Liu Su Mei. Persiapan bakti sosial ini hanya berlangsung selama 1,5 bulan. Ricky Budiman menjadi koordinator keseluruhan dari bakti sosial ini. Baik proses screening maupun bakti sosial, berjalan lancar tanpa kendala berarti.
“Terima kasih kepada Yayasan Buddha Tzu Chi, tetap Pak (Ricky Budiman), masih panjang kita kegiatan-kegiatan, sambung-menyambung. Semoga Yayasan Buddha Tzu Chi terus bekerja sama dengan Polda Sulawesi Tengah yang bermanfaat buat masyarakat di Sulawesi Tengah,” ujar Kapolda Sulawesi Tengah saat bertemu lagi dengan Ricky Budiman di Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi ke-131.
Sebagai Sarana Meningkatkan Kapasitas
Puspawati mendampingi dua relawan lainnya yang bertugas di ruang makan para dokter dan perawat.
Sementara itu apapun kegiatan Tzu Chi merupakan sarana pelatihan diri bagi para relawan. Pada baksos kesehatan ini Ricky Budiman sembari membimbing para relawan yang lebih muda untuk menjadi koordinator-koordinator.
“Supaya ke depan semua relawan bisa menjadi PIC Utama. Jangan saya sendiri yang bisa tapi relawan lain enggak bisa. Kalau mau belajar, semua relawan pasti bisa. Hanya perlu keberanian dan kepercayaan diri. Jangan menganggap bahwa kita tidak bisa,” tegasnya.
Sebagai contoh, Sudarman Koh, relawan Tzu Chi, kali ini sebagai penanggung jawab utama dalam hal transportasi dan akomodasi para relawan serta tim medis.
“Karena banyaknya relawan dari Jakarta dan Makassar maka harus dipastikan transportasi dan akomodasi berjalan lancar. Ada beberapa kendala tapi pada akhirnya berjalan lancar. Saya sangat bahagia bisa menjalankan misi pengobatan di Palu ini,” kata Sudarman Koh.
Demikian juga Puspawati, yang menjadi koordinator bidang kerelawanan.
“Kami relawan semuanya datang dengan sukarela bersumbangsih. Tapi saya sebagai pendamping relawan juga harus membuat mereka sukacita. Jangan sampai mereka merasakan sesudah bersumbangsih pun ada tidak sreg-nya. Kalau mereka semua merasa sukacita, saya pun sukacita,” terangnya.
Tugas Puspa menuntut kesabaran ekstra. Namun Puspa menikmatinya, kalau ada kekurangan, artinya ia mendapat pelajaran berharga.
Seorang relawan Tzu Chi dari Makassar yang selalu sigap membantu pasien keluar dari ruang operasi mata.
Pun dengan hadirnya 16 relawan Tzu Chi dari Makassar yang tak hanya bersumbangsih, di sini mereka sembari menimba ilmu. Ada yang bertugas di pendaftaran, ada yang di ruang operasi, ada yang di bagian cuci kaki, hampir semua bagian.
“Sehingga kami dapat belajar untuk nanti apabila kami mengadakan baksos besar. Jadi kami nanti tidak terlalu sulit lagi karena sudah ada gambarannya,” kata Fuady, relawan Tzu Chi Makassar.
Sajian yang Dimasak dengan Penuh Cinta
Tim konsumsi dari relawan Tzu Chi dan Vihara Karuna Dipa memasak dengan penuh cinta.
Selama menjalankan tugas di Kota Palu, para relawan maupun tim medis disuguhi menu makanan istimewa yang diracik dari tangan ajaib tim relawan konsumsi yang dikomandoi Wen Ing, relawan Tzu Chi dari Jakarta. Dapur Vihara Karuna Dipa selalu mengepul sebagai tempat memasak makan siang dan makan malam para relawan dan tim medis, serta makan siang para pasien bakti sosial.
