Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi Ke-144 di Batam: Cahaya Harapan untuk Masyarakat Kepulauan Riau

Jurnalis : Calvin (Tzu Chi Tanjung Balai Karimun), Fotografer : Abdul Rahim, Calvin (Tzu Chi Tanjung Balai Karimun)

Pada bulan Agustus, relawan Tzu Chi dari Tanjung Balai Karimun dan Tanjung Batu melakukan screening awal di wilayah masing-masing. Langkah ini dilakukan untuk memastikan bahwa kondisi kesehatan pasien memenuhi syarat untuk melanjutkan ke tahap pemeriksaan akhir di Tzu Chi Batam.

Di setiap sudut dunia, tantangan hidup seringkali menjadi beban berat bagi mereka yang kurang beruntung. Namun, di tengah segala kesulitan ini, selalu ada sinar harapan yang menerangi jalan mereka. Salah satu wujud nyata dari harapan tersebut adalah bakti sosial kesehatan (Baksos) yang diadakan oleh Tzu Chi Batam di Kepulauan Riau.

Dengan misi mulia untuk membawa kasih sayang dan menebarkan cinta kasih kepada mereka yang membutuhkan, Tzu Chi secara rutin menggelar kegiatan ini untuk menyediakan layanan kesehatan gratis bagi masyarakat kurang mampu, khususnya yang tinggal di daerah terpencil. Banyak dari mereka yang menerima bantuan ini tidak memiliki akses ke fasilitas medis yang memadai, dan biaya perawatan seringkali menjadi beban yang tak terjangkau.

Setelah lolos screening tahap awal, para pasien dari masing-masing wilayah diberangkatkan ke Aula Jing Si Batam untuk menjalani screening tahap akhir. Dari total peserta, sebanyak 59 pasien dinyatakan lolos dan dijadwalkan menjalani operasi di Rumah Sakit Budi Kemuliaan.

Proses baksos kesehatan ini memerlukan waktu yang cukup panjang hingga mencapai tahap akhir. Setiap tahapan yang dilalui pasien selalu didampingi oleh relawan, sehingga proses pengecekan dapat berjalan dengan lancar.

Tanjung Balai Karimun di Kabupaten Karimun dan Tanjung Batu di Kecamatan Kundur menjadi dua pulau yang mendapatkan manfaat dari Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi ke-144 yang diselenggarakan oleh Tzu Chi Batam. Program ini menyediakan berbagai layanan kesehatan penting, termasuk operasi katarak, hernia, benjolan (bedah minor/mayor), dan bibir sumbing.

Untuk memastikan masyarakat mendapatkan informasi mengenai bakti sosial kesehatan ini, para relawan Tzu Chi Tanjung Balai Karimun dan Tanjung Batu telah melakukan berbagai persiapan seperti memanfaatkan media sosial secara maksimal, menyebarluaskan informasi melalui radio lokal, serta membagikan brosur dan memasang spanduk di lokasi-lokasi strategis. Semua langkah ini diambil dengan tujuan agar informasi mengenai kegiatan dapat tersebar luas dan efektif menjangkau ke masyarakat, sehingga dapat memberikan bantuan yang dibutuhkan oleh mereka.

Pada Jumat, 9 Agustus 2024, relawan Tzu Chi Tanjung Batu bekerja sama dengan UPT Puskesmas Tanjung Batu mengadakan pemeriksaan tahap awal kesehatan untuk para pasien. Pemeriksaan ini bertujuan untuk memastikan bahwa kondisi kesehatan pasien memenuhi syarat untuk melanjutkan ke tahap akhir pemeriksaan di Tzu Chi Batam. Dari total pasien yang mengikuti pemeriksaan, sebanyak 53 orang dinyatakan lolos dan akan melanjutkan ke tahap berikutnya di Batam.

Saat langit baru mulai terang pada tanggal 31 Agustus 2024, para pasien diberangkatkan secara bertahap dari Asrama Haji Batam ke Rumah Sakit Budi Kemuliaan untuk menjalani operasi.

Selain itu, pada Minggu, 18 Agustus 2024, relawan Tzu Chi Tanjung Balai Karimun, bekerja sama dengan Medic Centre mengadakan screening tahap awal yang melibatkan pemeriksaan tekanan darah, kadar gula darah, serta evaluasi kondisi penyakit yang diderita pasien untuk memastikan apakah mereka memenuhi syarat dan ketentuan untuk perawatan lebih lanjut. Screening ini dirancang untuk mempermudah proses pemeriksaan akhir yang akan dilakukan oleh relawan Tzu Chi Batam. Sebanyak 35 pasien berhasil menjalani screening ini dan siap untuk melanjutkan ke tahap berikutnya.

