Heru Suwardi (81) dan Tien Kartini (72), sepasang suami istri pasien Bakti Sosial Tzu Chi ke-138 yang senang ketika bisa menjalani operasi katarak bersama-sama.
Belum habis kisah bahagia yang datang dari Bakti Sosial kesehatan Tzu Chi ke-138 yang dilakukan pada Sabtu 27 Mei 2023 di Tzu Chi Hospital. Satu lagi kisah yang menyenangkan berasal dari keluarga Heru Suwardi (81) dan Tien Kartini (72). Sepasang suami istri ini katanya hidup susah dan senang ingin selalu bersama.
Pada baksos ke-138, mereka menjalani seluruh proses bersama-sama. Bukan hanya sekali, namun sudah dua kali berjodoh dengan bakti sosial kesehatan Tzu Chi. “Pertama pas baksos di RS. Metro Hospitals Tangerang (baksos ke-136) dan kedua ya di Tzu Chi Hospital (baksos ke-138) ini,” ungkap Tien antusias.
Apabila pada kesempatan screening ia terpisah nomor lumayan jauh dari suaminya, pada momen operasi dan post-opp mereka selalu berdampingan. “Pasangan serasi lho ini, selalu bersama,” tukas Tien penuh canda diikuti tawa suami dan beberapa pasien yang duduk di dekat mereka.
Bakti Sosial kesehatan Tzu Chi ke-138 yang dilakukan pada Sabtu 27 Mei 2023 di Tzu Chi Hospital. Relawan dan tim medis sigap memberikan pelayanan kepada para pasien dan keluarganya.
Tien mengaku tak ada perasaan takut ataupun khawatir tentang operasi yang saat itu akan dilakukan. Begitu pun Heru yang sempat lama menunda operasi karena takut, malah kini terkesan berani dan gagah di samping istrinya. “Karena dokternya kan semua ahli,” jelas Heru yakin. Pengalaman operasi pertama yang lancar dan sukses, membuat Heru meyakini hal itu.
Hasil operasi pertama Heru pada mata kanannya yang dilakukan pada Februari lalu dinilai berhasil, terlihat Heru mampu melihat dengan sangat jelas. Bahkan, ketika perbannya dibuka, ia langsung bisa melihat dan membaca huruf-huruf kecil di sekelilingnya.
“Trus pas sudah bisa melihat itu, komentar pertama ke saya, ‘kok kamu sudah keriput?’ hahahaa.. Bikin mangkel (kesal), tetapi ya bersyukur, bisa melihat lagi. Hahaha…,” tawa Tien begitu lepas meniru perkataan Heru.
Hidup Saling Mendampingi
Sejak 2007, mata kanan Heru sudah dibayangi oleh katarak tetapi ia menolak dioperasi karena pengalaman buruk salah satu saudaranya. Berselang waktu, mata kirinya juga ikut katarak. Akhirnya kedua mata Heru tidak dapat melihat dengan baik. Sepanjang itu pula, Tien lah yang membantu Heru berkegiatan sehari-hari. Lalu beberapa tahun ke belakang, mata Tien pun mulai terasa seperti tertutup kabut, dan semacamnya. Ketika periksa ke dokter, diagnosanya katarak.
Tien Kartini menyempatkan diri mengucapkan terima kasih kepada relawan yang membantunya keluar dari ruang operasi.
Tak banyak pilihan, tetapi Tien terus berikhtiar untuk merawat suaminya dengan bekal kesabaran yang baginya juga tidak mudah dengan katarak di matanya. Hingga ketika seorang kerabat mengabarkan info tentang baksos Tzu Chi (pada saat itu di Tangerang), ia langsung mau ikut. “Nggak apa-apa walaupun jaraknya jauh dari rumah saya. Yang penting saya bisa operasi, bisa urus suami dengan baik lagi,” jelas Tien yang tinggal di daerah Bintara, Bekasi.
Ternyata pada kesempatan itu, Heru bersedia ikut menjalani serangkaian screening dan operasi. “Ternyata rasanya cuma dingin pas dioperasi. Nyes begitu di mata, trus nggak lama sudah selesai. Hal yang saya takutkan dan khawatirkan itu nggak ada,” tutur Heru senang. Akhirnya sebelah matanya dan sebelah mata istrinya mulai membaik.
