Sejak pertengahan Juli, relawan Tzu Chi Tanjung Balai Karimun dan Tanjung Batu sudah menyebarkan informasi baksos dengan membagikan brosur dan memasang spanduk di beberapa titik strategis.
Secara keseluruhan wilayah Kepulauan Riau terdiri dari 5 kabupaten dan 2 kota, 52 kecamatan serta 299 kelurahan/desa dengan jumlah 2.408 pulau besar. Dari sekian banyak pulau, tidak semuanya memiliki fasilitas pelayanan kesehatan yang mumpuni untuk melakukan sebuah operasi besar (Mayor) atau operasi kecil (Minor) yang membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai.
Tanjung Balai Karimun (Kabupaten Karimun) dan Tanjung Batu (Kecamatan Kundur) adalah dua pulau yang mengikuti Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi ke-134 yang diadakan Tzu Chi Batam. Bakti Sosial Kesehatan (Baksos) ini memberikan layanan kesehatan berupa operasi Katarak, Hernia, Benjolan dan Bibir Sumbing kepada masyarakat di Kepulauan Riau.
Mulai pertengahan Juli, relawan Tzu Chi sudah mulai menyebarkan informasi baksos dengan mengunggah di media sosial, membagikan brosur dan memasang spanduk di beberapa titik yang strategis. Berselang dua bulan kemudian, pada 16-17 September 2022, relawan Tzu Chi Tanjung Batu bekerjasama dengan UPT Puskesmas Tanjung Batu mengadakan screening tahap awal untuk memastikan kesehatan para pasien apakah sudah sesuai ketentuan untuk mengikuti screening tahap akhir di Tzu Chi Batam nantinya. Total sebanyak 65 pasien yang berhasil lolos untuk screening tahap awal.
Kepala UPT Puskesmas Tanjung Batu Azman, SKM sangat mendukung misi kemanusiaan yang diadakan Tzu Chi di Tanjung Batu dan sekitarnya.
Kepala UPT Puskesmas Tanjung Batu Azman, SKM sangat mendukung misi kemanusiaan yang diadakan Tzu Chi di Tanjung Batu dan sekitarnya. “Dengan adanya kerja sama Buddha Tzu Chi ini dapat membantu memberikan pelayanan kepada masyarakat, khususnya masyarakat Tanjung Batu dan sekitarnya. Kalau kita lihat dari kinerja maupun kegiatan-kegiatan yang dilakukan sangat mendukung, terutama dari segi kemanusiaan sehingga hal ini membuat kita tertarik untuk melakukan, baik itu kerja sama maupun saling membantu,” ungkapnya.
Saat ini Tanjung Batu belum memiliki dokter spesialis dasar sehingga masyarakat yang mau berobat harus dirujuk ke rumah sakit di luar daerah. “Kalau untuk saat ini dokter spesialis masih belum ada di Tanjung Batu. Jadi memang besar harapan masyarakat kalau bisa ada dokter spesialis, bukan hanya dokter spesialis mata tapi spesialis-spesialis yang dasar karena masyarakat tidak perlu ke mana-mana, dan bisa melakukan tindakan di sini,” tambah Azman.
Pada 16-18 September 2022, relawan Tzu Chi Tanjung Batu dan Tanjung Balai Karimun bekerjasama dengan UPT Puskesmas Tanjung Batu dan Medic Centre mengadakan screening tahap awal di daerah masing-masing.
Setelah lolos screening tahap akhir di Aula Jing si Batam, total sebanyak 66 pasien bisa menjalani operasi di Rumah Sakit Budi Kemuliaan.
Pada Minggu, 18 September 2022, relawan Tzu Chi Tanjung Balai Karimunpun bekerjasama dengan Medic Centre mengadakan screening tahap awal. Para pasien yang mengikuti screening diwajibkan memeriksa tekanan darah dan gula darah untuk memudahkan relawan Tzu Chi Batam saat melaksanakan screening tahap akhir. Total sebanyak 45 pasien yang berhasil lolos untuk screening tahap awal.
Setelah berhasil lolos screening tahap awal di daerah masing-masing, pada 23-24 September 2022, para pasien diberangkatkan bertahap untuk mengikuti screening tahap akhir di Aula Jing Si Batam. Setibanya pasien, mereka harus menjalankan serangkaian pemeriksaan sesuai dengan kategori penyakitnya. Total sebanyak 66 pasien yang berhasil lolos untuk menjalani operasi di Rumah Sakit Budi Kemuliaan pada 30 September-2 Oktober.
Bersyukur Ada Jalinan Jodoh dengan Tzu Chi
Pada 30 September-1 Oktober, terlihat tim medis TIMA sedang melakukan operasi terhadap para pasien.
Baksos Kesehatan yang rutin diadakan Tzu Chi telah membantu banyak orang ataupun sebuah keluarga. Salah satunya Ernawati (60) anak yang juga sebagai pendamping pasien yang bernama Marinis (78) ia juga pernah mengikuti baksos kesehatan yang diselenggarakan oleh Tzu Chi Batam pada tahun 2018, saat itu ia berhasil melakukan operasi penyakit benjolan. Pada baksos kesehatan Tzu Chi ke-134, ia kembali membawa ibunya untuk mengikuti operasi penyakit katarak.
“Setelah saya mengikuti operasi ini pada tahun 2016 atau 2018, sekarang saya juga bisa mengajak ibu saya untuk operasi katarak, di mana relawan-relawannya begitu baik, begitu menyayangi nenek sehingga kami merasa puas dengan pelayanannya, dan kami sangat bersyukur dengan adanya program ini sangat membantu sekali buat masyarakat yang kurang mampu,” ungkapnya.
Ernawati, anak yang juga sebagai pendamping pasien Marinis juga pernah mengikuti baksos kesehatan Tzu Chi pada 2018 dengan penyakit benjolan. Ia bersyukur Tzu Chi kembali mengadakan kegiatan ini sehingga ibunya juga bisa operasi kataraknya di sini.
Ernawati pernah mengajak ibunya untuk melakukan operasi katarak dengan menggunakan BPJS Kesehatan tetapi ibunya menolak karena alasan tertentu. Ia pun membawa ibunya mengikuti baksos kesehatan yang diadakan Tzu Chi Batam pada tahun ini.
“Pada awalnya saya sudah membawa ibu saya ke dokter mata, dan dia (dokter) sudah kasih tahu operasi, berapa biayanya. Tapi dokter bilang biayanya lumayan mahal kalau bayar pribadi, jadi dianjurkannya untuk bikin BPJS. Jadi ibu saya ini sudah tua, dia tak mau bikin BPJS karena merasa seperti lagi hutang. Jadi saya baru tahu ada program ini langsung saya bawa untuk mengikuti program ini. Semoga ibu saya sehat selalu, panjang umur dan bisa beraktivitas seperti biasa karena beliau suka berkebun,” ungkap Ernawati.
Setelah operasi katarak, pandangan mata Marinis (78) jadi lebih terang dan jelas.
Setelah berhasil menjalani operasi, relawan pun berbincang-bincang dengan Marinis yang akrab disapa relawan dengan sebutan nenek. “Nek, mata sudah nampak?” tanya relawan. Nenek pun menjawab “Nampak, mana yang jantan, ini berapa, satu, ini berapa, dua, ini berapa, lima,” ucapnya sembari menunjukan angka dengan jari.
Berjuang Pantang Menyerah Untuk Kesembuhan Anak
Fasilitas pelayanan kesehatan yang kurang memadai di Tanjung Batu membuat Azmi (41), ayah dari Rizal (2) selalu berjuang pantang menyerah untuk menyembuhkan penyakit bibir sumbing yang diidap anaknya sejak lahir. Di mana ada kesempatan untuk menyembuhkan penyakit anaknya, disitulah ia membawa anaknya untuk berobat.
Azmi, bapak dari pasien Rizal (2) selalu berjuang pantang menyerah untuk menyembuhkan bibir sumbing yang diidap anaknya sejak lahir.
“Saya tahu Yayasan Buddha Tzu Chi lebih bagus dan baik. Walaupun saya pernah mencoba di kapal KRI di Tanjung Batu (berobat) tapi gagal. Lepas itu saya pernah mencoba di Rumah Sakit Awal Bros pun gagal karena kondisi anak saya kurang sehat. Tapi di sini Alhamdulillah, Sabtu kemarin saya datang, anak saya Alhamdulillah sehat. Tes darah, rontgen normal semua, jadi saya ikut minggu yang kedua untuk operasi bibir sumbing. Alhamdulillah, anak saya selamat menjalankan operasi pada jam 14.36 WIB,” ungkap Azmi.
Setelah anaknya berhasil menjalani operasi, ia memanjatkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ia juga sangat berterima kasih kepada Yayasan Buddha Tzu Chi Batam yang telah mengadakan baksos kesehatan sehingga penyakit bibir sumbing anaknya bisa disembuhkan.
“Alhamdulillah saya merasa bangga karena Buddha Tzu Chi telah buat yang terbaik untuk anak saya. Alhamdulillah juga saya merasa syukur, Alhamdulillah kepada Lillahi Ta'ala, kepada Tuhan Yang Maha kuasa. Saya rasa Buddha Tzu Chi yang terbaik buat anak saya. Ke depannya, saya rasa tidak akan ada operasi ulang lagi karena semalam operasinya sudah dengan langit-langitnya dan bibir. Saya berterima kasih kepada Buddha Tzu Chi di Batam,” ungkap Azmi.
Siti Aminah selama kegiatan baksos selalu menindaklanjuti keadaan pasien dan pendamping.
Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-134 yang diselenggarakan oleh Tzu Chi Batam mengumpulkan banyak orang dari berbagai daerah di Kepulauan Riau sehingga relawan dari masing-masing daerah harus menjaga pasien dan pendamping selama mengikuti Baksos. Tanggung jawab ini diemban oleh relawan komite, Siti Aminah (27) yang selama kegiatan baksos selalu tekun menindaklanjuti keadaan pasien dan pendamping.
“Capek pasti ada iya, tapi kita pikir kembali keluarga pasien sudah menitipkan tanggung jawab ke relawan maka kita harus mendampingi mereka sampai selesai operasi. Saya memang tidak selalu berada di samping mereka tetapi saya selalu follow up keadaan mereka apakah sudah masuk ruang operasi, sudah makan, posisi mereka di mana dan pengaturan pulang pergi dari Asrama Haji ke rumah sakit. Melihat mereka terlepas dari penderitaan, saya juga turut bahagia dan senang,” ungkapnya.
Editor: Khusnul Khotimah