Selain dibantu tim relawan Tzu Chi lainnya, tim dari Vihara Karuna Dipa juga begitu tulus membantu mulai dari belanja, memasak, hingga makanan terhidang. Kekompakan mereka kala memasak, tak pernah gagal menggoyang lidah. Masakan vegetarian yang dihidangkan selalu lezat, sehat, dan selalu bikin nambah.
Pagi-pagi sekali, Wen Ing telah tiba di pasar untuk belanja sayur.
Mengapa perlu ada tim relawan konsumsi? selain dapat berhemat, juga menjamin kebersihan makanan para relawan dan tim medis. Yang tak kalah penting juga menciptakan kebersamaan dan menggalang hati masyarakat sekitar. Pada baksos kesehatan hari pertama, makan siang yang Wen Ing dan tim dari Vihara Karuna Dipa masak lebih dari 200 porsi, sementara di hari kedua lebih dari 400 porsi.
“Saya sendiri merasa gembira, merasa senang. Capek tapi kalau yang makan merasa puas, kami juga merasa puas, capeknya hilang. Dan tugas ini kan sudah panggilan hati,” pungkas Wen Ing, relawan yang sangat rendah hati ini. Wen Ing menjalankan tugasnya sejak tangggal 17- 26 Juni 2022.
Tentang Rasa Haru
Suster Wenny memberikan edukasi kepada para keluarga pasien tentang tata cara membersihkan mata pascaoperasi.
Pada Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi ke-131 ini banyak sekali sisi-sisi yang mengharukan. Antara lain banyak para pasien yang setelah tahapan buka perban mata, tak serta merta pulang. Akan tetapi menghampiri para relawan untuk menghaturkan terima kasih. Seperti pengalaman dari Suster Weny Yunita.
“Saya bertemu dengan seorang pasien, dia bilang, ‘mata saya yang dioperasi lebih terang daripada mata saya yang tidak dioperasi. Tuhan sangat baik sama saya, diberikan jodoh dengan Yayasan Buddha Tzu Chi’. Melihat istrinya sampai menangis tadi, saya merasa itu pasti suatu sukacita yang sangat mendalam,” cerita Suster Weny.
Di ruang operasi mata, Aulia dari tim farmasi TIMA Indonesia bersama rekannya Rifa begitu cekatan menyiapkan Bahan Habis Pakai (BHP) operasi. Ketika dokter atau perawat membutuhkan obat tertentu, keduanya sigap memberikan.
Rasa haru juga dirasakan Aulia dari tim farmasi TIMA Indonesia. “Terharu kalau post off. Yang tadinya pasien tak bisa melihat dan saat buka perban mata dan dicek hasil operasinya itu sampai pada terharu. Banyak pasien bilang,” makasih ya, Neng, makasi ya suster, nenek jadi bisa melihat,” ungkap Aulia.
Jika Puspawati mendampingi para relawan, drg. Anggita Vica, bertugas mendampingi para dokter mata dan perawat mata, serta memperhatikan kebutuhan mereka sehingga dapat menjalankan tugas dengan nyaman. Pada bakti sosial kali ini para dokter mata menemukan beberapa tantangan.
“Ternyata memang pasiennya banyak case yang susah-susah. Nggak case yang seperti biasanya. Jadi dalam satu bola mata saja bisa beberapa case. Ada juga katarak yang benar-benar terlalu terlambat untuk ditangani,” kata dokter Vica.
Dokter Vica menggandeng seorang pasien mata yang hendak lepas perban operasi.
Para dokter pun merasa sangat bersyukur dan bahagia dapat membantu masyarakat terbebas dari penyakit mata dalam tanda petik rumit tersebut.
“TIMA (tim medis Tzu Chi) sudah membuka jalan, jadi ke depannya semoga ada lagi kegiatan seperti ini. Karena memang di sini kan banyak sekali pulau-pulau yang jauh yang tidak bisa terjangkau,” ungkap dokter Vica.
Editor: Hadi Pranoto