Suster Weni Yunita membersihkan mata Oppung Tiraun Lumban Raja saat pemeriksaan post op operasi katarak, 12 Februari 2023.
Pemandangan menghangatkan hati terlihat di ruang post op bakti sosial operasi katarak. Seorang wanita paruh baya memeluk wanita lain yang tampak seperti ibunya. Mereka adalah Vero dan Tiraun Lumban Raja.
“Saya sudah bisa lihat. Saya bisa lihat kamu sekarang, rambut kamu pendek,” kata Oppung Tiraun, suaranya bergetar menahan tangis.
“Iya Oppung (Nenek –red)?? Sudah bisa lihat saya? Puji Tuhaaann…,” sambung Vero dengan wajah yang tak kalah bahagia.
“Saya terharu sekali ini, pingin nangis. Tapi kata dokter, mata tidak boleh kena air, jadi saya tahaannn air mata ini keluar,” timpal Oppung sambil memeluk Vero erat sekali.
Ketika Suster Weni Yunita mulai membersihkan mata Oppung Tiraun, ia bertanya hubungan keluarga antara keduanya. Vero menjawab, mereka baru saja saling kenal satu sama lain. “Hah? Kok bisa?” tanya Weni agak kaget sekaligus penasaran. Mulanya Weni berpikir mereka adalah ibu dan anak atau mungkin ya masih ada hubungan saudara lainnya. “Jadi bagaimana bisa orang baru saling kenal tapi sudah antar-antar, sampai ke operasi pula?” lanjutnya mencari kepastian.
Dicecar pertanyaan yang sudah banyak orang tanyakan di baksos itu, Vero tertawa sambil memperhatikan Oppung Tiraun.
Saudara Dalam Kasih
Oppung Tiraun sendiri menyebut Vero sebagai saudara dalam kasih. Dia bercerita, awal tahun 2023, bulan Januari, yang mana baru sekitar satu bulan lamanya, ia mulai mengenal Vero. Tapi tak hanya Vero, Oppung juga mulai mengenal dua orang lainnya: Desi dan Corry.
Vero memeluk Oppung Tiraun Lumban Raja dengan erat. Mereka berdua larut dalam kebahagiaan dan keharuan karena Oppung dapat kembali melihat.
Vero mempunyai komunitas di sebuah gereja yang selain beribadah juga mempunyai rutinitas untuk blusukan ke kampung-kampung di sekitar tempat tinggalnya. Tujuannya untuk memberikan bantuan kepada Lansia, atau masyarakat yang membutuhkan bantuan, yang hidupnya minim.
“Nah Oppung ini adalah salah satu orang yang kami kunjungi. Informasi tentang Oppung ini saya dapatkan dari Ibu Corry. Beliau bilang, ‘Bu Vero, di Gn. Sindur (Bogor) ada lho Lansia yang sangat membutuhkan’,” tutur Vero.
Ketika mengunjungi Oppung di rumahnya, Vero melihat kondisi Oppung yang ternyata mengkhawatirkan. Kedua matanya sudah menderita katarak sejak tiga tahun lalu. Saat kami bawa untuk periksa, kata dokter kondisi kataraknya sudah masuk ke tahap yang berat, yang sudah berbayang dan hampir tak bisa melihat. Sementara itu, di rumahnya, Oppung Tiraun hanya tinggal bersama seorang cucu bernama Marchelo (10). Semua hal yang berkaitan dengan mengurus rumah, memasak, mencuci, dan lainnya, Oppung lakukan sendiri.
Hidup Berdampingan Dengan Gelap
“Saat mata masih parah, sehari-hari aku harus panggil Marchelo, jadi aku tahu dia dimana, entah di ruang tamu atau di dapur, atau dimana. Karena nggak ngelihat kan dimana dia,” cerita Oppung dengan logat batak yang kental.
“Misalnya lagi kalau mau goreng-goreng telur buat dia, aku panggil dia dulu buat temenin masak. ‘Sudah coklat belum?’ aku tanya dia. Kalau sudah coklat baru aku balik itu telur di penggorengan. Jadi harus didampingi sama Marchelo,” lengkap Oppung.
Oppung Tiraun Lumban Raja mengungkapkan haru dan terima kasih dengan memeluk Suster Weni Yunita.
Untuk membersihkan rumah, sejauh ini Oppung menggunakan ingatannya tentang seluk beluk rumah yang kiranya sudah ia hafal. Hanya saja, butuh kehati-hatian yang lebih tinggi. Seperti kalau mengelap meja, sekarang semuanya harus diraba-raba dulu karena takut kena piring atau gelas di atasnya. Untuk cuci piring, Oppung selalu memastikan sabun selalu ada dan bilas dengan benar. Selain mengatur rumah, Oppung juga selalu memenuhi kebutuhan Marchelo, mulai makan hingga seragam sekolah.
“Kalau untuk seragam, aku selalu siapkan di malam sebelumnya. Misalkan, pakai apa besok? Pramuka? Ya sudah, aku ambil. Sudah ambil, aku tanya juga ke Chelo, ‘Ini warna coklat ya Bang celananya?’ biar nggak salah ambil kan. Jadi ontime waktunya,” papar Oppung.
Oppung pun hingga saat ini masih mengantar jemput cucunya itu. Sepanjang jalan, Chelo yang dirawat oleh oppungnya sejak usia 3 bulan itu menggandeng erat tangan sang oppung. Kemudian Oppung menunggu Chelo di sekolahnya dan pulang bersama.
Menerima Kejutan Tak Ternilai
Keseharian Oppung Tiraun sungguh menyentuh hati Vero. Terbayang bagaimana susahnya kehidupan Oppung dengan mata yang tak bisa melihat jelas tapi tetap harus mengurus segalanya. “Yang kami pikir saat itu adalah bahwa penglihatan beliau sungguh berarti. Makanya ketika kami mendapat informasi tentang baksos katarak ini, kami langsung follow up,” terang Vero.
Vero dan Oppung Tiraun Lumban Raja meninggalkan ruang pemeriksaan post op operasi katarak dengan kebahagiaan tak terkira.
Dalam proses perjalanan untuk mengikuti baksos pun bukannya tak ada kendala. Oppung yang tinggal di Gn. Sindur, Bogor harus berangkat sejak pukul 5 pagi. Ia dijemput oleh Corry. Di pertengahan jalan, Oppung berganti diantar oleh Desi dan melanjutkan dengan taksi online menuju rumah Vero di daerah Bumi Serpong Damai (BSD), Tangerang Selatan.
“Semua ini sungguh modalnya kekuatan hati. Bukannya tidak ada kendala ketika kami mengantarkan Oppung sejak awal screening. Proses screening itu kan lumayan panjang, jadi kami Maghrib baru keluar dari rumah sakit ini,” ingat Vero, “di tengah-tengah itu kami sempat mikir, kok panjang banget prosesnya ya, capek, kok begini ya. Tapi kembali lagi, kami harus tetap semangat, Oppung harus sampai selesai (dioperasi). Makanya ketika hari ini dia bilang dia sudah bisa lihat, terbayarkan semua ini. Puji Tuhan.”
Mengetahui Oppung sudah langsung bisa melihat, bukan main kebahagiaan yang dirasakan Vero, Cory, dan Desi. Vero sendiri awalnya tak berharap terlalu tinggi dengan berbagai kemungkinan yang terjadi. Ia juga tak menyangka bahwa setelah operasi katarak, pasien bisa saja langsung melihat dengan normal kembali.
“Saya sangat kaget dan bahagia sekali. Surprise, terharu, makanya langsung peluk si Oppung,” kata Vero dengan wajah penuh tawa. “Pasti kehidupan Oppung akan lebih mudah nantinya,” imbuhnya.
Keduanya bersyukur dan berterima kasih kepada seluruh tim, dokter, dan relawan karena sudah memberikan pelayanan yang luar biasa pula.
Ekspresi bahagia ditunjukkan dengan tawa oleh Vero, Oppung, Cory (baju hitam), dan Marchelo yang hari itu ikut mengantar Oppungnya.
“Selain kepada dokter, jamuan dan hidangannya (pelayanan maupun konsumsi) ini sungguh berlebihan. Aku sampai bisa bawa pulang banyak sekali, ini berkah sekali. Terima kasih banyak,” tutur Oppung tak henti tersenyum bahagia matanya sudah bisa melihat seperti semula.
Pada Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi ke-136 10 – 11 Februari 2023 lalu, Tzu Chi bekerja sama dengan RS. Metro Hospitals M. Toha Tangerang dan Polres Metro Tangerang Kota dalam menjalankan baksos kesehatan untuk masyarakat di wilayah Jabodetabek. Selama dua hari pelaksanaan baksos, 108 dokter, perawat, dan tim medis lainnya melakukan tindakan operasi pada 158 pasien katarak, 2 pasien pterygium, 25 pasien hernia, 10 pasien minor ga, 33 pasien minor lokal, 8 pasien bibir sumbing, dan 40 pasien khitan. Untuk memperlancar kegiatan ini pula, ada 531 relawan Tzu Chi yang melayani pasien sejak screening hingga post op selesai dilakukan.
Editor: Khusnul Khotimah