Budaya Humanis Tzu Chi Membekas Erat dalam Ingatan
Ketika kembali menerima informasi tentang bakti sosial kesehatan di wilayah Jabodetabek, pasangan suami istri ini antusias untuk mendaftar kembali. Bukan karena semata-mata ingin diobati secara gratis, tetapi juga karena kesan baik yang mereka rasakan ketika menjalani rangkaian proses bersama relawan Tzu Chi dan tim medis Tzu Chi. Hal yang membekas dalam ingatan pada baksos kesehatan ke-138 adalah pelayanan relawan Tzu Chi dan tim medis yang tidak biasa.
“Baru kali ini saya merasa pelayananya is very good, full of smile, and kind to me,” kata Tien pensiunan salah satu perusahaan negara. “Saya gembira, pokoknya happy. Saya kok ada harapan semoga banyak instansi lain mencontoh hal ini: melayani dari awal sampai akhir, bertemu dengan orang itu udah kayak keluarga, saling menyapa, dan tidak terlihat sifat merasa lebih pintar, tidak ada kesombongan,” paparnya.
Heru Suwardi dan Tien Kartini berfoto bersama relawan setelah menjalani serangkaian proses post-opp. Ia bahagia karena diperlakukan dengan sangat baik oleh seluruh relawan dan tim medis.
Ketika dr.Gunawan Susanto, Sp.BS (Direktur Utama Tzu Chi Hospital) tengah berkeliling dan menyapa para pasien post-off, Tien secara langsung memuji seluruh perlakuan relawan dan tim medis yang membuatnya terharu. Ia berulang kali mengatakan bahwa baru sekali ini menemukan komunitas dengan model yang seperti ini (berbudaya humanis).
“Relawan sangat ramah, sungguh menghormati sekali. Itu kan sifat kasih sayang yang tidak membedakan A, B, C. Kelihatan sekali ketulusan dan keikhlasannya. Tidak pamrih. Saya tersentuh sekali. Terima kasih dari hati saya yang terdalam,” ungkap Tien.
“Saya juga sangat berterima kasih walaupun mata saya belum pulih betul tetapi saya sudah bersyukur sekali karena benar-benar terbantu dan dilayani dengan sangat baik,” sambung Heru.
Wujud Kepedulian Terhadap Masyarakat
Melihat banyak pasien bisa kembali melihat dan tulus berterima kasih kepada Tim Medis dan Tzu Chi, Dokter Gunawan ikut senang sekali. Menurutnya hal ini sudah sesuai dengan tujuan misi kesehatan Tzu Chi untuk membantu mereka yang sakit bisa kembali sehat. “Semoga para pasien bisa menjaga dan merawat matanya setelah sembuh sehingga kehidupan dan keseharian mereka bisa berjalan dengan lebih baik,” harap dr. Gunawan.
Heru Suwardi dan Tien Kartini memberi acungan jempol kepada relawan dan kepada dr. Gunawan Susanto, Sp.BS (Direktur Utama Tzu Chi Hospital) secara langsung ketika ia tengah berkeliling dan menyapa para pasien post-off.
Sementara itu dr.Suriyanto (Direktur Medis Tzu Chi Hospital) menambahkan bahwa Bakti Sosial Tzu Chi ke-138 ini juga merupakan bakti sosial kesehatan pertama yang dilakukan di Tzu Chi Hospital. Baginya selain merupakan kegiatan rutin dalam misi kesehatan, baksos ini telah memberikan kesempatan bagi seluruh tim untuk semakin memperdalam budaya humanis sekaligus berbagi kepada sesama.
“Saya tadi melihat secara dekat beberapa pasien pada saat yang bersangkutan naik (ke ruang operasi), di mana belum bisa melihat walaupun begitu keluar dari kamar operasi masih berbungkus, tetapi tampak wajah sukacita dari mereka bahwa mengucapkan terima kasih. Senang rasanya,” ungkap dr. Suriyanto, “Kami juga berterima kasih kepada semuanya karena sudah dipercaya sehingga bisa kontribusi dan membantu masyarakat,” tutup dr. Suriyanto.
Editor: Anand Yahya