Setelah berhasil lolos screening tahap awal di daerah masing-masing, pada 25 Agustus 2024, para pasien diberangkatkan untuk mengikuti screening tahap akhir di Aula Jing Si Batam. Setibanya di lokasi, setiap pasien menjalani serangkaian pemeriksaan yang disesuaikan dengan kategori penyakit masing-masing. Dari total peserta, sebanyak 59 pasien berhasil lolos dan dijadwalkan untuk menjalani operasi di Rumah Sakit Budi Kemuliaan pada 31 Agustus hingga 1 September 2024. Proses ini merupakan bagian dari upaya berkelanjutan dalam menyediakan perawatan medis yang tepat dan terencana bagi pasien.

Jurman (47) seorang relawan calon komite (Cakom) yang bertugas sebagai pendamping pasien, mengungkapkan pentingnya program ini bagi masyarakat.

Jurman (47) seorang relawan calon komite (Cakom) yang mengemban tanggung jawab sebagai pendamping pasien (bedah minor/mayor), mengungkapkan betapa pentingnya program ini bagi masyarakat. Meskipun sudah ada program dari pemerintah, banyak pasien yang masih membutuhkan perhatian lebih. Program ini berhasil menjangkau mereka yang benar-benar membutuhkan, memberikan harapan dan akses yang sangat berarti bagi mereka yang menderita penyakit-penyakit tersebut.

“Kegiatan ini sangat penting karena, meskipun ada program dari pemerintah, begitu ada program dari Tzu Chi, kita melihat banyak sekali pasien yang membutuhkan. Di sini, kami melaksanakan empat kategori, yaitu bibir sumbing, hernia, benjolan, dan katarak. Ternyata, banyak sekali pasien yang membutuhkan program seperti ini. Program ini memang sangat bermanfaat bagi mereka yang mengalami atau menderita salah satu dari empat kategori tersebut,” ungkapnya.

Terbebas dari Benjolan dan Katarak yang Mengganggu
Muhammad Kevin Azrisyah, seorang pemuda berusia 24 tahun, menceritakan pengalamannya menjalani operasi setelah mengalami benjolan yang mengganggu selama sekitar empat tahun. Dengan dukungan penuh dari orang tuanya, terutama ibunya, Kevin akhirnya memutuskan untuk menjalani prosedur medis ini. Meskipun awalnya merasa khawatir dan takut, ia merasa lega karena proses operasi ternyata tidak sesakit dan semengerikan yang dibayangkannya.

Muhammad Kevin Azrisyah, 24 tahun, telah mengalami benjolan yang mengganggu selama sekitar empat tahun. Setelah melalui berbagai tahapan pengecekan, ia dinyatakan lolos dan berhasil menjalani operasi.

“Sekarang, perasaan saya agak lega. Ternyata, operasi tidak sesakit dan semengerikan yang saya bayangkan sebelumnya. Saya sempat khawatir, terutama tentang bagaimana tim relawan mengatur jadwal kedatangan dari pulau, ke asrama, dan ke rumah sakit. Namun, tim relawan sangat profesional dan bisa mengatur semuanya dengan baik,” ungkapnya.

Pengalaman positif ini diperkuat oleh profesionalisme tim relawan yang mengatur jadwal dengan sangat baik. Kevin memuji Tzu Chi yang telah memberikan kesempatan bagi masyarakat, terutama di daerah terpencil, untuk mendapatkan perawatan medis yang mereka butuhkan tanpa memandang latar belakang suku, agama, atau ras.

“Rencana dan jadwalnya sangat keren. Kegiatan ini membantu masyarakat, terutama yang berada di pulau dan sulit mengakses pengobatan. Dengan adanya Yayasan Buddha Tzu Chi, masyarakat dari pulau atau daerah lain bisa dapat berobat dan beraktivitas seperti sediakala. Teruslah berbuat baik dan mengadakan kegiatan positif agar masyarakat dapat terbantu dan mendapatkan manfaat. Yayasan Buddha Tzu Chi tidak membedakan suku, agama, atau ras. Semua (yang membutuhkan bantuan) akan dibantu,” ungkap dengan nada terkesan dan puas.

Mudarlis ST. Mudo (67 tahun), menghadapi masalah katarak yang telah mengganggu penglihatannya selama lebih dari setahun. Keputusannya untuk mengikuti program ini semakin diperkuat oleh pengalaman temannya, yang dua tahun sebelumnya menjalani operasi serupa dan berhasil pulih dengan baik.

Mudarlis ST. Mudo, seorang pensiunan buruh harian lepas berusia 67 tahun, merasakan manfaat besar dari program Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi. Menghadapi masalah katarak yang telah mengganggu penglihatannya selama lebih dari setahun, Mudarlis mengapresiasi layanan yang diberikan oleh Tzu Chi.

Keputusannya untuk mengikuti program ini semakin diperkuat oleh pengalaman temannya, yang dua tahun sebelumnya telah menjalani operasi serupa dan berhasil pulih dengan baik. Melihat hasil positif dari temannya, Mudarlis pun yakin bahwa program ini akan membantunya mendapatkan kembali penglihatan yang lebih baik. Dia berharap agar program-program ini terus berlanjut untuk membantu lebih banyak orang seperti dirinya.

“Saya mengalami masalah dengan katarak di mata, sudah lebih kurang satu tahun ini. Gangguannya terasa, seperti melihat teman dari jarak 10 meter, saya tidak bisa jelas melihat wajah orang itu. Saya hanya bisa mengenali orang jika jaraknya kurang dari 3 meter. Jika lebih dari 4 meter, saya tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Masalahnya, teman-teman saya yang sudah menjalani operasi katarak 2 tahun lalu mengatakan hasilnya bagus, dan sampai sekarang masih bagus. Jadi, menurut saya, saya juga ingin melakukan operasi tersebut. Saya berharap kegiatan ini dapat terus dilanjutkan untuk membantu orang-orang miskin dan orang yang tidak mampu,” ungkapnya.

Jurman (47) dengan penuh semangat membagikan pengalamannya selama menjadi relawan Tzu Chi, dengan harapan dapat memotivasi teman-teman yang belum bergabung maupun mereka yang pernah menjadi relawan rompi untuk bergabung di keluarga besar Tzu Chi. Menurutnya, di Tzu Chi, setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk melakukan kebajikan dan perbuatan baik, tanpa memandang suku, agama, atau ras. Dengan bergabung sebagai relawan, kita tidak hanya membantu orang lain, tetapi juga memperkaya diri sendiri melalui nilai-nilai kemanusiaan yang universal.

“Bagi teman-teman yang mungkin belum bergabung dengan organisasi Tzu Chi, atau yang pernah menjadi relawan rompi, mungkin ini adalah waktu yang tepat untuk bergabung. Bagi yang belum mengenal Tzu Chi, silakan bergabung dan lihat sendiri apa yang kami lakukan di sini. Di Tzu Chi, ada banyak kesempatan untuk melakukan kebajikan atau perbuatan baik bagi sesama manusia. Di dalam organisasi ini, kami tidak memandang suku, agama, maupun ras. Di sini, kita semua adalah sama, kita adalah satu keluarga. Maka, apa pun yang bisa kita lakukan untuk sesama manusia, itulah yang paling baik dan paling bermanfaat bagi kita semua,” ungkapnya sebagai pesan motivasi bagi sukarelawan dan masyarakat umum.

Editor: Hadi Pranoto

Artikel Terkait

Baksos Kesehatan Tzu Chi Ke-144 di Batam: Wujud Bakti Kepada Orang Tua

Baksos Kesehatan Tzu Chi Ke-144 di Batam: Wujud Bakti Kepada Orang Tua

12 September 2024

Dengan tekad membalas budi kepada kedua orang tua, Jonny bersungguh hati mengemban tanggung jawabnya sebagai Wakil Koordinator pada Baksos Kesehatan Tzu Chi Ke-144. Ini dilakukan sebagai wujud baktinya. 

Baksos Kesehatan Tzu Chi Ke-144 di Batam: Menyusun Kembali Impian dan Masa Depan

Baksos Kesehatan Tzu Chi Ke-144 di Batam: Menyusun Kembali Impian dan Masa Depan

05 September 2024

Penyakit Hernia yang diderita Suci Ramadani sangat menghambat aktivitas dan cita-citanya. Rasa khawatir juga terus menghantui Suci, sampai akhirnya ia berhasil menjalani operasi.  

Baksos Kesehatan Tzu Chi Ke-144 di Batam: Penglihatan Terang, Pembuka Jalan untuk Menjemput Rezeki

Baksos Kesehatan Tzu Chi Ke-144 di Batam: Penglihatan Terang, Pembuka Jalan untuk Menjemput Rezeki

09 September 2024

Kesulitan beraktivitas dirasakan oleh Sugiyanto dan Ari Firman karena katarak dan pterygium. Di Baksos Kesehatan Tzu Chi, keduanya berhasil dioperasi dan kembali bisa melihat dengan jelas.

Mengonsumsi minuman keras, dapat melukai orang lain dan mengganggu kesehatan, juga merusak citra diri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -