Sammy (baju abu-abu) dan San Ing, (baju biru) serta staf Bakti Amal Tzu Chi, yakni Kristin dan Eko mendampingi William untuk kontrol ke RSCM, 13 September 2023.
Bantuan yang diberikan Tzu Chi, juga pendampingan relawan rupanya memberi dampak yang begitu besar bagi William (23) untuk bangkit dari rasa putus asa pascakecelakaan yang menimpanya. Mahasiswa Universitas Multimedia Nusantara (UMN) itu kini lebih optimis menatap masa depan.
“Dukungan yang diberikan memang sangat berpengaruh buat saya pribadi. Saya juga terbantu untuk bisa lebih terbuka, lebih happy, berbeda dari yang sebelumnya,” tutur William.
Kecelakaan tunggal yang dialami Wiliam terjadi pada Juni 2020 atau tiga tahun yang lalu. Kejadiannya pagi-pagi sekali, sekira pukul 4.30 WIB. William setiap harinya membantu usaha sang paman, dengan mengantarkan kue basah dari Jatinegara untuk dibawa ke sebuah kantin di kawasan Kebon Sirih. Namun hari itu William didera rasa kantuk yang hebat karena belum tidur. Hari itu William bekerja di bengkel motor sampai malam demi mendapat tambahan uang jajan.
Setelah dibantu Tzu Chi, William sudah menjalani satu kali operasi. Namun total operasi yang sudah dijalani William selama ini sudah lima kali.
“Tanpa saya sadari, saya di motor tertidur, jadi tangan mungkin ke-gas lebih kencang. Saya melek, saya lihat di depan tikungan tajam, saya mau rem sudah tidak bisa, sudah tergelincir motor saya, jatuh, saya keseret ke bahu jalan, ada tiang rambu, paha saya kena di situ,” jelas William.
Saat kejadian, banyak orang di situ, namun kala itu pandemi Covid-19 sedang parah-parahnya sehingga meski banyak orang merasa iba, mereka tak berani menghampirinya untuk menolong.
William berupaya bangun namun tak bisa. Darah mengucur dari kakinya, rasanya kebas dan membuatnya lemas. Dengan sisa tenaga yang masih ada, ia coba menyeret badannya menuju motor yang terlempar jauh untuk mengambil ponsel, menelepon seorang teman.
Tak lama temannya datang. William merasa lega namun seketika pingsan. Saat sadar, ia sudah ada di IGD Rumah Sakit Harum Sisma Medika di Kalimalang. Usai pulang dari rumah sakit, William berpikir apa yang dialaminya tak terlalu serius, meski rasa sakitnya luar biasa dan bisa sembuh dengan dibawa ke tukang urut.
Tampak sang ibu yang selalu mendukung kesembuhan Wiliam. Sehari-hari William membantu orang tuanya berjualan di toko kue keluarganya itu, namun secara online. Toko bernama Kapal Bomber yang letaknya di Pasar Lama Jatinegara itu menjual aneka bahan-bahan kue.
“Dulu mikirnya masih wajar kali ya, ibaratnya orang bilang besot-besot, kecelakaan. Karena saat itu terlihatnya seperti itu. Juga saat itu kondisinya pandemi Covid-19. Toko, dagangan sepi jadi tidak ada biaya sama sekali. Uang yang ada itu diputar kembali untuk berdagang. Jadi memang alternatifnya ke Cimande, Sukabumi. Tapi enggak ada hasilnya,” sambung William.
William pun tinggal di Cimande selama hampir enam bulan. Sampai beberapa waktu upaya penyembuhan tak dilakukan William. Di sisi lain, William saat itu tak banyak informasi soal BPJS dan menganggap pengobatan-nya tak bisa ditanggung oleh layanan BPJS.
Mengenal Tzu Chi
Suatu hari seorang teman SMA-nya dulu, menjenguknya dan memberitahu tentang Tzu Chi yang banyak membantu warga kurang mampu. Sang teman menyarankan untuk mengajukan bantuan ke Tzu Chi. Usai sang ibu mengajukan bantuan untuk William, relawan Tzu Chi di komunitas Xie Li PGC, yang lokasinya dekat dengan domisili William di Jatinegara datang untuk menyurvei.
