Bangkit dari Mimpi Kelam

Jurnalis : Jamalruddin Tiong (Tzu Chi Pekanbaru), Fotografer : Jamalruddin Tiong (Tzu Chi Pekanbaru)
 

fotoPengaruh pergaulan yang buruk telah membawa Huat Cai kedalam minuman keras dan obat-obatan terlarang, sehingga menimbulkan depresi dalam dirinya.

 

Arti nama dari Huat Cai adalah banyak rejeki. Namun apa daya, dalam kenyataanya kehidupan Huat Cai atau yang akrab disapa dengan Acai ini tidak semulus namanya. Perkenalan Yayasan Buddha Tzu Chi Kantor Perwakilan Pekanbaru dengan Acai bermula dari salah satu relawan Tzu Chi yang sering melihat Acai mengambil makanan dari tempat pembuangan sampah. Setelah beberapa kali mengawasi Acai dan melakukan kuan huai (kunjungan kasih), akhirnya relawan Tzu Chi mulai mengetahui latar belakang kehidupan Acai dan keluarga.

 

 

Sepuluh tahun yang lalu Acai ikut ibunya ke Taiwan dan bekerja di sebuah pabrik plastik, perceraian kedua orang tuanya membuatnya memilih untuk ikut dengan sang ibu ke Taiwan. Setelah lima tahun bekerja di pabrik tersebut, bukannya ilmu yang ia dapat tapi justru pergaulannya yang buruk menyeretnya ke jurang hitam minuman keras dan obat-obatan terlarang.

Pelan namun pasti kondisi tubuh Acai pun mulai menurun. Setiap hari ia sering merasa ketakutan, berhalusinasi, dan akhirnya mengalami depresi. Melihat tingkah laku Acai yang mulai tidak stabil, akhirnya sang ibu memutuskan untuk membawa Acai kembali ke Indonesia dan menitipkannya pada adiknya (adik perempuan Acai). Selama tinggal bersama sang adik, tidak ada perubahan dalam diri Acai, dan adiknya pun merasa kewalahan mengurus kakaknya yang setiap hari meminta uang untuk mabuk-mabukan.

foto  foto

Ket : - Setelah mendapatkan perawatan, kondisi Huat Cai perlahan semakin membaik. Bahkan ia pun sudah mulai             membantu (menjadi relawan) dalam beberapa kegiatan dan posko daur ulang. (kiri).
         - Memilah sampah, merupakan kegiatan rutin yang dilakukan Huat Cai. Bahkan ia berencana untuk mengikuti             training abu-abu dan hendak menjadi relawan Tzu Chi. (kanan)

Dengan sangat terpaksa akhirnya adik Acai meminta ayahnya untuk menjemput Acai dan membawanya ke Pekanbaru. Karena kehidupan ayah Acai sangat sederhana, semenjak itu Acai hanya bisa makan dan tidur saja, dia tidak bisa meminta uang untuk membeli minuman keras atau narkoba. Belum lagi ibu tirinya yang selalu menyuruhnya mencari pekerjaaan, membuat Acai terpaksa harus keluar dari rumah sejak pukul lima pagi dan pulang larut malam, tanpa tujuan yang jelas.

 Lebih kurang dua tahun kondisi ini terus terjadi, pergi pagi dan pulang larut malam. Karena takut kembali ke rumah, saat lapar Acai terpaksa mengais makanan di tong sampah, maupun meminta-minta. Kondisi ini membuat depresi Acai semakin parah. Hingga akhirnya insan Tzu Chi mulai membawanya berobat ke rumah sakit jiwa. Perlahan kondisi psikologi Acai semakin membaik. Kesadarannya bertambah, dan ia mulai menjadi relawan dalam beberapa kegiatan Tzu Chi.

Bahkan setiap hari Minggu dan Rabu, Acai membantu memilah sampah di Posko Daur Ulang Tzu Chi. “Kalau nanti ada kegiatan training abu-abu, saya mau ikut. Saya juga ingin jadi relawan,” tutur pria yang kini bekerja di Pujasera (pusat jajanan serba ada) salah satu temannya tersebut.  

 
 

Artikel Terkait

Memaknai Kebaikan dari Peringatan Waisak

Memaknai Kebaikan dari Peringatan Waisak

22 Mei 2018
Pada Kamis, 17 Mei 2018, Tzu Chi Palembang mengadakan peringatan Tiga Hari Besar yaitu Hari Waisak, Hari Ibu Internasional, dan Hari Tzu Chi Sedunia. Kegiatan ini pun dihadiri oleh relawan dan 155 peserta dari masyarakat di Kota Palembang.
Kamp 4 in 1 2019: Bergerak Bersama, Membantu Sesama

Kamp 4 in 1 2019: Bergerak Bersama, Membantu Sesama

29 Juli 2019

Setiap hari, setiap detik kita harus berjuang agar kehidupan bernilai dan bermakna; membuat manusia “sepaham” tentang kebenaran; lebih banyak orang “sepakat” berbuat kebajikan; dan mengajak lebih banyak orang untuk “bertindak bersama”. Inilah pesan penting dari Kamp Pelatihan 4 in 1 Tzu Chi Indonesia tahun 2019 yang diadakan 27-28/7/19.

Lantunan Sutra Teratai yang Meneduhkan

Lantunan Sutra Teratai yang Meneduhkan

26 April 2013 Kegiatan Gong Xiu sesungguhnya sangat perlu untuk para relawan yang senantiasa padat dengan aktivitas, untuk bisa duduk bersama-sama, mengistirahatkan pikiran-pikiran yang sibuk, mengheningkan pikiran serta meneduhkan batin.
Bila sewaktu menyumbangkan tenaga kita memperoleh kegembiraan, inilah yang disebut "rela memberi dengan sukacita".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -