Sebanyak 37 dokter bersumbangsih pada Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi ke-136 kali ini. Bagi dr. Yongky B. Kurniawan, Sp.B (kanan), sumbangsih ini mendatangkan kebahagiaan tak terkira.
Selain tentang kebahagiaan para pasien yang akhirnya terlepas dari derita penyakit, pemandangan yang tak kalah menyejukkan hati di setiap Baksos Kesehatan Tzu Chi adalah kekompakan para dokter dan tim medis lainnya, serta para relawan Tzu Chi. Kekompakan atau rasa kekeluargaan ini bermuara dari niat tulus untuk menolong masyarakat.
“Setiap orang punya alasannya sendiri untuk ikut baksos, tapi kalau kami lihat semangat baksos itu. Kami tidak melihat ras, agama, tidak ada perbedaan. Semua dokter, perawat, semua relawan yang mengikuti baksos ini tujuannya adalah untuk memberi bantuan kepada yang membutuhkan” tutur dr. Yongky B. Kurniawan, Sp.B.
Baksos Kesehatan Tzu Chi memang selalu menghadirkan sukacita sekaligus rasa haru bagi para tim medis. Apalagi saat mereka berbincang dengan para pasien, seperti pasien katarak yang bertahun-tahun tak bisa melihat. Atau ketika berbincang dengan orang tua yang anaknya berbibir sumbing yang berharap anaknya bisa segera dioperasi namun terhalang biaya.
Setelah sekian lama Baksos Kesehatan Tzu Chi berskala besar digelar di berbagai daerah, kali ini akhirnya dilaksanakan di Jabodetabek, tepatnya di RS. Metro Hospitals M. Toha Tangerang pada 10 – 11 Februari 2023. Tak dipungkiri, Baksos Kesehatan Tzu Chi yang digelar di daerah selalu disambut antusiasme masyarakat karena layanan kesehatan di sana relatif terbatas. Tapi siapa sangka, meski digelar di Tangerang, antuasias masyarakat sama besarnya.
Semua pasien mendapat layanan yang sangat baik, salah satunya berupa pendampingan dari relawan Tzu Chi sehingga merasa lebih tenang ketika hendak menjalani operasi.
“Tidak ada beda, kalau di daerah itu lebih terhalang misalnya transportasi, apalagi yang antarpulau seperti baksos di Kota Batam atau Padang. Maka itu mereka fasilitasi transportasi pasien dengan kapal. Kalau Jabodetabek lebih mudah. Tapi kalau antusias pasien dan keluarga pasien sama,” kata Suster Wenny Yunita, salah satu koordinator baksos.
Begitu pun dengan antusiasme para dokter, para perawat dan tim medis lainnya untuk dapat bersumbangsih pada Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-136 kali ini.
“Kami hanya bilang, ‘Dokter nanti bulan Februari ada baksos di Tangerang’. ‘Oke kami siap’. Kami tidak usah merayu, mereka langsung ‘Oke di rumah sakit mana? Tolong share loc’. Dan itu tidak ada sanggahan, kami juga sangat berterima kasih,” sambung Suster Wenny.
Para dokter dan tim medis Tzu Chi memang tak pernah melihat lokasi di mana baksos kesehatan digelar, yang terpenting adalah mereka dapat bersumbangsih.
“Kami setiap ada baksos Tzu Chi, di mana pun kami siap. Rasa kekeluargaan di antara kami itu sehingga melayani pasien mau berapa pun kami kerjakan,” tutur dr. Aryati Wulandari Partodimulyo, Sp.An. sambil tersenyum.
Termotivasi untuk Menjalani Hidup yang Lebih Baik
Baksos Kesehatan Tzu Chi tak hanya melepaskan para pasien dari belenggu penyakit. Mereka juga termotivasi untuk mewujudkan cita-cita dan tekad dalam menjalani hidup yang lebih baik lagi.
Ferli Yanto (paling kiri) senang bisa lolos mengikuti operasi hernia pada Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi ke-136.
Di ruang pemulihan, ada tim relawan pemerhati yang bertugas menemani pasien dan keluarga pasien. Seperti Jodie yang berbincang dengan Ferli Yanto.
Seperti Ferli Yanto (50) warga Tangerang yang sudah lima tahun berjibaku dengan hernia. “Kalau ada kesempatan, namanya saya kepala rumah tangga kan harus bisa bekerja lagi, cuma dalam arti pekerjaan juga harus yang enggak terlalu berat. Kepala rumah tangga kan harus ada tanggung jawabnya. Kalau kita menganggur, anak dan istri mau makan apa?” katanya.
Dahulu Ferli Yanto bekerja sebagai sales di sebuah toko piano. Namun karena kondisi fisik yang tak kuat lagi, belakangan Ferli Yanto membantu memasarkan usaha saudaranya berjualan kerupuk kemplang.
“Setelah saya pulih ini saya maunya cari pekerjaan lagi yang lain. Kalau enggak, enggak ketutup biaya hidup, anak saya empat, rumah masih mengontrak. Saya ada rumah tapi masih cicil, belum lunas,” tambahnya.
Yohanes di ruang pemulihan pascaoperasi. Setelah ini Yohanes akan bersungguh-sungguh mengikuti tes menjadi anggota Polri.
Adapun Yohanes (18) yang baru lulus SMK di Jakarta Selatan bertekad untuk mengikuti tes masuk anggota Polri selepas operasi benjolan besar di kepalanya. Benjolan yang ada di sisi atas kepala Yohanes muncul sejak berusia tiga bulan dan makin lama makin membesar.
Di hari ia mengikuti operasi, pada Sabtu 11 Februari 2023, segenap keluarga besarnya di Ambon, Provinsi Maluku harap-harap cemas sekaligus lega karena Yohanes akhirnya mau menjalani operasi. Yohanes sendiri selama ini menunda-nunda operasi karena merasa benjolan besar di kepalanya itu toh tak sakit dan tak membuatnya sakit kepala. Apalagi sekolah membolehkannya gondrong, dan di bagian benjolan itu rambutnya tetap tumbuh. Hanya saja memang terkadang muncul rasa tak percaya diri.
“Sempat pikir-pikir sih, ya dari pada membebani akhirnya tancap gas saja. Saya mau tes polisi, biar orang tidak pandang kami sebelah mata,” kata Yohanes tertawa.
“Saya ucapkan terima kasih kepada Tzu Chi karena bisa bantu orang-orang susah. Bagus, luar biasa. Tuhan memberkati para dokter, perawat, dan relawan Tzu Chi,” tambah Yohanes yang jago memainkan alat musik saksofon ini.
Ditemani para relawan, Oma Widarini merasa lebih santai jelang operasi.
Sementara itu ketika Oma Widarini (87) masuk ke ruang operasi, para relawan Tzu Chi langsung menghampirinya dan mengajaknya berbicang-bincang. Obrolan ini membuatnya merasa lebih tenang. Oma Widarini bercerita, sudah lebih dari satu tahun ini ia merasakan sakitnya hernia. “Kalau sakit tuh sakit sekali, Nak.. trus Oma biasa tiduran dulu sampai rasa sakitnya hilang. Tapi nanti kalau bekerja lagi, sakit lagi, jadi memang menderita benar,” ujarnya.
Dulu 12 tahun lamanya, Oma Widarini bekerja di toko buku yang membuatnya sering mengangkat tumpukan buku. Setelah tak kuat secara fisik, ia pun beralih profesi sebagai pengajar Bahasa Inggris.
Oma Widarini tinggal di Desa Gadog, di Kecamatan Megamendung, Bogor. Salah satu anaknya yang tinggal di Ciputat, Tangerang Selatan mendaftarkannya mengikuti baksos ini.
“Saya senang sekali bertemu Yayasan Buddha Tzu Chi di sini. Luar biasa saya senang sekali. Saya sampai ingin menangis. Semua baik sama Oma yang sudah tua ini. Layanannya luar biasa,” pungkasnya.
Editor: Metta Wulandari