“Pertama kali saya survei itu William ada di ranjang, tiduran, tidak bisa ngapa-ngapain. Bergerak tidak bisa, bangun enggak bisa, berdiri juga tidak bisa. Semua itu bantuan dari mamanya,” kata Sammy, relawan Tzu Chi.
Karena kondisinya itu, pihak kampus menyarankan William cuti karena jurusan perfilman yang ditekuni William perlu banyak praktik di lapangan. William yang seharusnya semester 7 ini pun sudah mengambil cuti dua semester. Selain sebagai admin di toko, William terus belajar, mendalami ilmu perfilman dan kini belajar menulis script.
Tampak bagian kaki sebelah kiri tepatnya pergelangan kaki William terbujur kaku. Ini disebabkan dalam waktu yang cukup lama William tak menggunakan kakinya untuk berdiri, sehingga terjadi pengecilan otot. Sementara pergelangan tangan kanan William juga kaku tak dapat berfungsi dengan baik.
Setelah proses survei, melihat kondisi fisik William juga kondisi ekonomi keluarganya, tim misi Amal di Tzu Chi pun melalui meeting menyetujui permohonan bantuan William. Bantuan yang diberikan berupa biaya pengobatan yang tak ditanggung BPJS, juga pendampingan relawan.
Pendampingan dimulai dengan menemani William ke Rumah Sakit St. Carolus untuk mendapat second opinion. Pendampingan kedua, menemani William berkonsultasi dengan dokter yang pertama kali menangani William di RSCM yang kini sudah pindah ke RSPIK untuk melihat operasi apa saja yang perlu dilakukan, juga tentang biayanya. Setelah konsultasi itu, diputuskan bahwa pengobatan William sebaiknya fokus di RSCM saja dan bisa menggunakan BPJS.
Terus Semangat
Pada 13 September 2023, Sammy dan San Ing, relawan Tzu Chi kembali mendampingi William ke RSCM untuk kontrol setelah sepekan sebelumnya menjalani operasi. Kali ini dr. Ihsan Oesman, SpOT (K) mengecek kondisi kakinya. Ia menjelaskan, kaki Wiliam masih terlalu kaku sehingga operasi yang mesti dijalani akan berlangsung dalam beberapa tahap.
William mendengarkan nasihat dari dr. Ihsan Oesman, SpOT (K). “William harus tetap optimis. Optimis artinya tetap semangat, karena yang paling susah adalah melawan kebosanan. Bosan untuk datang rutin berobat,” tutur dr. Ihsan lembut.
“Tahap pertama yang kami kerjakan adalah memastikan bahwasanya pergerakannya harus mencapai sudut tertentu. Di mana yang tadinya terkunci dalam posisi kontraktur equinus, itu dia bisa sedikit bergerak dengan cara memanjangkan otot di sisi bagian belakang atau bagian betisnya. Namun karena ototnya mengecil, kita harapakan dengan sisa otot yang ada harus kita manipulasi sedikit mungkin untuk melakukan sayatan dan mengoreksi sebelum nanti kita pindah ke tindakan operasi yang kedua,” jelas dr. Ihsan.
Selain mendampingi William ke rumah sakit, para relawan seperti Sammy dan Sang Ing terus menyemangatinya. Keduanya menganggap William seperti anak sendiri. William pun sangat bersyukur.
“Saya ucapkan terima kasih banyak untuk para relawan yang setia menemani saya, mendampingi saya, dan terus membantu saya, men-support saya sampai saat ini. Saya yang tadinya cuma di ranjang, tidak bisa ngapa-ngapain sampai saya bisa berdiri lagi menggunakan tongkat saya, bisa melangkahkan kaki saya untuk keluar rumah. Saya sangat berterima kasih sekali. Saya merasa menjadi orang yang beruntung bertemu dengan orang-orang dari Tzu Chi, para relawan ini,” ujar William.
Dengan kemajuan pesat William, Sammy dan San Ing sangat bersyukur. “Kalau lihat sekarang sih bedanya 180 derajat. Sekarang kan dia sudah bisa jalan, sudah bisa sendiri, makan sendiri, apa-apa sendiri,” kata Sammy senang.
Editor: Metta Wulandari